Jika ditelaah secara empiris, fenomena ini berakar pada menguatnya Islamofobia. Islamofobia tidak hanya fenomena ajeg di dalam komunitas masyarakat Barat atau di negara-negara yang di dalamnya muslim menjadi minoritas.
Memang, selama ini perhatian atas fenomena Islamofobia di negara mayoritas berpenduduk Muslim jarang menjadi perhatian, baik oleh para akdemisi apalagi oleh pengambil kebijakan.
Salah satu naskah yang sangat kuat menggambarkan fenomena ini untuk Indonesia ialah disertasi yang ditulis oleh Husnul Aqib Suminto berjudulIslamic Politics of the Dutch East Indies (1985) dan sudah diterjemahkan menjadi Politik Islam Hindia Belanda.
Enes Bayrakli dan Farid Hafez memiliki karya pelopor tentang masalah ini yang berusaha dengan pendekatan interdisipliner menyorot tajam aspek sosial-politik dan sejarah Islamofobia yang amat khas dan luput dari perhatian itu dalam buku mereka Islamophobia in Muslim Majority Societies. Edisi perdana diterbitkan oleh Routledge pada tahun 2019.
Selain pengantar ringkas dari editor (Enes Bayrakli dan Farid Hafez), buku ini berisi 12 tulisan: pertama, Making sense of Islamophobia in Muslim societies (Memahami Islamofobia dalam Masyarakat Muslim) ditulis oleh Enes Bayraklı, Farid Hafez dan Léonard Faytre. Kedua, Religion-building and Foreign Policy (Pembangunan Agama dan Kebijakan Luar Negeri) oleh Hatem Bazian. Ketiga, Islamophobia in the Contemporary Albanian Public Discourse (Islamofobia dalam Wacana Umum Albania Kontemporer) oleh Rezart Beka. Tulisan keempat Post-coloniality, Islamization and Secular Elites: Tracing Islamophobia in Pakistan (Era Pasca Kolonial, Islamisasi dan Elit Sekuler: Menelusuri Islamofobia di Pakistan) oleh Syed Furrukh Zad Ali Shah. Kelima, The politics of Islamophobia in Turkey (Politik Islamofobia di Turki) yang ditulis oleh Ali Aslan. Keenam, Islamophobia in Satirical Magazines: A Comparative Case Study of Penguen in Turkey and Charlie Hebdo in France (Islamophobia dalam Majalah Satir: Studi Kasus PerbandinganPenguen di Turki dan Charlie Hebdo di Prancis) oleh Müşerref Yardım dan Amina Easat-Daas).
Tiga tulisan yang mengkhususkan pembahasan tentang perikeadaan di Mesir masing-masing berjudul: (ketujuh) Paradoxical Islamophobia and Post-Colonial Cultural Nationalism in Post-Revolutionary Egypt (Paradoks Islamofobia dan Nasionalisme Kebudayaan Pasca-Kolonial di Mesir Pasca-Revolusi) oleh May Kosba; kedelapan, Old Wine in New Bottles: Secularism and Islamophobia in Egypt (Anggur Tua dalam BotolBaru: Sekularisme dan Islamofobia di Mesir) oleh Deina Abdelkader dan kesembilan, Internalized Islamophobia: The Making of Islam in The Egyptian Media (IslamofobiaTerinternalisasi: Penggambaran Islam oleh Media Mesir) oleh Sahar Elzahed.
Tulisan Mohamed Nawab Osman (kesepuluh) khusus membahas keadaan di sebuah negara tetangga dengan judul The Confluence of Race and Religion in Understanding Islamophobia in Malaysia (Pertemuan Ras dan Agama dalam Memahami Islamofobia di Malaysia). Dua tulisan terakhir mendeskripsikan keadaan di dua benua, (kesebelas) Securitization of Islam in Contemporary Ethiopia (Sekuritisasi Islam di Ethiopia Kontemporer) oleh Jemal Muhamed, dan keduabelas, Islamophobia from Within: A Case Study on Australian Muslim Women (Islamofobia dari Dalam: Studi Kasus Perempuan Muslim Australia) yang ditulis oleh Derya Iner dan Katy Nebhan.
Sayang sekali memang, meski judulnya Islamophobia in Muslim Majority Societies, buku ini sama sekali tidak menyertakan satu tulisan pun mengenai keadaan di Indonesia yang selama ini diangga psebagai salah satu negeri dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Bagi pembaca yang berminat memiliki buku ini dapat mengakses cuma-cuma pada situs libgen.rs.