Berayun, pelan, berayun, buyung
Ada saatnya kita mempermainkan waktu
Maju-mundur menyentuh ujung ruang
Mendesak kekosongan
Berayun, pelan, berayun, buyung
Sambil pejamkan mata barang sejenak
Nikmati sekilas kegelapan dan binar-binar temaram
Sebelum hapus oleh kilatan pijar terang
Berayun, pelan, berayun, buyung
Hirup puas udara segar lapangan
Sebelum angkasa menciut, racun gadus berdesakan
Membangun jasad tidur yang letih
Berayun, pelan, berayun, buyung
Andaikan sempat bertutur berkepanjangan
Tentang mengurai jiwa yang kusut
Bagaimana mengulur di arena keluasan?
Berayun, pelan, berayun, buyung
Adakah burung-burung akan singgah, seperti yang sudah
Menuturkan pengembaraan di alam tak bertepi
Dan sorga tinggal dijangkau setapak lagi
Berayun, pelan, berayun, buyung
Ke mana arah gema mencari pantulan
Janganlah lengah pengamatan jauh jauh
Dan alamat lengkap pusat sasaran
Berayun, pelan, berayun, buyung
Alun irama berturut tanpa suara
Perahu lepas mengarungi laut bayangan
Senandung ihwal pendaratan
Berayun, pelan, berayun, buyung
Susul-menyusul awan di dinding langit
Menebal pada cadar tirai tamasya
Membenahi gelombang gumpalan makna
Berayun, pelan, berayun, buyung
Tahankan dahaga meratapi dinding tenggorokan
Lukisan telaga sumber pusaran
Sekeping wilayah memancar kebeningan
Berayun, pelan, berayun, buyung
Pandanglah menatap, di balik segalanya
Panahlah dengan bijak kabut remang di sana
Dan tiliklah seandainya semesta memagar batas
Berayun, pelan, berayun, buyung
Suara-suara lirih tiada memantul gema
Ada yang meraih lepas
Menghambur wilayah terbuka
Berayun, pelan, berayun, buyung
Bila tiba di belakang, undurkan semusim lagi
Masa lampau yang lengkap dalam kuburnya mengerang
Menggapai, meraih detik-detiknya yang hilang
Berayun, pelan, berayun, buyung
Bila tiba di muka, ujung jari kaki menyentuh
Batas tepian dengan fana
Esok hari kan di sana, jika musim memberi pertanda
Berayun, pelan, berayun, buyung
Pegang kuat-kuat tambang-tambang keyakinan
Peganglah kuat-kuat tambang-tambang angan-angan
Balikkan ke empat penjuru, dengan mata menantang.
Berayun, pelan, berayun, buyung
Adakah yang tersisa dari bersit megah
Ketika cemas menikamkan ujungnya
Dan gontai melangkah harimau luka
Berayun, pelan, berayun, buyung
Bagaikan menyeberangi arus kali
Di sini kemudian reda melecut lepas
Bagian lain yang mengandung gaib
Berayun, pelan, berayun, buyung
Ada yang menggeser, bayangan terlempar jauh
Tanpa bekas di dataran ini
Adakah tragedi lakon menggelar bumi?
Berayun, pelan, berayun, buyung
Pagar kawat merantai tepi
Adakah gelegak getaran arus
Masuk ke dalam. Menembus
Berayun, pelan, berayun, buyung
Bagaikan dewa ruci melayang menjelajah samudra
Kadang menukik menggigir lembah ajaib
Melahap daun kering lantunan suci
Berayun, pelan, berayun, buyung
Tengok jam berapa sudah, hari masih tinggi
Dan nyanyian belum surut sudah
Mengajak bersenda mengayun waktu
Berayun, pelan, berayun, buyung
Sebenarnya dirimu tidak jauh dari bumi
Tetapi betapa sulitnya menapakkan kaki
Hanya sehasta jarak kita, hanya sehasta…
1972
Slamet Sukirnanto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 3 Maret 1941 – meninggal 23 Agustus 2014 pada umur 73 tahun) adalah sastrawan angkatan 1966. Slamet merupakan salah satu sastrawan besar yang dimiliki Indonesia. Ia telah menerbitkan karya-karya sastranya, termasuk tulisan tentang senirupa maupun teater. Masa mudanya, dia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagai wakil dari mahasiswa.
Slamet Sukirnanto lahir dan tumbuh di Solo, Jawa Tengah. Dia merupakan salah satu sastrawan besar yang dimiliki Indonesia. Slamet telah banyak menerbitkan baik karya-karya sastra, tulisan tentang seni rupa maupun teater. Selama menjadi mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia selalu aktif dalam aksi demonstrasi-demonstrasi menumbangkan Orde Lama pada tahun 1966.
Selama karirnya sebagai satrawan, Slamet Sukirnanto telah berhasil menciptakan sejumlah karya, antara lain: Jaket Kuning (1967), Kidung putih (1967), Gema Otak Terbanting (1974), Bunga Batu (1979), Catatan Suasana (1982), Luka Bunga (1991).
Di luar dunia sastera, ia juga tercatat sebagai Pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (1964), Anggota DPRGR dan MPRS sebagai wakil mahasiswa (1967-1971), Pendiri KNPI dan Pengurus DPP KNPI (1978 -1982), Ketua Majelis Kebudayaan pada Pimpinan Pusat Muhammadiyah ((1990), Ketua Bidang Pengembangan Kebudayaan pada ICMI DPP Jakarta (1991).