TAJDID.ID || Malak Shalabi, seorang pengacara imigrasi yang berbasis di Seattle, Washington, Amerika Serikat mengatakan, bahwa setiap tahun, di awal bulan suci Ramadhan, warga Palestina selalu jadi sasaran penyerangan pasukan pendudukan zionis Israel.
Melalui sebuah artikel yang ditulisnya di laman muslimmatters.org, Malak Shalabi mengungkapkan, di tengah kekerasan sepanjang tahun, mulai dari bentuk apartheid dan kolonisasi, maka penyerangan di bulan Ramadhan tidak kalah kejam dan brutal. Bahkan tidak jarang kekerasaan yang dilancarkankan pasukan zionis Israel di bulan Ramadhan menewaskan warga Palestina.
Statistik Tragis
Kemudian Malak Shalabi mengungkapkan, bahwa ia telah melakukan studi kasus kecil untuk menganalisis seberapa sering pasukan pendudukan Israel menyerang warga Palestina di bulan Ramadhan dari tahun 2000 hingga 2022.
Dalam studi tersebut ia menemukan bahwa selama kurun waktu 22 tahun terakhir, Israel tidak hanya melancarkan serangan sistematis terhadap warga Palestina setiap bulan Ramadhan, tetapi lebih dari 2.000 warga Palestina tewas secara total di bulan-bulan suci.
“Ini adalah statistik tragis yang mengekspos tingkat serangan seratus persen terhadap warga Palestina selama bulan Ramadhan selama dua dekade terakhir,” ujar Malak Shalabi.
Baca juga:
- Brutal! Pasukan Zionis Israel Teror Jamaah Ramadhan di Masjid Al-Aqsha
- Israel Menyerang Peradaban Dunia
Menurutnya, melihat pola penganiayaan agama oleh pasukan pendudukan Israel baik di Palestina maupun di seluruh dunia, maka terlalu brutal dan biadab untuk disebut kebetulan.
Sebagai contoh, kata Malak Shalabi, Operation Protective Edge tahun 2014. Itu merupakan salah satu serangan paling brutal dan sadis Israel di Gaza pada bulan Ramadhan. Menurut Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR), setidaknya 2.131 warga Palestina tewas dalam serangan itu, di antaranya termasuk 527 anak-anak.
Kemudian menurut laporan PBB, 18.000 unit rumah hancur total atau rusak parah oleh serangan Israel, menyebabkan 108.000 dari 1,8 juta warga Palestina di Gaza kehilangan tempat tinggal.
“Serangan-serangan itu dilakukan pada saat umat Islam sangat rentan secara fisik dan kelelahan saat mereka berpuasa,” sebutnya.

Serangan di Masjid Al-Aqsha
Menurut Malak Shalabi, insiden penyerangan di Masjid al-Aqsa baru-baru ini merupakan sebuah gambaran betapa biadab dan kurangnya rasa hormat zionis Israel terhadap jamaah Muslim selama bulan suci.
Diketahui, Jumat lalu, lebih dari 300 warga Palestina ditahan di al-Aqsa dan ini adalah penangkapan massal terbesar selama satu jam dan di satu lokasi dalam lebih dari 20 tahun.
Kemudian serangan kedua al-Aqsa pada hari Ahad, di mana pekerja medis Palestina mengatakan setidaknya 19 orang terluka. Video asap, peluru karet ditembakkan, dan orang-orang dipukuli dengan kejam telah beredar di internet dan menunjukkan, sekali lagi, serangan terhadap orang-orang di negara yang sangat rentan. Selama di masjid, jamaah bahkan tidak memakai alas kaki. Mereka yang shalat berada dalam posisi rentan, dan semua jemaah dikepung oleh tentara IDF yang bersenjata dan berbaju zirah dan menargetkan warga Palestina secara ofensif.
“Tindakan ini mengungkapkan kurangnya keberanian dan ketakutan ekstrim pasukan pendudukan Israel berkomitmen untuk Palestina. Serangan terhadap Masjid al-Aqsha merupakan penghinaan terhadap umat Islam di seluruh dunia, yang memiliki rasa mendalam akan sejarah dan hubungan dengan tanah suci. Upaya untuk menodai, merusak, dan melanggar tempat bersejarah dan suci ini melambangkan penindasan terburuk Israel,” ujar Malak Shalabi.
Kemudian ia mengutip al~Qur’an dalam Surat al-Hajj ayat 40: “(Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa.”
Malak Shalabi menegaskan, dalam ayat itu Allah SWT memberikan hak kepada kaum tertindas untuk melalkan perlawanan terhadap penindasan.
“Dia mendefinisikan orang yang tertindas sebagai mereka yang diusir dari rumah mereka tanpa alasan kecuali mereka mengatakan Tuhan kami adalah Allah. Dan yang paling menarik, ayat tersebut berlaku untuk serangan yang kita lihat di al-Aqsa dalam konteks penganiayaan dan pengasingan orang Palestina,” kata Malak Shalabi.
Allah SWT menggambarkan tempat-tempat suci yang dihancurkan sebagai akibat dari kelompok yang lemah – Muslim yang tidak mampu atau tidak menggunakan hak mereka untuk melawan penindas sebagai tertindas untuk membela diri dan agamanya.
“Tempat-tempat peribadatan adalah tempat yang paling suci, dan penghancuran rumah-rumah ini melambangkan bentuk paling rendah dari peperangan sosial dan agama,” kata Malak Shalabi.
Kebencian Israel terhadap Dunia Islam
Kemudian Malak Shalabi membeberkan, bahwa sebenarnya zionis Israel tidak hanya melakukan kezaliman dan penargetan Muslim di wilayah yang didudukinya, tetapi juga dalam penganiayaan Muslim di seluruh dunia. Dari mulai membantu pemerintah Myanmar dengan peralatan militer dan ruang diplomatik untuk membersihkan etnis Muslim Rohingya, hingga memperkuat hubungan dengan India yang melancakan serangan rasisme ke Muslim Kashmir, Israel telah memperluas sumber daya dan dukungannya untuk merugikan Muslim di seluruh dunia.
“Di Amerika sendiri, industri lobi Zionis sangat berinvestasi dalam industri Islamofobia dengan menjelek-jelekkan dan dan melakukan tindakan yang tidak manusiawi terhadap Muslim di Amerika,” ungkapnya.
Lantas bagaiman sikap yang harus diambil ummat Muslim di seluruh dunia terhadap perlakuan zionis Israel itu?
Malak Shabil menegaskan, bahwa keyakinan inti dari setiap Muslim adalah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT. Karakter yang menentukan seorang Muslim adalah orang yang tidak tersubordinasi oleh kekuatan apa pun, entitas apa pun, atau ciptaan apa pun.
“Untuk itu, kekuatan pendudukan Israel dan penindas lainnya harus dilawan,” ujarnya.
“Orang-orang Palestina memiliki kekuatan sosial dan agama yang sangat besar. Saat kita berdiri di bulan yang paling suci untuk berdoa, semoga kita mengingat saudara-saudara kita di Palestina dalam doa dan tindakan kita. Semoga Dia memberikan kemenangan seperti yang dijanjikan kepada yang tertindas selama hidup kita, dan melindungi tempat-tempat suci kita dan saudara-saudari Islam terkuat dari kejahatan yang paling keji,” tutup Malak Shabil. (*)