TAJDID.ID || Mantan Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Muhammad Said Didu melontarkan kritik kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang telah melakukan sebuah survei terkait cara memasak warga usai harga minyak goreng kemasan melonjak.
Melalui sebuah cuitan di laman media sosial twitter pribadinya, Said Didu mempertanyakan kualitas penelitian yang dilakukan BRIN. Gara-gara penelitian itu, Said Didu menyebut BRIN telah berubah menjadi lembaga survei yang tidak berkualitas.
“Ini penelitian kuitas apaan ? BRIN berubah jadi lembaga survey tdk berkualitas,” tulis akun @msaid_didu, Kamis (28/7/2022).
Ini penelitian kuitas apaan ?
BRIN berubah jadi lembaga survey tdk berkualitas. https://t.co/tzcYOMD6LY— Muhammad Said Didu (@msaid_didu) July 28, 2022
Diketahui, melalui survei yang dilakukannya, BRIN mengungkapkan warga mengubah cara memasak sehari-hari setelah harga minyak goreng kemasan melonjak beberapa bulan terakhir.
Peneliti BRIN Yuda Bakti menjelaskan warga memutuskan untuk lebih banyak masak dengan merebus atau cara lain demi menekan penggunaan minyak goreng. Hal ini terungkap setelah BRIN melakukan survei.
Dari total 537 orang yang disurvei, kata Yuda, responden mengaku mengurangi penggunaan minyak goreng dengan mengubah metode masak menjadi merebus, mengukus, atau memanggang. Pilihan jawaban itu mendapatkan indeks 3,44 dari skala satu sampai lima.
“Paling banyak dipilih pemenang adalah mereka mengubah metode memasak dengan merebus, atau memanggang,” ujar Yuda dalam webinar Dilema Minyak Goreng Sawit, Kamis (28/7).
Namun, responden yang tetap menggunakan minyak goreng meski harga mahal juga cukup tinggi. Pilihan jawaban itu mendapatkan indeks 3,16.
Yuda menjelaskan, Riset BRIN ini dilakukan dengan teknik kuesioner terhadap 537 responden yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Responden yang dipilih adalah WNI berumur 17 tahun ke atas yang pernah membeli minyak goreng kemasan selama April hingga Juni 2022. (*)