TAJDID.ID~Medan || Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Moqoddas mengatakan, misi Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah sebagai wadah kaderisasi ilmuan kemanusian universal.
“Kaderisasi adalah kata kunci, karena sunatullah bahwa yang memimpin negeri ini adalah orang-orang yang seharusnya memiliki energi dan kemampuan. Dan energi yang terpenting dimiliki pemimpin adalah kemampuan ilmu,” ujar Busyro saat memberikan bimbingan pada acara Wisuda UMSU Periode I di Selecta Convention Hall, Medan, Selasa (4/7).
“Misi kaderisasi ilmuan kemanusian universal itu bertujuan untuk mewujudkan hakikat kemanusian yang memiliki spiritualitas, intelektualitas dan kebebasan kehendak kepemimpinan (leadership free will),” imbuhnya.
Baca juga
- Busyro Muqoddas: Muhammadiyah Terus Tingkatkan Kualitas Negeri Melalui Pendidikan
- Hasnah Yusoh, Gadis Cantik dari Sebuah Desa di Thailand Selatan Sukses Selesaikan Studi di UMSU
Lebih lanjut Busyro mengungkapkan, bahwa sekarang Indonesia sedang mengalami kebuntuan kepemimpinan yang hakiki, kepemimpinan yang otentik dan fitri. “Hari ini kita sedang berada dalam situasi krisis kepemimpinan yang hakiki, yang berdasarkan kejujuran, kepandaian, kemerakyatan yang asli atau tidak dibuat-buat,” tegasnya.
Muhammadiyah membaca krisis ini, dan salah satu cara yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah dengan memperkuat basis kenegaraan dan basis kebangsaan, yaitu mencetak SDM melalui pendidikan tinggi.
“Itu jawaban Muhammadiyah yang konkrit, nyata dan bermanfaat. Muhammadiyah terus berkhidmat berikhtiar memberikan kontribusi nyata untuk bangsa, dikala sebagian orang asik bermain-main di wilayah narasi yang melangit. Pada hal ada ada tagline yang mengatakan narasi tanpa implementasi dan aktualisasi adalah halusinasi,” jelasnya.
“Muhammadiyah tidak seperti itu. Muhammadiyah konkrit. Narasinya adalah ilmu yang integratif dengan iman, dan itu diwujudkan dalam produk nyata. Salah satu contohnya adalah UMSU dengan segenap prestasi yang sudah diraihnya,” tambah Busyro.
Kemudian, Busyro menjelaskan hakikat ilmu sebagai transformasi. Menurutnya peran transformasi ilmu adalah melakukan upaya perubahan-perubahan secara evolutif, tapi sistemik, tidak cuma berdasarkan slogan-slogan kosong.
“Ciri sarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah tidak seperti itu. Oleh karena itu tujuan pendidikan Islam, yang sekaligus merupakan tujuan pendidikan Muhammadiyah, adalah mengantarkan mahasiswa untuk memiliki kesadaran amal shaleh, yakni perpaduan antara ilmu amaliah dengan amal ilmiah,” tegas Busyro.
Jika dibuat penekanan, kata Busyro, perpaduan antara ilmu amaliah dengan amal ilmiah akan menghasilkan pejuang kebenaran dan keadilan ekonomi, politik, sosial, hukum, HAM, SDA, pendidikan dan demokrasi. Serta juga keadilan kepemimpinan yang jujur, cerdas, tegas dan religius.
Busyro menyebut ketidakadilan ekonomi adalah yang paling parah terjadi di republik ini. Mengutip laporan majalah Tempo, Busro mengungkapkan bahwa kekuatan ekonomi nasional sekarang hanya dikuasai oleh 50 orang saja.
Menurutnya, ketidakadilan ekonomi ini disebabkan oleh praktik yang berjalan di birokrasi kenegaraan itu adalah kebijakan-kebijakan yang dijalankan tidak berdasarkan prinsip amal shaleh.
“Birokrasi kenegaraan kita saat ini hanya didasarkan kepada selera, selera yang menjabat. Sehingga yang berjalan adalah manajemen selera. Jika negeri dipimpin oleh manajemen selera, maka yang terjadi adalah ketimpangan ekonomi,” ungkapnya.
Atas dasar realitas tersebut, Busyro mengajak seluruh rakyat pada momentum Pemilu 2024 untuk memastikan terjadi alih genarasi kepada generasi yang memiliki kapasitas amal sholeh untuk melanjutkan kepemimpinan bangsa ini. (*)