Syahdan. Dikisahkan, seorang ahli kunci yang sangat masyhur bermaksud mewariskan satu ilmu tertinggi dalam dunia perkuncian.
Ahli kunci ini memiliki dua orang murid yang sama-sama pandai. Setelah beberapa tahun dilatih dan dididik mereka telah mahir dan menguasai semua teknik membuka segala jenis gembok. Hanya saja ilmu tertinggi itu harus diwariskan hanya kepada satu orang murid, yakni yang benar-benar memenuhi kriteria.
Karena itu, si ahli kunci menggelar sebuah ujian yang diarahkan secara bersamaan. Disiapkanlah dua buah bilik ada masing-masing peti, dan di dalam peti itu ada barang berharga.
Kedua muridnya kemudian disuruh masuk ke dalam bilik secara bersamaan,
“Tugas kalian adalah membuka peti di dalam bilik itu,” kata si ahli kunci.
Tak lama kemudian murid pertama keluar terlebih dahulu. Wajahnya tampak begitu girang dan bahagia, karena ia berhasil menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
Sang ahli kunci langsung berkata: “Bagus, kau berhasil,”.
“Apa isi peti itu?” si ahli kunci lanjut bertanya kepada murid pertama.
“Di dalam peti itu ada bungkusan, dan didalam bungkusan itu ada sebuah permata yang berkilauan dan sangat indah sekali,” jawab si murid pertama dengan penuh rasa percaya diri dan sedikir bernada jumawa.
Mendengar jawaban polos itu, si ahli kunci tersenyum bijak. Ia segera menoleh ke murid yang kedua yang baru saja keluar dari bilik satunya lagi.
Ia pun menanyakan hal yang sama. Lantas murid kedua itu menjawab: “Saya hanya membuka peti itu, lalu saya keluar. Saya sama sekali tidak membuka petinya, apalagi melihat isinya,”.
Mendengar jawaban itu, si ahli kunci tersenyum.
“Baiklah, berdasar ujian tadi, maka wahai murid kedua engkaulah pemenangnya. Engkau yang akan mewarisi ilmu tertinggoi dalam dunia perkuncian ini yang kumiliki,” tegas sang ahli kunci.
Keputusan itu sontak membuat murid pertama kaget.
“Guru, bukankah saya yang berhasil membuka gembok lebih cepat, mengapa justru dia yang dipilih,” protes murid pertama.
Mendengar kekecewaan muridnya, si ahli kunci itu tersenyum bijak. Ia mengatakan; “Murid-muridku, dengarlah. Profesi kita adalah tukang kunci, dan tugas kita adalah membantu orang membuka gembok yang kuncinya hilang atau rusak.
“Jika gembok sudah dibuka, maka tugas kita selesai. Kalau kita juga ingin melihat isinya, itu berarti kita sudah tidak jujur. Itu sudah melanggar kode etik profesi kita sebagai ahli kunci. Tanpa moral dan etika, maka seorang ahli kunci bisa dengan mudah berali profesi seorang pencuri,. Kalian mengerti waih murid-muridku?,” ujarnya dengan tegas. (*)
***
Sahabat semua, apapun profesi hingga pekerjaan kita, maka moralitas, etika hingga kejujuran haruslah senantiasa dijunjung tinggi.
Dari Abu Bakar as-Shiddiq, Rasulullah SAW bersabda: “Jujur itu bersma kebaikan, dan keduanya di surga. Maka jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersma kedurhakaan, dan keduanya ada di neraka,”.