Jika Musa Rajekshah (Ijeck) menyatakan siap maju memperebutkan jabatan Ketua DPD Tingkat I Golkar Sumut melalui Musyda yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini, itu artinya ia sudah terlebih dahulu memiliki modal politik yang menggambarkan dukungan dan potensi untuk menang dari tiga lapisan hirarkis Golkar.
Lapisan pertama ialah restu penentu tertinggi dalam Golkar. Kedua, dari pengurus DPD tingkat I. Ketiga, dari pengurus DPD tingkat II Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. Jadi, ia tak akan sembarang melangkah tanpa perhitungan yang matang.
Tak perlu dipersoalkan dari mana asal dukungan itu, apakah dari para kader tertentu yang kini duduk dalam kepengurusan pada tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, atau Pusat.
Bisa saja awal dukungan muncul dari kalangan pemilik suara mayoritas dalam musyawarah, yakni para pengurus tingkat Kabupaten dan Kota. Tetapi bisa juga berawal dari kolega-kolega Ijeck yang memiliki jabatan atau pengaruh di dalam tubuh kepengurusan DPD Tingkat I Sumatera Utara. Tentu saja akan terasa lebih mulus jika asal dukungan awal itu dari orang berpengaruh di DPP Golkar, terlebih jika pemberi restu itu adalah Ketum.
Jika hanya beroleh restu pusat dan bermodalkan dukungan kolega-koleganya pada kepengurusan Sumut, tanpa menguasai kalangan pemilik suara mayoritas dalam Musyda, yakni DPD Tigkat II Kabupaten dan Kota, ia tak akan berani maju.
Mungkin akan ada pro dan kontra tentang persyaratan untuk maju berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai. Tetapi semua sangat faham bahwa Golkar itu sangat fleksible atau malah pragmatis sekaligus realistis. Hal itu yang membuatnya selalu mampu beroleh jalan keluar dalam keadaan sulit sekali pun.
Ke depan di pundak Ketua DPD Golkar Tingkat I Sumatera Utara, terlepas siapa pun yang akan terpilih menjadi Ketua, ada beban tugas konsolidatif dan tugas kekuasaan. Tugas konsolidatif untuk memastikan soliditas pengurus sampai ke tingkat terbawah agar selain memiliki etos kerja untuk meningkatkan peran politik, juga memastikan semua perhelatan politik dapat dilalui dengan tingkat keberhasilan.
Jenis konsolidasi Golkar sekarang ini tampaknya harus lebih ditujukan untuk menghadirkan rasa betah para kader agar tak lagi merasa ingin melompat ke sana dan ke mari.
Kader Golkar umumnya memiliki sumberdaya unggul sehingga kemampuannya bisa memudahkannya bermigrasi tak ubahnya seperti para bintang sepakbola terkenal di Eropa itu. Umumnya hal ini selalu terkait dengan reward dan punishment yang diterima kader. Karena itu harus diperhatikan serius, termasuk memberi peran strategis yang membuat para kader senior tetap merasa dihargai.
Konsolidasi juga begitu penting menghadirkan gairah baru di kalangan organisasi pendukung. Sama pentingnya dengan memunculkan faktor daya tarik bagi kalangan pemilih baru atau milenial agar mereka merasa tidak merasa masuk di lingkungan yang asing.
Tugas kekuasan berkaitan dengan bagaimana memberi image bari rakyat bahwa Golkar itu tetap sesuai dengan mottonya “Suara Rakyat Suara Golkar”. Dengan itu Golkar akan beroleh benefit penting dalam urusan perebutan kekuasaan lokal dan nasional.
Secara berurutan ada beberapa perhelatan politik yang penting dalam kurun kurang 5 tahun ke depan yang tak mungkin diabaikan oleh Golkar, yakni pilkada serentak 2020, Pilgubsu dan Pemilu. Hari ini di beberapa Kabupaten dan Kota yang akan menyelenggarakan Pilkada di 23 Kabupaten dan Kota di Sumut Golkar tidak memiliki syarat yang cukup untuk memajukan calon tanpa berkoalisi dengan partai lain.
Pilgubsu 2024 berdekatan waktu dengan pemilu. Dengan jabatan sebagai Ketua DPD Golkar Tingkat I Sumatera Utara Ijeck pasti akan lebih leluasa menentukan apakah akan maju sebagai calon gubernur atau tetap berpasangan mendampingi Edy Rahmayadi untuk periode kedua.
Pemilu 2014 Golkar menggondol mayoritas kursi dibanding partai lain di Sumut. Tetapi pemilu 2019 ia dikalahkan PDI-P. Malah Golkar kota Medan hari ini tidak bisa mencalonkan sendiri untuk Pilkada karena peroleham kursi yang tidak cukup sesuai regulasi. Evaluasi kritis menjadi tugas penting bagi kepengurusan DPD Tingkat I Golkar Sumut ke depan.
Tentu saja bursa Ketua DPD Tingkat I Golkar Sumatera Utara tidak berhenti pada nama Ijeck semata. Golkar itu memiliki kekayaan stock kader yang luar biasa, misalnya Yasir Ridho Lubis, Syahrul M Pasaribu, M Syarfi Hutauruk dan beberapa Ketua DPD Tingkat II Kabupaten dan Kota lainnya.
Bahkan dengan sangat lentur tidak perlu ditutup kemungkinan bahwa Bobby Nasution pun memiliki peluang untuk maju dan memenangi pemilihan. (*)
Shohibul Anshor Siregar, Dosen FISIP UMSU, Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya (‘nBASIS).