TAJDID.ID~Tuban || SMP Muhammadiyah 8 Palang atau yang dikenal sebagai Muhammadiyah Boarding School (MBS) Tuban. Tiga tahun yang lalu hadirlah 16 santri yang terdiri dari 8 putra dan 8 putri. Mereka ditempa di tempat ini yang awalnya mereka diragukan.
Dengan semangat yang tinggi, mereka memulai dan mencoba banyak hal baru, walaupu saat mereka di tengah-tengah masyarakat seringa ada pertanyaan. “Sekolah mana sih? Sekolah tidak terkenal,”.
“Jangan menilai dari kulit tetapi lihatlah isinya, lihatlah hasilnya. Hari ini kami ubah pandangan mereka bahwa tidak dengan kemewahan, tidak dengan kedudukan. Kita di sini berbangga, karena diajarkan ilmu dan adab,” ucap Fauziyyah Az-Zahra dalam sambutan perpisahan, Sabtu (18/6/2022).
Untuk menguatkan ucapannya, diapun mengutip mahfudhat yang artinya “Dengan ilmu kita bisa tahu, dan dengan adab yang baik, kita akan dengan mudah mendapatkan apa yang kita mau,”.
Zahra menuturkan, bekal yang mereka dapatkan di tempat tersebut, tidak terlepas dari peran para ustadz dan ustadzah yang penuh kesabaran mendidik mereka.
“Jika kita lihat guru hanyalah guru yang hanya menidik dan mengajar pada jam pelajaran saja. Tapi lihatlah di sini, guru kita berbeda, mereka adalah orang tua kedua bagi kami semua,” tuturnya.
Kesan yang mereka rasakan diceritakan juga oleh Zahra dalam pidatonya. Dia menyebutkan beberapa ustadz dan ustadzah yang bagi dia dan kawan-kawannya memeliki keunikan yang membekas di hati mereka.
“Ustadz yang dengan kelawakannya dalam setiap porses belajar mengajar kegarangan dan ketegasan serta keadilannya dalam memberi nasihat dan menetapkan keputusan. Dan beliau sampai saat ini bertahan meskipun dengan kesendiriannya yang mungkin saat ini masih mencari tulang rusuknya beliau adalah Ustadz. Saiyidul Qisthon,” ungkapnya.
Banyak memori yang didapatkan di MBS Tuban, bukan hanya materi dan juga teori yang kata Zahra, tidak bisa diceritakan dalam pidato singkatnya.
Seperti perkataan ustadz maupun ustadzah yang selalu mereka ingat. Bahwa mereka semua digembleng di kawah candradimuka untuk menjadi seorang Gatotkaca.
Pertemuan di awal dan perpisahan di akhir, namun bagi Zahra, ini bukanlah akhir dari sebuah cerita. Ini akan menjadi sejarah untuk lembaran selanjutnya.
“Kata orang, tak kenal, maka tak sayang. Maka kenalkanlah kami, angkatan pertama the gold of generation,” tandasnya. (*)
Kontributor: Iwan Abdul Gani