Diskusi yang dipandu oleh Khairul Huda, M.Sos, Cendekiwan Muslim Muda, Akademisi Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam ini mendapat tanggapan yang cukup luas dari para peserta, akademisi yang hadir.
Prof. Dr, Ziaul Haq, MA, yang hadir menjadi peserta menyebutkan bahwa pemikiran (Filsafat, Teologi, dan Tasawuf) memiliki kaitan yang erat dengan industri, karena pemikiran mendorong kemajuannya, teologi menjadi spirit sebagian besar pelakunya, dan spiritual menjadi pelipur lara dalam menghadapi problema dan tantangan yang dihadapi masyarakat industri.
Dr. Uqbatul Khair, MA, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam menyoroti kondisi pemikiran Islam yang lebih cenderung teoritis dan spekulatif serta para penekunnya hanya berkutat pada pemikiran-pemikiran yang bersifat teoritis tanpa menyentuh kenyataan. Ia memberi contoh antara roti dengan ilmu tentang roti. Studi pemikiran cenderung lebih banyak bebicara tentang ilmu membuat roti dan jarang sekali sampai pada pembuatan roti.
“Oleh karenanya saya sepakat bahwa problema kita adalah bagaimana menggeser pemikiran Islam agar lebih aplikatif,” ujarnya.
Sementara itu Dr. Agusman Damanik, MA akademisi Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam juga mengedepankan tanggapannya tentang bagaimana posisi al- Qur’ân dalam pemikiran Islam, karena menurutnya al-Qur’ân tidak boleh direndahkan kedudukannya apalagi diabaikan dalam pengembangan Pemikiran Islam.
Dalam hal ini Prof. Syahrin menjawab bahwa al-Qur’ân dan al-Hadîs harus tetap menjadi ‘darah’ dan ‘daging’ Pemikiran Islam, agar peradaban jangan lepas dari nilai-nilai ajaran Tuhan.
Diskusi menyepakati bahwa Pemikiran Islam harus digeser menuju Dirâsah Tathbiqiyyah, studi terapan, agar Pemikiran Islam terus dan semakin memberi kontribusi bagi perkembangan peradaban. Dirâsah Tathbiqiyyah menggunakan simbol dan sandi ‘Segi Tiga” yang secara sederhana dapat digambarkan sebagai “Pemikiran Islam ~ Induktif Masyarakat ~ Peradaban”.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Dr. Mara Imbang Daulay, MA saat memberikan sambutan dalam kegiatan ini menyampaikan, bahwa diskusi dan dialog ilmiah merupakan tradisi agung para ulama dan intelektual Muslim.
“Dengan demikian Fakultas yang memiliki tupoksi Pemikiran Islam ini terus mentradisikan dan mengembangkan pemikiran melalui dialog, penelitian, dan perenungan, sebagaimana yang kita ikuti hari ini,” ujarnya.
Sedangkan Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Dr. Ely Warnisah Harahap, MA ketika membuka diskusi tersebut menyampaikan bahwa diskusi ilmiah ini akan terus dilaksanakan sebagai bagian dari pendalaman ilmu dan aplikasinya bagi pengembangan masyarakat dan peradaban. (*)