TAJDID.ID~Medan || Dinamika politik jelang Pilkada Sumut 2024 makin menggeliat. Salah satu rumor politik teranyar tentang PDI Perjuangan yang sudah membuka peluang berduet dengan PKS.
Kabar yang beredar kedua partai tersebut sedang menjajaki rencana koalisi dengan nama “RASA” yang oleh banyak pihak disebut-sebut akronim dar Rapidin dan Salman Alfirisi. Pada hal sebelumnya santer terdengar PDIP sudah membuka peluang ke Edy Rahmayadi untuk diusung pada Pilgubsu 2024.
Menaggapi hal tersebut, pengamat politik Shohibul Anshor Siregar, menjelaskan, jika memang belakangan ini PDIP telah semakin menjauh dari Edy Rahmayadi untuk kemudian menawarkan koalisi dengan PKS menghadapi Pilgubsu 2024, maka ada beberapa catatan.
“Pertama, elit (lokal dan Jakarta) serta pendukung grassroot partai mana nanti yang akan paling resisten untuk koalisi ini dan bagaimana akibatnya terhadap obsesi untuk berkuasa di Sumut?,” ujar dosen FISIP UMSU ini, Rabu (27/3/2024).
Kedua, menurut Shohibul, konstituen kedua partai tak mudah diarahkan oleh apa yang mereka sebut sebagai RASA, yang mereka bangun menjadi magic words.
“Baik untuk internal kedua partai maupun di luarnya, RASA itu adalah pilihan magic word yang rentan atau bisa dengan mudah diasosiasikan kepada terminologi lain yang berusia lama di Indonesia, yaitu SARA,” kata Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PW Muhammadiyah Sumut ini.
“Kira-kira jika keduanya dibolakbalik orang untuk memaknai pasangan ini, apakah hasilnya akan lebih bagus atau sebaliknya?,” imbuhnya.
Baca juga:
Ketiga, lanjut Shohibul, dari jumlah perolehan kursi di Sumut, PDIP di bawah kepemimpinan Rapidin Simbolon memang mengalami sedikit advantage meski kehilangan beberapa bintang lapangan yang selama ini bermain di Senayan. Tetapi pilpres malah jauh ketinggalan meski ini sebuah kenyataan nasional yang bukan khas Sumut.
“Pertanyaannya, apakah fenomena hasil pemilu 2024 (pileg dan pilpres) secara kombinatif menjadi faktor advantage atau disadvabtage bagi naksud Rapidin Simbolon ber RASA ria dengan Salman Alfarisi?,” kata Shohibul.
“Salman Alfarisi adalah Calon Wakil Walikota dlm Pilkada Kota Medan 2024. Saya tak tahu bagaimana penilaian elit kedua partai ini di Jakarta, sama halnya Rapidin Simbolon yang saya ingat sebelum ini adalah petahana yang kalah dalam pilkada Samosir,” tambahnya.
Keempat, perlu juga dipertimbangkan pada PKS dan PDIP kini terdapat tokoh mumpuni lainnya yang tentu akan terus dievaluasi oleh pimpinan masing-masing. Di antaranya ada yang kapasitasnya mungkin cocok diajukan sebagai calon wakil untuk Pilgubsu 2024.
“Tentu saja PDIP punya obsesi. Meski dulu pernah memiliki kader yang menjadi gubernur, namun belum pernah memenangi pilkada kecuali di ranah legislatif yakni Rizal Nurdin. Karena kecelakaan penerbangan Medan-Jakarta yang menewaskan beberapa tokoh Sumut termasuk Rizal Nurdin, maka Rudolf M kader PDIP yang menjadi Wakil dipromosikan menjadi Gubernur,” tuturnya.
Kelimat, Shohibul menyebut pengalaman PKS berbeda. Gatot digandeng Syamsul Arifin Silaban Sahabat Semua Suku dan menang. Ketika Sumut diterpa prahara dan Gubernur berhalangan tetsp karena slasan hukum, kader PKS menjadi Gubernur. Pilkada berikutnya dimenangkan Gatot.
“Saya kira baik PDIP maupun PKS tak pernah alergi dengan figur mantan militer. Karena itu Jakarta saya kira tidak atau belum pernah menutup pintu buat Edy Rahmayadi,” pungkasnya. (*)