Oleh: M. Risfan Sihaloho
Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, suasana semarak mulai terasa di berbagai pelosok negeri. Merah-putih berkibar gagah di sepanjang jalan, di depan rumah-rumah warga, sekolah, kantor pemerintahan, hingga pos ronda. Namun, satu pemandangan tak biasa ikut menyita perhatian publik: berkibarnya bendera “One Piece”, lengkap dengan lambang tengkorak khas bajak laut, di samping bendera kebangsaan Indonesia.
Fenomena ini viral di media sosial. Foto dan video bendera One Piece—yang dikenal dengan lambang Jolly Roger milik kru Topi Jerami pimpinan Monkey D. Luffy—berkibar berdampingan dengan bendera merah-putih, memicu beragam reaksi, dari gelak tawa, kekaguman, hingga kritik dan kekhawatiran soal nasionalisme generasi muda.
Simbol Imajinasi dan Semangat
Bagi banyak penggemar, pengibaran bendera One Piece bukanlah bentuk pelecehan terhadap simbol negara, melainkan wujud ekspresi budaya pop dan kekaguman terhadap nilai-nilai yang ada dalam serial anime dan manga tersebut.
“Luffy dan teman-temannya itu punya mimpi besar, mereka berjuang melawan penindasan, dan tidak takut melawan kekuasaan yang korup. Semangat mereka mirip dengan semangat kemerdekaan,” ujar Rafi (22 tahun), mahasiswa yang turut mengibarkan bendera One Piece di kampungnya di Bekasi.
Di mata generasi Z, tokoh-tokoh seperti Luffy dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan peneguhan identitas diri. Tak heran jika banyak yang menganggapnya relevan dengan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah dahulu kala.
Di Mana Batasnya?
Namun, fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan. Apakah tepat mengibarkan bendera fiksi, apalagi bajak laut, berdampingan dengan bendera negara? Apakah ini bentuk kreativitas yang patut diapresiasi, atau justru tanda memudarnya pemahaman sejarah dan nasionalisme?
“Ini bukan sekadar soal anime, ini soal simbol negara. Bendera merah-putih tidak bisa disandingkan sembarangan,” ujar Dr. Farida Wulandari, pakar komunikasi budaya dari Universitas Indonesia. Ia mengingatkan bahwa edukasi tentang makna simbol-simbol nasional penting dilakukan, tanpa perlu mematikan kreativitas generasi muda.
Antara Nasionalisme dan Budaya Pop
Fenomena ini mencerminkan bagaimana budaya pop global telah menjadi bagian dari identitas anak muda Indonesia. Dalam semangat perayaan kemerdekaan, mereka ingin menunjukkan nasionalisme dengan cara yang mereka pahami dan sukai.
Mungkin ini saat yang tepat untuk membuka ruang dialog antara nilai-nilai kebangsaan dan ekspresi budaya anak muda. Daripada melarang, pendekatan yang bijak bisa dimulai dengan pemahaman dan edukasi—bahwa mengagumi Luffy sah-sah saja, selama tidak menodai makna suci dari simbol-simbol negara.
Penutup
Di usia 80 tahun kemerdekaannya, Indonesia dihadapkan pada tantangan baru: bagaimana membina cinta tanah air di tengah arus budaya global yang begitu deras? Jika dulu semangat merdeka lahir dari para pejuang bersenjata, kini ia hidup dalam hati generasi muda yang tumbuh bersama anime, TikTok, dan dunia digital.
Dan mungkin, selama semangat juang tetap hidup, tak masalah jika di sebelah merah-putih berkibar pula bendera Topi Jerami—selama itu bukan untuk menggantikan, tapi untuk menyemangati. (*)