Oleh: Sahlan Marpaung
Sekitar pukul 09.19 WIB saya ditelepon mbak Yanthi Burhan, salah seorang pengurus Kornas FOKAL IMM yang intens mengupdate kondisi kesehatan Ketum Kornas FOKAL IMM almarhum abangda Armyn Gultom, sejak beliau menjalani operasi kanker esofagus lebih kurang 6 bulan yang lalu.
Sejak menjalani operasi kanker tersebut, saya memang lebih sering minta informasi perkembangan kondisi kesehatan almarhum abngda Armyn Gultom melalui mbak Yanthi, baik secara japri maupun di WAG Kornas/Korwil FOKAL IMM. Berita yang disampaikan mbak Yanthi membuat pagi sabtu yang cerah tersebut jadi terasa dipenuhi mendung kelabu yang membawa suasana hati jadi tidak enak dan diliputi kekhawatiran, kondisi abangda Armyn Gultom sedang kritis, demikian yang dikatakan oleh mbak Yanthi, mohon doanya.
Diiringi kekhawatiran yang demikian mendera, saya buka WAG KORNAS/KORWIL dan mbak Yanthi sudah menginformasikan berita tersebut di grup. Tanpa pikir panjang, pesan dan berita tentang kondisi kritis almarhum saya teruskan ke beberapa grup Alumni IMM. Hanya dalam hitungan menit, berita tentang kondisi kritis tersebut telah berganti menjadi berita duka, sekira 09.30 abangda Armyn Gultom, Ketua Umum Kordinator Nasional Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah oleh dokter di RSCM tempat beliau dirawat menyatakan telah meninggal dunia.
Innaa lillahi wa innaa ilaihi raji’uun, semoga Allah ampuni segala dosa dan kesalahan almarhum dan diberi tempat terbaik dilapangkan dalam kuburnya, aamiin ya Rabb. Tanpa terbendung mataku tidak hanya digenangi air mata, tapi mengalir begitu deras diiringi isak tangis yang tidak bisa saya tahan. Begitu banyak kenangan antara kami yang tidak mungkin terlupakan.
Senior yang menjadi Idola
Menjadi mahasiswa IAIN SU tahun 1988, adalah awal perkenalan saya dengan almarhum. Ikut bimbingan belajar singkat satu hari yang dilaksanakan organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah se Komisariat IAIN SU, membuat saya bertemu dengan almarhum serta beberapa nama lain seperti abngda Putrama Alkhairi, Muklis Mochtar dan Kak Zubaidah Pohan serta lainnya yang seangkatan dengan mereka di IMM IAIN SU.
Perkenalan dan interaksi tersebut terus berlanjut sejalan dengan diterimanya saya masuk di Fakultas Ushuluddin IAIN SU jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas dan jurusan yang sama yang lebih dahulu dimasuki oleh almarhum. Ikut Makasa dan Darul Arqam Dasar IMM, membuat interaksi kami semakin intens tidak saja di level dan lingkungan Fakultas dan kampus, tapi juga keluar kampus.
Terpilih menjadi Ketua Umum Komisariat IMM FU IAINSU menggantikan abangda Putrama Alkhairi saat masih semester 3 menjelang semester 4, membuat aktifitas organisasi saya di IMM semakin intens. Almarhum sepertinya begitu semangat untuk terus melibatkan saya dalam hampir semua aktifitasnya ber IMM, sehingga almarhum mengajak untuk ikut di DPD IMM di periode abangda Adi Munasib 1989 – 1991, periode abangda Parluhutan Siregar 1991-1993 sampai saya ikut terpilih sebagai 5 Formatur di Musyda IMM dan menjadi Ketua Bidang Kemahasiswaan di periode abangda Putrama Alkhairi 1993 – 1995. Dalam kurun waktu tersebut, interaksi saya dan almarhum cukup tinggi, beberapa kali saya diajak boncengan berdua naik sepeda motor untuk menemui beberapa orang yang diminta menjadi narasumber maupun bantuan dana untuk beberapa kegiatan yang dilaksanakan DPD IMM SU.
Dari sekian senior yang sempat secara langsung bersama sama aktif di IMM, maka almarhum adalah sosok idola yang saya kagumi. Saya suka saat almarhum berpidato, retorikanya bagi saya cukup menarik dan bisa menggugah semangat, walau saat harus menyebut huruf R almarhum punya ciri khas sendiri.
Kekaguman lain saya pada almarhum adalah, rasa percaya diri yang demikian besar saat membawa IMM ke luar untuk dikenal orang lain oleh tokoh tokoh ormas dan OKP di level Provinsi Sumatera Utara bahkan ke KNPI. Beliau di samping percaya diri, juga gigih dan tidak kenal lelah dalam membawa IMM SU untuk semakin dikenal masyarakat luas. Saya sebagai.junior merasa semangat ber IMM semakin besar dengan melihat aktifitas yang almarhum lakukan.
Persahabatan yang terus berlanjut.
Hubungan saya dengan beliau sempat terputus, saat saya menikah tahun 1995 dan menjadi pendamping program Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten Tapanuli Utara. Sementara almarhum hijrah dan mengadu nasib ke Jakarta sembari terus aktif di DPP IMM dan Pemuda Muhammadiyah. Pada saat saya ada kegiatan pelatihan di Jakarta, sekira tahun 1996 saya sempatkan berkunjung ke rumah almarhum di daerah jakarta timur. Saat itu almarhum baru saja menikah, saat masuk ke rumah sewa yang sangat kecil di dalam gang sempit pemukiman padat penduduk yang saya lupa alamat persisnya, hati saya terenyuh dan sedih hampir nangis melihat kondisi rumah sewa tempat almarhum tinggal. Persahabatan dan hubungan batin yang demikian kuat antara kami, membuat saya ikut merasa sedih dengan kondisi kehidupan almarhum saat itu.
Waktupun terus berjalan, sepertinya Allah swt ingin hubungan kami terus berlanjut. Sejak pindah tugas dari Tapanuli Utara Ke Deli Serdang Tahun 2005, saya mulai menjalin komunikasi dengan para alumni IMM yang ada di Kota Medan dan sekitarnya. Selain itu tugas dinas juga membuat saya berkesempatan beberapa kali ke Jakarta. Setiap ke Jakarta kami berusaha untuk bisa bertemu dan kondisi kehidupan almarhum secara ekonomi sudah semakin mapan hal itu saya simpulkan dari jenis dan merek mobil yang almarhum gunakan saat beberapa kali menjemput saya ke hotel dimana saya menginap. Aktifitasnya juga semakin luas terutama di Partai Politik sampai almarhum menjadi Ketua DPW Partai Nasdem DKI.
Keberlanjutan hubungan kami dan semakin intensnya kami berkomunikasi adalah saat almarhum terpilih menjadi Ketua Umum Kornas FOKAL IMM sebelum beberapa waktu kemudian tepatnya 2017 saya terpilih menjadi Ketua Umum Korwil FOKAL IMM Sumatera Utara, walau almarhum sesungguhnya tidak terlalu setuju saya menjadi Ketua Korwil FOKAL IMM SU, hal itu dari hubungan telepon kami yang hampir satu jam beberapa waktu setelah saya masuk 13 Formatur Musywil FOKAL IMM SU menjelang sidang formatur untuk pemilihan Ketua akan dilakukan malam harinya.
Begitulah, taqdir memang membuat kami harus terus sering komunikasi, beberapa pilihan politik dan hidup yang almarhum ambil sebenarnya kurang saya setujui, tapi sebagai adik saya sering sungkan untuk menyampaikannya, takut membuat almarhum merasa saya tidak mendukung, termasuk saat berfastabiqul khairat untuk masuk 13 anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pernah dalam beberapa kesempatan berdua, saya bilang, abang cukup kuat dan tidak kenal capek saya lihat, jujur saya tidak mampu menjalani apa yang abang lakukan, demikian saya sampaikan sambil bersenda gurau.
Lain kesempatan saya pernah bilang, sepertinya menurut saya jalan hidup abang yang cocok itu bisnis, bukan politik, abang lantas menjawab, kekuasaan itu penting dan abang memberi penjelasan panjang lebar tentang arti pentingnya. Sayapun hanya bisa mengiyakan, bukankah saya adik dan junior yang harus terus memberi abang support dan semangat.
Terakhir kita bertelepon saat saya tahu abang sakit setelah perhelatan Muktamar Muhammadiyah. Abang cerita soal kanker dan masalah di tenggorokan. Abang cerita jadwal operasi yang dipercepat, saya terus berdoa dan berdoa untuk kesembuhan abang. Pasca menjalani.operasi, saya tidak pernah berani menelepon abang langsung, saya tidak kuat dan sanggup. Saya khawatir kesedihan saya saat bertelepon membuat semangat abang justru semakin jatuh. Maafkan adikmu.
Saya yakin Allah lebih sayang pada abang dan menyiapkan tempat dan kehidupan yang lebih baik di sana. (*)
Medan, Ahad 14 Mei 2023
Sahlan Marpaung, Ketum Korwil FOKAL IMM SU