Oleh: Haedar Nashir
Generasi milenial itu luar biasa. Energik, kreatif, inovatif, dan jago teknologi informasi. Dunia daring dan streaming native menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang lekat.
Kaum milenial memang generasi baru yang keren. Setelah dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe memperkenalkan sebutan “millennials”, generasi yang lahir awal 2000an ini menjadi sosok-sosok yang populer. Dunia menyebutnya generasi Y.
Kami generasi “kolonial” malah tertatih-tatih dengan teknologi informasi. Belum sepenuhnya paham dunia milenial yang banyak berkreasi. Saya baru tahu istilah “prank” secara teknis.
Ketika sejumlah berita dan medsos ramai memperbincangkan kebiasaan sebagian kaum milenial terjerat kasus aduan ke polisi akibat “prank”.
Prank katanya candaan atau gurauan di dunia kaum muda kini yang menyebabkan masalah bagi orang lain. Tokoh ternama dikasih rambut aneh-aneh lewat permainan teknologi digital. Heboh tentu saja.
Di satu daerah empat anak remaja melakukan “prank” seolah positif Covid-19, yang membuat para petugas kesehatan di rumah sakit panik. Polisi akhirnya menciduk para remaja iseng itu. Jadi heboh.
Bercanda itu boleh dan manusiawi. Manusia itu homo ludens, makhluk bermain. Kita menjadi rileks dengan bercanda. Para kyai dan ustadz juga suka bercanda. Namun canda tetap ada batasnya, yakni kewajaran.
Juga perlu akhlak atau moral dan sopan santun. Tidak bisa semaunya sendiri, karena kita hidup dengan orang lain dan ada tatanan agama, moral, dan budaya luhur yang harus diindahkan bersama.
Manusia di manapun tidak hidup sendiri. Di negara modern pun ada tatakrama. Ada tatanan sosial bersama yang harus diikuti atau jadi bingkai berperilaku.
Bercanda atau prank, bisa menjadi tidak boleh dan masalah ketika melewati batas. Mengusili orang yang cenderung memperolok, menggunjing, mempermainkan, dan merendahkan harga diri atau nama baiknya akan menjadi prank yang bermasalah.
Apalagi canda yang membuat suasana panik, gaduh, dan heboh seperti canda bom, kena positif corona, dan sejenisnya. Malah bila kebablasan bisa jadi perkara hukum dan memicu konfik antar sesama. Di sinilah pentingnya batas bercanda.
Kaum milenial saat ini punya potensi luar biasa. Silakan ada keriangan dan canda yang wajar dalam berinteraksi. Lebih jauh buka ruang terbuka untuk kreatif dan inovatif. Tapi arahkan ke hal-hal yang positif dan produktif.
Berkreasi dengan IT jadilah ahli IT yang sukses seperti Jeff Bezos, Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan para milyarder dunia yang kaya karena kreasi berteknologi informasi.
Juga jadi kaum profesional dan ilmuwan terbaik, serta para inovator maju di berbagai negeri termasuk di Indonesia seperti BJ Habibie. Jangan jadi anak muda prank, yang membawa masalah.
Gunakan IT dan medsos untuk hidup maju dan sukses. Itulah sosok milenial hebat. Milenial keren yang sesungguhnya.
Anak muda dan generasi milenial Indonesia boleh keren dengan ilmu, kreasi, dan inovasi. Itu keren yang membanggakan. Tapi jangan keren karena prank, yang menyebar virus gaduh di muka umum. Nanti rugi sendiri, dan merugikan orang lain! (*)
Tulisan ini dikonversi dari utas yang ditulis Haedar Nashir di akun twitter @HaedarNs