TAJDID.ID~Medan || Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Fahum UMSU) meyudisium 216 lulusan Periode I Tahun 2025.
Kegiatan yang dihadiri langsung Rektor UMSU Prof Dr H Agussani MAP ini di gelar di Aula Kampus Utama UMSU, Jalan Kap Mukhtar Basri Medan, Sabtu (5/7).
Rangkaian acara diawali pembacaan Surat Keputusan Yudisium oleh WD III Dr Atikah Rahmi SH MH. Kemudian dilanjutkan Penetapan Yudisium Wisuda Periode I Tahun 2025 Dekan Fahum UMSU yang diwakili WD I Assoc Prof Dr Zainuddin SH MH.
Surat Keputusan Penetapan Yudisium selanjutnya secara simbolis diserahkan kepada perwakilan peserta yudisium, yakni: Muhammad Hendri Devanao SH (Bagian Hukum Bisnis), Qori Wardani SH (Bagian Hukum Perdata), Sendi Wahyu Riswanda SH (Bagian Hukum Tata Negara), Abdul Arif Putra SH (Bagian Hukum Internasial), Diva Fibra Aisyah SH (Bagian Hukum Acara), Olivia Habibah SH (Bagian Hukum Administrasi Negara) dan Muhammad Fikri Fahrezi Yahya SH (Bagian Hukum Pidana).
Selanjutnya penyampaian kesan dan pesan peserta Yudisium yang diwakili Hendri Devanao dan Laura Amanda Sari
Dalam penyampaian kesan dan pesannya, Hendri Devano mengatakan, bahwa hari ini bukan hanya tentang kelulusan. Ini adalah titik hasil bahwa semua keringat, waktu dan pengorbanan sudah menempuh satu tujuan, yaitu menjadi insan hukum yang bermanfaat bagi bangsa.
Ia juga mengutip sebuah quote dari Bung Hatta: “Kurang cerdas bisa diperbaiki, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur sulit diperbaiki”
“Pernyataan itu kami bawa kemanapun kami melangkah, bahwa dalam dunia yang penuh tipu-daya, kami memilih untuk berada bersama kebenaran, meski berlahan, meski sendirian,” ujarnya
Untuk almamater kami tercinta UMSU kami titip doa agar tetap melahirkan lulusan-lulusan terbaik, yang bukan hanya cerdas tapi juga berani jujur dan berakhlak
Sementara Laura Amanda Sari mengatakan, bahwa hari ini bukan hanya serimoni, tapi langkah awal menjalankan amanah sebagai seorang sarjana hukum.
Laura menuturkan, bahwa dirinya adalah mahasiswi yang beragama Kristen Protestan yang kuliah di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dengan berlatar belakang pernah mendapat doktrin oleh gurunya agar memilih perguruan tinggi yang berkualitas dan berakreditasi A.
“Guru saya mengatakan, kalau kamu memilih perguruan tinggi pilihlah perguruan tinggi yang berakreditasi A. Berangkat dari doktrin itu saya dengan ambisius mengetik di pencarian google ‘Universitas Pulau Sumatera berakreditasi A’, yang muncul adalah UMSU,” ungkap Laura.
Awalnya, saat mengikuti kegiatan Masta Kolosal yang wajib diikuti mahasiswa baru, Laura mengaku dalam dirinya dirinya sempat muncul ketakutan akan “perbedaan tersebut”.
“Tapi saya berpikir, status akreditasi itu melebihi status tadi. Dan di sini saya menemukan rumah kedua. Saya diterima, saya dirangkul. Bahkan saya diberikan wadah untuk berproses dan berkembang,” tuturnya.
“Jika teman-teman sering mendengar kalimat toleransi, di kampus ini bukan saja menjadi jargon yang indah, tapi bukti implementasi yang dilakukan kampus kita tercinta,” imbuhnya
Laura mengaku dirinya banyak belajar di UMSU, termasuk mengenal ajaraan Islam, salah satunya tentang bagaimana cara berbagi dalam Islam.
Salah satu momen yang paling berkesan adalah ketika ia turut serta melakukan waqaf al~Quran pada bulan Ramadhan tahun 2024. “Bagi saya pengalaman ini bukan hanya lintas iman, tapi juga semangat toleransi dan wujud kebersamaan tentunya,” ungkapnya
Terakhir Laura mengucapkan salam hormat dan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Rektor UMSU Prof Dr Agussani MAP.
“Terimakasih atas kepemimpinan bapak yang meneduhkan dan penuh visi. Bapak bukan hanya membangun kampus dengan fasilitas yang hebat, tapi Bapak juga mampu menanamkan jiwa kebersamaan dan kebangsaan,” ucap Laura.
Rektor UMSU Prof Dr Agussani MAP dalam arahan dan bimbingannya menyampaiakan selamat kepada seluruh peserta yudisium Fahum UMSU.
“Mewakili Pimpinan Universitas dan atas nama pribadi saya sebagai Rektor UMSU menyampaikan selamat kepada seluruh peserta yang diyudisium pada hari ini. Mudah-mudahan ilmu yang didapat selama belajar di UMSU bisa membawa manfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat,” ujar Prof Agussani.
“Sampaikan juga salam hormat kami kepada orang tua di rumah karena telah mempercayakan UMSU sebagai tempat ananda sekalian menimba ilmu,” imbuhnya.
Prof Agussani juga mengungkapkan rasa bangga dan harunya menyaksikan dan mendengar testimoni yang disampaikan salah seorang peserta yudisium yang beragama Kristen Protestan yang sangat terkesan dengan suasana perkulian di UMSU yang sangat inklusif dan menghargai nilai-nilai toleransi serta moderasi.
“Saya sangat berbangga dan percaya bahwa pernyataan dan testimoni yang disampaikan tidak direkayasa, tapi sangat tulus. Pernyataan itu lahir dari pengalaman ketika masuk dan berinteraksi di UMSU,” ujar prof Agussani.
Beliau mengungkapkan data bahwa sekitar 200 mahasiswa dengan latar berbeda berkuliah di UMSU. “Ini membuktikan moderasi, toleransi dan inklusifitas sangat dihargai dan benar-benar dipraktikkan di kampus UMSU,” ucapnya.
Prof Agussani juga menyampaian apresiasi kepada jajaran pimpinan Fakultas Hukum UMSU yang begitu akselaratif dan inovatif dalam melakukan berbagai kegiatan positif yang bukan hanya memajukan fakultas, tapi juga universitas secara keseluruhan.
“Atas prestasi dan kreativitas ini, tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa Fakultas Hukum UMSU adalah yang terdepan” ujar prof Agussani.
Sebelumnya, mewakili Dekan Fahum UMSU, WD I Dr Zainuddin SH MH dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada seluruh peserta Yudisium.
“Karena secara dejure saudara-saudara dinyatakan lulus pada saat penutupan sidang, saudara-saudara sudah berhak menggunakan gelar Sarjana Hukum,” tegasnya.
“Dan juga, atas nama sivitas akademika Fakultas Hukum UMSU saya memohon maaf kepada saudara-saudara. Sebab apa? Karena bisa saja dalam proses pelayanan pembelajaran di lingkungan Fakultas Hukum UMSU ada hal-hal yang tidak berkenan di hati,” tambahnya
Zainuddin juga mengingatkan, bahwa ketika selesai sidang tugas akhir, ini merupakan akhir dari proses pendidikan Strata Satu, tetapi juga seiring itu ini merupakan awal kehidupan yang nyata.
“Selamat datang di kampus Kehidupan. Integritas, moralitas, soft-skill harus senantiasa dibangun. Penegetahuan itu bukan hanya sekedar diketahui, tapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ucap Zainuddin. (*)
