TAJDID.ID~Sleman || Muhammadiyah berdiri pada tahun 1912, dan selama 109 tahun sudah melintasi berbagai zaman. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa rahasianya? Prof Amien Rais, Ketua Umum PP Muhammadiyah (1995-1998) menjawab rahasia itu.
Hal tersebut ia ungkapkan saat mengisi Pengajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Depok Sleman Menyongsong Muktamar ke – 48 di Masjid Baiturrahmat, Setan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Ahad (25/9).
Prof Amien Rais menuturkan, bahwa Persyarikatan Muhammadiyah usianya 33 tahun lebih tua daripada Republik Indonesia yang baru diproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Artinya, sebelum negara berdiri, Muhammadiyah telah berjuang melawan penjajahan Belanda dan kemudian Jepang pada kala itu. Selanjutnya, bergerak melintasi berbagai zaman setelah penjajahan, mulai dari zaman kemerdekaan, orde lama, orde baru, hingga reformasi saat ini.
Baca juga: Prof Amien Rais Ingatkan PP Muhammadiyah Jangan Terlalu Sering Keluar-Masuk Istana
Banyak yang menganggap jika Muhammadiyah, dan juga ‘Aisyiyah, semakin tua makin menjadi – jadi, apa rahasia dibalik itu? Beliau menjawab ada banyak sebab, salah satunya yang terkandung dalam surat Ar – Ra’d ayat ke-17 di mana terdapat potongan ayat yang berbunyi:
“….adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.”
Hal ini bisa dimaksudkan dengan spirit Muhammadiyah membangun peradaban dengan mendirikan amal usaha dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain serta memberdayakan warga dan masih banyak lagi yang tentu sangat bermanfaat bagi masyarakat. Semua hal yang dilakukan oleh persyarikatan ini sebagian besar murni dengan usaha sendiri di samping juga bantuan dari pihak lain.
“Inilah yang membuat Muhammadiyah bisa bertahan sampai sekarang karena Muhammadiyah dipelihara oleh Allah,” ujarnya.
Baca juga: Prof Amien Rais Optimis Masa depan Umat Islam Terjamin di Indonesia
Tahun 2022, Muhammadiyah akan menyelenggarakan Muktamar ke-48 di Surakarta pada tanggal 18-20 November. Sebelumnya, akan diselenggarakan pada 1-5 Juli 2020, namun harus tertunda dikarenakan pandemi Covid – 19 melanda dunia, termasuk Indonesia.
Muhammadiyah pernah menyelenggarakan Muktamar di Kota Solo, tepatnya pada tahun 1985. Di Muktamar ke – 41 ini, Prof Amien diamanahkan menjadi Ketua PP Muhammadiyah membidangi Majelis Tabligh kala itu.
Beliau juga mengingat lagu Muktamar 41, yang di dalamnya terdapat lirik “Muktamar Muhammadiyah dengan gembira bermusyawarah, demi perjuangan yang amat mulia, ukhuwah islamiyah”.
Para muktamirin dan warga persyarikatan yang hadir di Solo saat itu meresapi makna lagu tersebut dan menyatakan bahwa bermuktamar untuk mencapai tujuan dan perjuangan yang sangat mulia, yaitu menjalankan ukhuwah islamiyah.
“Jadi, Muhammadiyah sadar bahwa untuk berjuang di masa depan, kita tidak mungkin bisa berjuang sendirian tanpa bantuan umat Islam yang lain,” sebutnya.
Menyongsong Muktamar nanti, Prof Amien berharap agar para Muktamirin dan penggembira yang hadir di Surakarta bisa kembali meresapi lagu Muktamar 41 atau setidaknya semangat warga persyarikatan kala itu dalam menyongsong Muktamar tahun 1985 tersebut di kota yang sama.
Pengajian Ahad Pagi PCM Depok Sleman kali ini juga dibarengi dengan penandatanganan prasasti ‘Masjid Baiturrahmat, Setan, Maguwoharjo, sebagai Masjid Binaan PCM Depok Sleman’ oleh Ketua PCM Depok Sleman, M. Jumiran. Selain itu, juga dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan tempat wudhu dan toilet putri tambahan Masjid Baiturrahmat oleh Ketua MPR periode 1999 – 2004 itu.
Sumber: mediamu.id