TAJDID.ID || Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santoso Purwokartiko baru-baru ini melontarkan pernyataan kontroversial yang bikin heboh. Melalui sebuah tulisan yang di posting di akun Facebook miliknya, ia menyebut mahasiswi menutup kepala ala manusia gurun.
Sontak, pernyataannya tersebut ramai mendapat sorotan publik. Dan banyak pihak yang menilai pernyataan itu berbau rasis dan Islamophobia.

Salah satu tanggapan datang dari Pakar informasi dan pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi. Melalui sebuah cuitan di akun twitter pribadinya, Ismail Fahmi mengatakan bahwa tulisan Prof Budi Santosa Purwokartiko itu bisa masuk kategori “rasis” dan “xenophobic”.
Lantas ia menjelaskan defenisi Rasis, yakni pembedaan berdasarkan ras (manusia gurun, Arab).. Sedangkan Xenophobic artinya benci pada orang asing (manusia gurun).
“Saya kira beliau contoh korban “firehose of kadrunisasi,” ujar Ismail Fahmi..
“Jangan dicontoh ya,” imbuhnya.
Tulisan Prof Budi Santosa Purwokartiko ini bisa masuk kategori "rasis" dan "xenophobic".
Rasis: pembedaan berdasarkan ras (manusia gurun, Arab).
Xenophobic: benci pada orang asing (manusia gurun).
Saya kira beliau contoh korban "firehose of kadrunisasi".
Jangan dicontoh ya. pic.twitter.com/GMrQeRp7dJ
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) April 29, 2022
Pernyataan Prof Budi Santoso Purwokartiko yang menyebut Mahasiswi Menutup Kepala Ala Gurun itu ia tulis melalui akun Facebook miliknya pada Rabu, 27 April 2022.
Tulisan Prof Budi Santoso Purwokartiko menceritakan saat ia melakukan seleksi terhadap beberapa mahasiswa yang akan mengikuti seleksi beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) .
Berikut ini isi tulisannya:
Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8 , 8.5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145 bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen.
Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha2 untuk mendukung cita2nya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata2nya juga jauh dari kata2 langit:insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi2 di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14,, ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita tanpa karya teknologi.