TAJDID.ID-Madura || Lima mahasiswa Universitas Muhammadiyah Madiun (UMMAD) menjadi pemantau TPS dengan tugas melakukan exit poll dan quick count (hitung cepat) Pemilu 14 Februari 2024.
Mereka menjadi pemantau setelah direkrut oleh lembaga survei nasional Cyrus Network yang bekerjasama dengan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia.
Kelima mahasiswa UMMAD tersebut berasal dari beberapa prodi yang dikelola UMMAD. Mereka adalah Siti Nur Fadilah dari Prodi Kebidanan, Maikel Jeksen dari Prodi Ilmu Aktuaria.
Berikutnya Hariyati dari Prodi Ilmu Komunikasi, kemudian Fransiskus Fido Eka KN dari Prodi Ilmu Aktuaria dan Allegra Zabkly Rydoyance Putra dari Prodi Kesejahteraan Sosial.
Oleh Cyrus Network & CSIS Indonesia, mereka ditugaskan di beberapa TPS di Kabupaten dan Kota Madiun untuk melakukan exit poll kepada pemilih yang baru saja melakukan coblosan.
Selain melakukan exit poll, mereka menjalankan quick count hasil Pilpres dan Pileg DPR RI. Siti Nur Fadilah ditempatkan di TPS 10 Oro-Oro Ombo Kota Madiun.
Maikel Jeksen menjadi pemantau di TPS 10 Josenan Kota Madiun, Hariyati berada di TPS 5 Desa Joho Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun,
Fransiskus Fido Eka KN, ditempatkan di TPS 16 Kelurahan Klegen, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun dan Allegra Zabkly Rydoyance Putra bertugas TPS 1 Dampelan Kecamatan/Kabupaten Madiun.
Bagi Siti Nur Fadilah, menjadi relawan pemantau TPS dari lembaga survei nasional merupakan pengalaman luar biasa membekas. Diakuinya, ada peristiwa yang menyenangkan ada juga yang tidak menyenangkan.
“Ada hal yang menyenangkan ada hal yang tidak menyenangkan tapi tidak apa lah intinya sekarang pengalaman itu mahal. Mungkin jika saya tidak menjadi pengawas TPS atau quick count saya tidak tahu kerasnya dunia luar seperti apa,” ungkap Dila, Rabu, 28 Februari 2024.
Bagi Maikel Jeksen menjadi relawan quick count pemilu tahun ini cukup menyenangkan apalagi ini pertama kali bagi dirinya menjadi relawan.
“Dan saya mendapatkan pengalaman dan bertemu orang-orang yang mudah diajak bekerja sama dalam pemilihan ditps tempat saya bertugas,” kata Maikel.
Di sisi lain, Hariyanti mengaku awalnya merasa takut kehadirannya tidak diterima dan gagal menjalankan tugas pemantauan di TPS tempat ia bertugas.
Hariyati berusaha memberanikan diri untuk mulai bekerja melakukan exit poll dan quick count Pilpres dan Pileg DPR RI. Dan hasilnya Hariyati merasa puas meski harus pulang larut malam.
“Saya dapat pengalaman baru, kenal orang baru dan dapat ilmu baru. Awal mulanya saya takut tidak diterima oleh masyarakat sekitar. Tapi nyatanya antusiasme masyarakat sekitar kepada saya cukup tinggi,” kata Hariyati.
Sedang, Fransiskus Fido mengakui sangat senang diajak berpartisipasi menjadi pemantau TPS oleh lembaga survei nasional.
“Terutama yang bagi saya yang awam apa itu Pemilu, dan terjun langsung sebagai petugas quick count serta menggunakan hak pilih pertama saya. Banyak pengalaman yang saya dapatkan,” jelas Fido.
Demikian pula dengan Allegra yang mengaku senang bisa ikut serta dalam pemantauan TPS dengan melakukan exit poll dan quick count dari Cyrus Network.
“Saya senang dipilih menjadi (surveyor) quick count. Kesan saya sangat senang bisa bekerja sama dengan petugas KPPS, bisa bekerja sama dengan cepat,” kata Allegra. (*)
Kontributor: Pujoko