TAJDID.ID~Medan || Pemerhati politik FISIP UMSU, Shohibul Anshor Siregar mengatakan, utak-atik koalisi dalam kontestasi politik jelang 2024 yang begitu liar terjadi akhir-akhir ini merupakan kesulitan disebabkan oleh ketentuan presidential threshold 20 persen yang anti demokrasi itu.
Terakhir yang paling menghebohkan adalah tiba-tiba mencuatnya duet Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang diusung Partai Nasdem dan PKB, yang kemudian meninggalkan luka kekecewaan mendalam bagi Partai Demokrat yang merasa dikhianati. Karena sebelumnya yang digadang-gadang adalah duet Anies-AHY.
“Ke depan hal ini (PT 20 persen-red) harus dihapus, karena mengabaikan hak-hak warga negara menjadi Presiden dengan cara mengabadikan hegemoni kepartaian yang tak pantas,” tegas Shohibul, Sabtu (2/9).
Shohibul mengatakan, dalam kasus perubahan Anies-AHY menjadi Anies-Muhaimin untuk kontestasi Pilpres 2024, mestinya koalisi pendukung Anies sangat paham bahwa Anies itu muncul sebagai tokoh nasional paling layak menjadi presiden saat ini bukan karena jabatannya di partai.
“Jika karena partai seperti Prabowo dan Ganjar yang audah jadi bacapres saat ini. maka mestinya Paloh pun bisa dan Presiden PKS pun bisa dan mengapa juga AHY, Muhaimin, Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan tak maju jadi Capres?,” tanya Shohibul.
Jadi, kata Shohibul, sekali lagi elektabilitas itu menjadi faktor utama. Menurutnya, Anies unggul dari yang mana pun dan tak perlu ikut capres jika tak yakin menang. Meskipun ini akan dibantah oleh banyak orang berdasarkan data yang diproduk oleh para Toke Survey, Anies itu memiliki peluang terbesar.
“Saya kira wajar juga jika AHY merasa dirinya lebih pantas jadi cawapres untuk Anies. Tetapi menurut saya cuma Paloh dan Mega yang merasa tak pantas untuk cawapres Anies itu. Artinya PKS juga tak harus mengamuk jika tak berhasil ajukan cawapres,” ujar Ketua LHKP PW Muhammadiyah Sumut ini.
Jadi jika karena harapannya tak terpenuhi menjadi cawapres buat Anies lalu PD pergi mencari peluang ke kubu lain, Shohibul menilai bandrol AHY dan partainya mungkin saja akan semakin merosot.
“Biasalah terjadi riakriak seperti ini, namun rasanya pembicaraan tentang powersharing perlu lebih diintensifkan oleh semua partai dalam kubu pendukung sehingga secara proporsional semua beroleh harapan yang memuaskan dalam pemerintahan mendatang,” jelasnya.
“AHY tidak usah kecil hati. Ia orang muda yang masih punya peluang 15-20 tahun lagi ke depan. Ia harus tetap tegar sebagai negarawan,” pungkas Shohibul. (*)