SUWUNG
aku terapung di antara awang uwung
menjadi bambung di hadapan Sang Pandita
di tengah balairung hati terasah-asah
menjadi ada dalam tiada: mengada dalam ketertiadaaku terapung di antara awang uwung
seorang datung bersyair tentang Khidir, tentang Musa,
tentang bahtera, tentang pemuda di dalam goa,
tentang utusan dalam percakapanaku terapung di antara awang uwung
jagat sunyi dengan air, tanah, api, udara, dan atman
merangkum dalam osmosis yang satusuwung dalam awang uwung
terapung-apung
: aku dan Engkau2024
PINTU
pintu itu sedikit terbuka
aku ragu mengetuknya
:engkau sudah ada di sana
menunggukudi luar, gerimis menyapa
burung beterbangan disentuh tetesannya
lagi, aku melihat pintu itu sedikit terbuka
masih dengan cat mengelupas dan gagang rusak:engkau selalu di sana
menunggukumasih!
2025
SESAL
hari berlalu pada lembaran kalender
anak-anak sudah ditinggalkan
matahari melewati kepala
senja menanti dengan sabar
tak ada yang dibawa:
bekal belumlah cukupaku menatap masa lalu dengan kerugian
betapa banyak utangku kepadamu
engkau begitu mempesonaaku akan menemuimu
dengan cinta yang sederhana2025
AKU MENUNGGU BUNGA
aku menunggu bunga
di taman yang kering dan hening
pagar bambu melingkar hati
angin berhembus menelusupi rusuk
ada yang terhempas
di antara rerumpun pohonaku menunggu bunga
di pelataran sepi dan sunyi
matahari akan bergegas pergi
senja tiba
menunggu jemputan
dengan sabar!2025
ADA YANG TERTINGGAL DI BELAKANGMU
ada yang tertinggal di belakangmu
kabur menjadi bayang-bayang purba
ada yang meronta-ronta di belakangmu
hilang menjadi jejak-jejak udarahujan beranjak ke luar jendela
deras: membasahi kenangan-kenangan
kita hanya bermuram: menungguada yang tertinggal di belakangmu
kabur dan hilang:
bersama2025
PRANGKO
ada wajahmu yang sendu
menatap lesu padaku
di luar, angin berhembus
menerbangkan surat tua
amplop lusuh tergenggam jemariprangko itu tetap setia menempel
walaupun amplop telah menguning
2025
BIODATA HERI ISNAINI
Heri Isnaini lahir di Subang, Jawa Barat, pada tanggal 17 Juni. Heri sangat menyukai puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Pernah mengikuti acara “Temu Penyair Asia Tenggara 2018” di Padang Panjang, Sumatera Barat, mengikuti Festival Seni Multatuli 6-9 September 2018 di Rangkasbitung, Lebak, Banten. Puisi-puisinya juga pernah dimuat pada Jurnal Aksara, Deakin University, Australia.
Antologi puisinya, Ritus Hujan (2016); Singlar Rajah Asihan: Kumpulan Sajak (2018); Ah, Mungkin Kau Lupa Aku Begitu Merindumu (2019); Manunggaling Kawula Gusti: Kumpulan Sajak (2020); Montase: Sepilihan Sajak (2022). Cerpennya pernah dimuat pada koran Radar Banyuwangi, Radar Kediri, dan Harian Rakyat Sultra. Beberapa media daring di Indonesia seperti Radar Utara, Restorasi News Siber Indonesia, Tebu Ireng Online, Bali Politika, Berita Jabar News, Sip Publishing, Himpun.id, Negerikertas.com, Potret online, Tajdid.id, Madrasah Digital.co, Riau Sastra, Literatura Nusantara, Pustaka Ekspresi juga pernah memuat karya-karyanya.
Kegiatan sehari-hari Heri adalah Dosen Sastra IKIP Siliwangi Kota Cimahi. Selain itu, Heri juga banyak beraktivitas sebagai editor dan reviewer di berbagai jurnal ilmiah di dalam dan luar negeri. (*)