TAJDID.ID~Medan || Sosok wakapolri Komjen. Pol. Prof. Dr Dedi memiliki kematangan dalam penalaran keilmuan. Beliau memandang suatu fenomena secara menyeluruh dan holistik sehingga akan mampu membawa organisasi Polri dibawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Polisi Listiyo Sigit Prabowo sebagai candra dimuka mewujudkan Indonesia “bersatu, berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”.
Demikian penilaian Dr. Alpi Sahari, SH. M.Hum, Ketua Prodi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) terhadap sosok Wakapolri Komjen Pol. Prof. Dr. Dedi Prasetyo yang baru dilantik
Menurut Alpi, di dalam pemikiran Komjen Po. Prof. Dedi Prasetyo terdeksripsikan ketajaman dalam menganalisis dengan mengharmonisasikan aspek praktis dengan aspek teoritis. Bahkan pemikiranya jauh telah menjangkau radiks di bidang keilmuan. “Hal inilah bentuk keteladan profetik keilmuan Komjen Pol. Prof. Dedi yang matang pengalaman dan penghargaan, sehingga dapat menjadi rujukan dalam memformulasikan mind set dan culture set, baik untuk kebutuhan akademisi maupun kebutuhan organisasi Polri menuju Indonesia Emas, karena telah mempresentatifkan knowledge, skill, research, writing, thingking dan ethics,” jelas alumni Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung pada tahun 2010 ini, Kamis (7/8).
Lebih lanjut Dr Alpi melihat, keteladan profetik Komjen Pol. Prof. Dr. Dedi karena kelimuannya telah menyentuh aspek nilai humanisasi, liberasi dan transendensi. “Artinya,keilmuan tidak boleh hanya berpuas diri dalam usaha untuk menjelaskan atau memahami realitas dan kemudian memanfaatkannya begitu saja , tetapi lebih dari itu, keilmuan harus juga mengemban tugas transformasi menuju cita-cita yang diidealkan masyarakat secara universal dalam bingkai idiologi Pancasila (Polisi Untuk Masyarakat).
“Hal ini sebagaimana saya dalami di dalam pemikiran Prof. Dr. Dedi pada buku beliau yang berjudul ‘Radikalisme, Terorisme dan Deradikalisasi di Indonesia’, yang menekankan Pancasila tidak hanya buah pikir founding fathers Indonesia untuk menjaga keutuhan bangsa dari ancaman paham-paham ekstrem, tapi juga strategi yang menjaga perdamaian dunia,” jelas Dr Alpi.
“Prof. Dr. Dedi menekankan bahwa Pancasila tidak bertentangan sedikitpun dengan agama-agama yang diakui pemerintah Indonesia. Komjen Dedi telah menjelaskan tentang agama dan negara menjadi dua hal yang justru saling melengkapi untuk mewujudkan Indonesia Maju,” imbuhnya.
Dalam tatanan keilmuan, kata Dr Alpi, terlihat kedalaman pandangan dan pemikiran Komjen. Pol. Prof. Dr. Dedi yang menganilisis radikalisme, terorisme dan deradikalisasi di Indonesia dalam optik pilar humanisasi yang merupakan landasan ontologis, liberasi sebagai landasan epistimologi dan transendensi sebagai landasan aksiologis. “Hal inilah yang saya sampaikan bahwa salah satu keteladan profetik Komjen Pol. Prof. Dr. Dedi Prasetyo dalam penalaran keilmuan dapat menjadi contoh yang sangat unggul bagi praktisi maupun akademisi,” tandasnya.
Dr Alpi menjelakan, dalam gagasan bidang ilmu hukum profetik misalnya, maka kunci keberhasilan dari gagasan ilmu hukum sebenarnya tidak terletak pada keterjawaban konseptual atas aspek aksiologis transendensial, tetapi harus terlebih-lebih pada tawaran daya liberasi hukum yang mencerahkan sehingga sanggup memanusiawikan manusia. Liberasi yang diemban oleh ilmu hukum sebagai ilmu praktis adalah liberasi yang kontekstual. Namun liberasi ini tidak berhenti sampai disitu saja, karena ia merupakan proses untuk melangkah ke liberasi yang lebih hakiki lagi, yakni menuju keridhoan Tuhan. Tidak mungkin ada liberasi ke arah transendensi , tanpa menuntaskan lebih dulu liberasi di ranah humanisasi.
“Dengan kata lain, tidak mungkin orang diajak berketuhanan tanpa terlebih dulu ia berkemanusiaan. Barang siapa ingin dekat dan mengenal Tuhannya, haruslah ia mengenal diri dan sesamanya terlebih dahulu,” tutup Dr. Alpi. (*)
