TAJDID.ID || Pasar Seafood Huanan yang berlokasi di kota Wuhan China diduga kuat jadi asalmuasal penyebaran virus corona. Pasar itu dikenal banyak menjual kuliner ekstrim dari daging binatang
Melansir dari South China Morning Post , pasar tersebut telah ditutup sejak akhir Desember semenjak virus mewabah.
Dari pelbagai laporan diketahui, bahwa Pasar Seafood Huanan tidak hanya menjual seafood saja melainkan juga berbagai hewan liar.
Sebuah gambar berisikan daftar menu yang diunggah oleh salah seorang pemilik toko di Dazhong Dianping, aplikasi review dan rating paling populer di China, menunjukkan ada sekitar 100 macam hewan tersedia di Pasar Seafood Huanan. Mulai dari rubah, anak serigala, hingga luwak bertopeng.
Foto yang kemudian diunggah ke Twitter oleh pemilik akun @muyixiao pada 21 Januari 2020 menunjukkan ada sekitar 100 hewan hidup dan daging hewan yang dijual. Tertera di sana, termasuk koala hidup, salamander raksasa China, unta, burung unta, burung merak, dan anak serigala.
Di kolom balasan, seorang pengguna Twitter dengan akun @CIASpy menerjemahkan daftar menu tersebut beserta harganya.
Dilansir dari Mothership Singapore, ia menulis burung merak hidup dijual seharga 500 renminbi China atau sekitar Rp 982.000.
Lalu untuk rusa sika dihargai 6.000 renminbi China atau sekitar Rp 11 juta. Ada juga koala hidup dihargai 70 renminbi China atau sekitar Rp 137.000.
Menu tersebut bukan hanya menawarkan hewan hidup, tetapi juga jasa pemotongan hewan dan pengiriman.
Kebanyakan toko di Pasar Seafood Huanan memang menjual kepiting, udang, dan aneka ikan.
Namun di sudut pasar, terdapat banyak hewan tak lazim konsumsi yang diperjualbelikan. Seorang warga sekitar bernama Ai mengatakan bahwa ia melihat beberapa pemilik toko menjual hewan hidup di pasar tersebut.
“Ada kura-kura, ular, tikus, landak, dan burung pegar,” ujar Ai pada South China Morning Post.
Ia juga menambahkan, banyak toko di bagian barat pasar yang menjual hewan-hewan hidup.
Sebuah surat peringatan dari Wuhan Administration for Industry and Commerce (Administrasi Wuhan untuk industri dan perdagangan) pada September lalu juga sempat menunjukkan adanya hewan hidup yang dijual di pasar.
Dalam peringatan tersebut, pemerintah telah memeriksa sekitar delapan toko yang menjual katak harimau, ular, dan landak.
Pasar yang menjual hewan hidup atau mati dari beberapa spesies berbeda sekaligus cukup mudah ditemukan di China. Misalnya, di wilayah Provinsi Guangdong, Guangzhou, dan Shandong. Orang-orang China masih sering memakan hewan eksotis liar.
Wabah Virus Corona sendiri sampai sudah mencapai ke beberapa negara seperti Thailand, Hongkong, Macau, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Amerika, dan Vietnam.
Kota Wuhan saat ini dikarantina dan dikabarkan tak ada aktivitas penduduk yang berlangsung di sana.
Disisi lain dikutip dari CNN.com via katadata.co.id, belum jelas seberapa mematikan virus corona Wuhan itu. Namun, sejauh ini tingkat kematiannya lebih rendah daripada SARS dan MERS.
Wabah SARS atau secure acute respiratory syndrome (sindrom pernapasan akut) pernah terjadi pada 2003.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO penyakit ini muncul dari virus corona dalam tubuh hewan, kemungkinan besar kelelawar, yang menyebar ke manusia.
Kejadian pertama SARS terjadi di Guangdong, Tiongkok, pada 2002. Virus ini lalu menyebar ke 26 negara dan muncul di delapan ribu kasus. Sebanyak 774 orang meninggal.
Gejala awal penderitanya mirip penyakit flu biasa, yaitu demam, sakit kepala, dan menggigil. Kalau sudah parah, pasien akan mengalami diare, kelelahan akut, sesak napas, hingga gagal ginjal.
Lalu, MERS atau Middle East respiratory syndrome (sindrom pernapasan Timur Tengah) pertama kali terjadi di Arab Saudi pada 2012. Penyebaran penyakit ini juga karena virus corona dan gejala awalnya pun seperti sakit flu.
Virus corona tersebut kemungkinan besar berasal dari unta. Ketika wabah terjadi, penderitanya menyebar ke Mesir, Ethiopia, Kuwait, Kenya, Maroko, Korea Selatan, hingga Belanda. WHO menyebut sebanyak 2.494 kasus ditemukan dan 858 orang meninggal karena MERS.
Nah, virus Wuhan agak berbeda. Gejala awalnya adalah pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam selama beberapa hari.
Bagi pasien yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, ada kemungkinan virus ini menyebabkan pneumonia dan bronkitis.
Gejalan tersebut bergerak lamban jika dibandingkan SARS dan MERS. Pasien biasanya mengalami batuk ringan selama seminggu kemudian sesak napas.
Sekitar 15% hingga 20% kasus menjadi parah hingga pasien membutuhkan alat bantu pernapasan di rumah sakit.
Sebanyak 17 pasien di Wuhan telah meninggal karena virus itu. Penyebaran awalnya, melansir dari CNN.com, kemungkinan besar berasal dari ular.
Para ahli di China menemukan virus serupa pada tubuh ular jenis trait yang banyak ditemukan di Cina bagian selatan dan Asia Tenggara.
Ular yang bernama latin Bungarus multicinctus itu sangat berbisa. Para ilmuwan telah menemukan kode genetic virusnya dan patogen yang bertanggung jawab atas wabah ini adalah jenis virus corona baru. WHO memberi nama virus ini 2019-nCoV.
Per 22 Januari, jumlah pasien yang terinfeksi telah mencapai 555 orang. Sebanyak 444 kasus dilaporkan di Wuhan. Kota itu telah melakukan karantina di beberapa tempat dan menutup layanan transportasi publiknya. (*)