TAJDID.ID~Tuban || Masjid Al Amin Tasikmadu dipenuhi dengan aura semangat dan kehangatan ukhuwah. Bukan tanpa alasan, saat itu Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Palang, Kabupaten Tuban kembali menggelar Pertemuan Rutin Bulanan, sebuah forum yang tak hanya menjadi ajang silaturrahim, tetapi juga menjadi ruang reflektif untuk menyegarkan semangat juang para kader perempuan Muhammadiyah.
Mengusung tema “Perempuan Berdaya, Silaturrahim Kuat Membangun Komunitas yang Harmonis”, kegiatan ini berhasil menyulut optimisme baru di kalangan anggota ‘Aisyiyah se-Cabang Palang.
Lebih dari sekadar tema, tajuk ini menjadi semacam manifesto gerakan perempuan Islam yang sadar peran, peduli komunitas, dan siap bergerak membangun peradaban.
Pertemuan ini menghadirkan Anis Ulfiyatin, dosen STIQSI Lamongan yang dikenal luas sebagai motivator perempuan dan penggerak kajian sosial-keislaman.
Dalam penyampaian materinya, Anis mengungkap tentang pentingnya self value atau nilai diri bagi perempuan. Dengan gaya bicara yang tenang namun tegas, ia berhasil menggugah para peserta untuk merenung lebih dalam tentang jati diri mereka sebagai perempuan Muslim.
“Ciri orang dengan self value yang tinggi adalah mereka yang selesai dengan dirinya sendiri,” tegas Anis.
“Ia tak mudah goyah, tidak silau oleh penilaian orang lain, dan tahu arah hidupnya. Inilah perempuan berdaya yang bukan hanya kuat untuk dirinya, tetapi juga mampu menumbuhkan kekuatan di lingkungannya.” imbuhnya.
Ketua PCA Palang, Hanifah Harun dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan rutin seperti ini bukan hanya menjaga kebersamaan, tetapi juga menjadi ruang pengokohan nilai ideologis ‘Aisyiyah yang berlandaskan Islam berkemajuan.
“Di sinilah kita terus belajar, berbagi, dan bergerak bersama,” ujarnya.
Hanifah berharap langkah-langkah kecil dalam pertemuan seperti ini menjadi bagian dari gerakan besar membangun peradaban yang lebih adil, harmonis, dan penuh kasih.
Dengan mengusung slogan “Bergerak Bersama Membangun Peradaban”, ‘Aisyiyah Palang menunjukkan konsistensinya sebagai pilar dakwah perempuan yang tidak hanya menyentuh aspek spiritual, tetapi juga sosial, edukatif, dan kultural. (*)
🪶 Iwan Abdul Gani