TAJDID.ID~Medan || Mengamati Debat Publik Pertama Pilkada Medan, Jumat (8/11/2024), pemerhati politik, Shohibul Anshor Siregar, menangkap ada kesan dilematis menghinggapi paslon 1 dan paslon nomor 3 yang sukar disembunyikan, ketika mereka menginginkan dukungan pemilih kota namun dengan tetap ingin memuji Bobby Afif Nasution.
Disadari atau tidak, kata Shohibul, tampaknya Rico menyampaikan visi paslon nomor urut 1 ini dengan penekanan kritik yang cukup pedas terhadap walikota Medan dengan konsep pemerataannya.
Pelayanan kesehatan bukan utuk si A atau si B, namun untuk semuanya. Pendidikan bukan utuk si A atau si B, namun untuk semuanya. Pelayanan kesejahteraan bukan hanya untuk si A atau si B, melainkan untuk semuanya.
Rico juga menekankan perhatian atas konsep pemerataan, ramah investasi dan infrastruktur yang humanis dan harmonis untuk pembangunan yang sustainable.
Paslon ini berjanji membangun kota medan untuk semua.
“Dalam memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan debat, akhirnya kedua paslon ini berhenti sebatas reaksi-reaksi normatif belaka,” ungkap Shohibul yang merupakan dosen FISIP UMSU ini, Sabtu (9/11).
Sementara itu, kanjut Shohibul, Hidayatullah dari Paslon No 3 kehabisan waktu karena seakan memerlukan penegasan untuk memuji-muji Bobby Afif Nasution.
Hidayatullah tentu tak menghitung kemanfaatan data yang diungkapkannya tentang Medan dengan mengatakan bahwa tahun lalu PDRB mencapai Rp 303 triliun. Pendapatan perkapita Rp120 juta pertahun, dan Rp10 juta perbulan.
Menurut Shohibul, orang yang paham tentu mencibir, bahwa data agregat yang disampaikan Hidayatullah sangat teoritis dan jauh dari kenyataan. Bahkan jika tanpa pemerintahan pun PDRB yang dia ungkapkan juga akan tumbuh sedemikian rupa.
“Tetapi sadar bahwa jika terus memuji-muji, ia akan ditinggal pemilih. Karena itu, dalam bagian terakhir ia memaparkan kondisi buruk Medan saat ini dengan jumlah warga miskin cukup besar, 187 ribu jiwa,” sebut Shohibul.
Kemudian, di tangan Ridha Dharmajaya dari Paslon No 2 hal-hal yang ingin ditutupi oleh kedua paslon (No 1 dan 3) itu menjadi amat jelas.
Prof Ridha memaparkan persoalan banjir, infrastruktur yang kacau, rendahnya daya beli rakyat di tengah melonjaknya harga sembako.
“Seolah-olah Prof Ridha ingin menegaskan, bahwa Medan butuh pemimpin yang tak akan membiarkan rakyat menderita, bukan yang meninggalkan permasalahan besar karena ingin meraih kekuasaan lebih besar,” ujar Shohibul.
Untuk debat berikutnya, Shihibul menyarankan kedua paslon ini perlu memikirkan agar keterancaman nasib keterpilihan paslon sendiri tidak semakin besar hanya karena ingin melindungi Bobby Afif Nasution.
“Jelasnya, tentu banyak keuntungan bagi Paslon nomor 2 jika pola yang ditempuh oleh paslon nomor 1 dan 3 tidak dirubah,” pungkas Shohibul. (*)