TAJDID.ID~Medan || Pengamat sosial, Shohibul Anshor Siregar menilai, ribut-ribut soal pemakain mobil dinas untuk sarana pulang kampung dan kehadiran pertama ASN setelah libur IIdulfitri hanyalah masalah remehtemeh yang sengaja dibesar-besarkan.
“Ya, sebetulnya itu masalah amat remehtemeh yang selalu dianggap besar dan perlu dibesarbesarkan setiap tahun,” ujar Shohibul, Jumat (5/4).
Sosiolog FISIP UMSU ini menjelaskan, Indonesia ini salah satu negara korupsi terbesar di dunia dan setiap tahun makin parah.
Lembaga penegak hukumnya parah hingga perlu membuat satu lembaga superbody, yakni KPK.
“Tetapi KPK pun rusak jadi tertawaan sinistik di tengah rakyat karena para komisioner yang mengendalikannnya kerap menjadikannya sebagai lembaga cari kekayaan dan di kala lain mengcreate cara-cara buruk yang melawan hukum lainnya,” sebutnya.
“Malah kini kpk terkesan sudah sangat bersahabat dengan aroma korupsi,” imbuhnya.
Namun, lanjut Shohibul, Indonesia negara korupsi besar ini sangat doyan memperbesar-besar isu remehtemeh seperti pemakaian mobil dinas untuk sarana pulang kampung saat lebaran begini.
“Hanya karena negaranya tak mampu memberantas mega korupsi utama maka ia senang memilih urusan kecil untuk menipu rakyat. Karena dengan meributkan hal remehtemeh ini ia ingin juga dianggap super anti korupsi,” ujar Shohibul.
Sama dengan sorotan atas netralitas ASN dalam pemilu, itu pun terkesan dibesar-besarkan, padahal tak ada yang bisa dilakukan oleh KPK.
“Tetapi presiden cawecawe, mengendalikan hampir seluruh birokrasi dan alokasi anggaran politik gentongbabi. Di tengah kemaharajalelaan praktik itu isu netralitas ASN tetap dianggap sangat penting,” ungkap Ketua LHKP PW Muhammadiyah Sumut ini.
Menurut Shohibul, hingga kini rakyat Indonesia masih merasa ASN sangat bermasalah atas netralitas politiknya. Itu karena berhasil ditipu oleh pemerintah.
“Nanti setelah lebaran hal remehtemeh lainnya juga akan dibesar-besarkan, yakni kehadiran pertama pasca libur Idulfitri,” pungkasnya. (*)