Oleh: Miyana Putri
“Seandainya kamu merasakan , Jadi aku sebentar saja”
“Takkan sanggup hatimu terima , Sakit ini begitu parah”
Begitulah gambaran yang akan kita bahas, berdasarkan lirik lagu tersebut. Apakah kita bisa menempatkan diri sendiri ke dalam posisi orang lain dan merasakan apa yang mereka rasa? Terkadang kita termasuk dalam golongan orang-orang yang berhasil menyakiti tanpa menyentuh. Yaa bolehlah disebut cosplay jadi Dukun , yang sok mengerti sifat, keadaan pribadi orang lain hanya dalam satu kali lirik dalam satu detik.
Pernah gak sih , merasa benar ? Merasa benar tentu diperbolehkan jika terbukti. Tapi pernahkah Merasa Paling Benar? Nah, keadaan inilah yang tidak diperbolehkan. Kadang menjerumuskan seseorang ke dalam kesalahan. Ingat saja bahwa yang berlebihan itu tidak baik. Merasa diri sendiri yang paling baik, paling benar itu tidaklah benar.
Tahukah Kamu ?
Ketika seseorang merasa paling benar, biasanya di balik semua itu terdapat orang lain yang merasa dijatuhkan , terpojok, dan terasingkan. Mengapa begitu ? Merasa paling benar atas keadaan yang dimilikinya, sesuai dengan jalan pemikiran sendiri, tidak memperdulikan penilaian dari sudut pandang orang lain. Istilah ini biasa disapa JUDGE atau menilai atau menghakimi orang lain atas dasar kesimpulan pribadi, sedangkan pelaku judge disebut Judgement.
Terkadang seseorang menjadi paling benar, paling baik ketika berhasil membandingkan kehidupan orang lain yang tidak sesuai dengan circle , lingkungan, dan norma yang dijalaninya. Kemudian membicarakan orang itu dengan opini pribadi tanpa mengenal lebih jauh orang yang dibicarakan. Dihawatirkan terdapat kesalahan dalam penilaian yang diberikan. Itu sebabnya jangan sering menjudge orang lain, bahkan ketika melirik saja itu sudah termasuk kegiatan menjudge lho. Karena lirikan mata mengungkapkan makna tersirat suka atau tidak sukanya terhadap seseorang.
Apalagi sekarang marak sekali bully berupa roasting, body shimming dari mulut-mulut manusia. Lah kok bully? Iyah, jenis-jenis bullying itu ada bully fisik dan psikis. Jika judge kita ternyata menyerang psikis seseorang bagaimana? Betapa sakitnya orang yang kita bicarakan itu, bagaimana kehidupannya? apa perasaannya jika dia tahu? Apakah dia akan mental down?
Jawaban dari semua pertanyaan itu adalah tentu orang yang terkena judge dari orang lain akan merasa tidak nyaman , tidak senang, apalagi jika sudah melukai hatinya , maka akan timbul rasa kecewa, dan jika orang itu termasuk orang yang introvert maka akan sangat membuat mentalnya down.
Kemudian, kembalikan kepada diri sendiri, apabila orang lain menjudge dengan pandangan mereka , apakah kita bisa menahan sakit hati itu. Berkacalah! Belum tentu diri sendiri lebih baik dari orang lain, dan belum tentu penilaian yang diberikan kepada orang lain terjamin kebenarannya, apalagi kalau kita bukan orang yang dekat dengan individu itu .
Maka dari itu, jangan sekali-sekali menjudge orang yang tidak baik, apalagi hingga membicarakannya, itu semua akan menimbulkan iri, dengki, dendam dan akan menimbulkan fitnah. Sedangkan fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan, dan ketika membicarakan seseorang sama dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. Naudzubillah.
Supaya kita tidak semakin terjerumus kebiasan menjudge orang lain. Bagaimana sih cara supaya kita tidak menjudge seseorang?
Banyak cara yang dapat ditempuh dengan membatasi diri sendiri, dan harus lebih sering memahami orang lain. Bisa nih kita terapkan tips and trik berikut :
1. Husnudzon
Husnudzon adalah sikap untuk selalu berprasagka baik. Dengan menerapkan sikap ini, maka apabila kita melihat seseorang yang menurut kita tidak sesuai dengan norma aturan yang berlaku,maka terapkan pikiran positif. Karena mungkin saja yang kita lihat atau kita dengar belum tentu benar.
Dengan sikap ini maka, tidak akan timbul pikiran menduga-duga kepada seseorang. Karena kita tahu , dugaan kita belum tentu sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya.
2. Diam
Apabila kita sudah menerapkan sikap husnudzon , namun pikiran serta hati kita masih terus menduga-duga terhadap seseorang. Alangkah baiknya kita harus diam . pepatah mengataan bahwa “Mulutmu Harimaumu dan Bisa Paling Beracun Terdapat di Lidah”, oleh karena itu diam lebih baik dari pada banyak bicara. Bukan hanya akan menyebarkan berita hoax mengenai seseorang yang kita judge, tetapi fatalnya dapat menimbulkan fitnah dan berkobar permusuhan antara satu dengan yang lain.
3. PDKT
PDKT atau Pendekatan. Maksud dari pendekatan ini adalah apabila timbul rasa tidak senang, tidak suka terhadap seseorang , maka yang harus dilakukan adalah menantang diri sendiri untuk mendekatinya bukan malah menggunjingnya di belakang. Dengan pendekatan seseorang akan saling mengenal, memahami, mengerti dari sudut padang satu sama lainnya. Maka keduanya akan merasa cocok serta tidak akan saling mencela.
Selain pendekatan dengan orang lain, pendekatan yang lebih penting adalah pendekatan diri kepada sang pencipta. Semakin dekat dengan Tuhan, hati akan tentram. Dengan memperketat ibadah , memperbanyak doa. Maka Tuhan akan menjauhkan kita dari hal-hal yang tidak baik. Agar selalu menjaga lisan dalam berbicara, tindakan saat beraktivitas selalu terkendali dengan baik.
4. Introspeksi Diri
Sebelum kita menyimpulkan tentang seseorang (menjudge) alangkah lebih baiknya apabila kita mengoreksi diri kita sendiri, apakah kita sama atau tidak dengan orang yang kita judge itu? Apakah kita sudah lebih baik darinya? Lalu apabila kita ditempatkan di posisi orang yang kita judge, apalagi kita kambing hitamkan , sakit hati, malu, rasa tidak nyaman yang dirasakan itu apa kita dapat sanggup menahannya?
Dengan intropeksi ini, seseorang dapat mengendalikan dirinya untuk tidak bertindak gegabah dan menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam lobang yang digalinya. Karena suatu saat apabila kita menjudge orang lain tidak baik, maka hal serupa dapat terjadi kepada kita, dampaknya akan lebih parah serta menyakitkan. Timbul rasa sakit hati, dan merasa bersalah terhadap diri sendiri dan pihak lain.
5. Menghindari Berkumpul
Apabila kamu merupakan tipe orang yang mudah hanyut dalam keadaan, mudah terhasut dan percaya pada sesuatu hal. Maka , solusinya adalah kurangi berkumpuk yang tidak berfaedah. Karena di dalam perkumpulan itu pasti akan ada topik pembicaraan yang membicarakan seseorang atau biasa disebut gibah dan rumpi.
Apabila menghindar dari kerumunan itu, maka tidak akan sampai ditelinga kabar-kabar yang tidak baik tentang seseorang itu. Benefitnya kita tidak ikut mendapatkan dosa tanpa berbuat banyak itu. Selain terhindar dari itu, kita juga akan jarang dijadikan bahan omongan karena jarang berkumpul dengan mereka-mereka. Minimalnya tidak tahu kalau mereka menggunjing kita maupun orang lain. Hidup akan lebih tenang.
6. Memaafkan
Kata Maaf adalah bentuk norma paling penting dalam kehidupan. Maaf memiliki banyak manfaat. Dengan kita memaafkan orang lain , maka tidak akan ada rasa iri hati serta dendam. Sehingga kita tidak mudah mengikuti nafsu untuk menrendahkan orang lain. Dengan tidak memiliki masalah maka tidak akan ada sinis-sinisan (tidak suka terhadap seseorang), maka hidup akan damai dan bahagia karena merasa terjaga oleh Tuhan dari perbuatan yang tidak baik.
Apabila kita sudah terbiasa menerapkan enam cara di atas, pasti kita akan selalu berpikir positif, tidak menjadi pelaku bullying secara tidak langsung dengan menjudge orang lain, juga kita tidak akan memiliki musuh karena sikap peduli yang tinggi terhadap orang lain. Selain itu kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dalam mendekatkan diri kepada sang pencipta. Menyadari bahwa tidak ada yang paling benar di dunia ini selain ibadah dan doa yang baik-baik. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin . (*)