Oleh: R. Khairil Chaniago
April 1998. – Medan, Sumatera Utara
Koordinasi dan konsolidasi mahasiswa di Medan, Sumatera Utara untuk menggugat rezim Orde Baru (Orba) berjalan perlahan namun pasti. Pergerakan terus merayap di sela sela teror dan penculikan para aktivis mahasiswa, serta tawaran dan tekanan yang terus menggempur.
TAKUT .. IYA,…. MUNDUR … TIDAK ..! Itu lah sebuah KESEPAKATAN KAUM PERGERAKAN.
Saat itu , rakyat secara umum menderita akibat harga BBM naik cukup tinggi , mata uang rupiah anjlok cukup drastis terhadap dolar AS, harga sembilan bahan pokok melejit tinggi dan beberapa bahan pangan langka di pasaran, hampir semua produk di timbun oleh para pelaku usaha. Akhirnya TNI mengambil alih pendistribusian sembako kepada masyarakat untuk menetralisir keadaan.
Di tengah upaya pengkondusifan massa berbasis komando Angkatan Darat, pergerakan mahasiswa terus bermetamorfosis. Menjadi bola salju yang besar dan kuat. REM menuntut Reformasi seakan mengalami blong, semangat bagaikan air bah, peluru dan gas airmata bagaikan bunga rampai yang ditaburkan untuk mewangikan aroma pergerakan mahasiswa.
Akhirnya pada hari Kamis , tanggal 23 April 1998, “pertempuraan” pun meletus antara rakyat versus aparat.
Di Jalan Gedung Arca /HM Jhoni. Medan, ratusan polisi anti huru-hara menggebuk dan memukul, mahasiswa menangkis dan menerjang. Peluru dihadapi dengan kayu dan batu. Tak terhindarkan, darah pun tertumpah, air mata tercurah …
Tetapi tidak ada Kata untuk MENYERAH!
Pada hari berikutnya, pertempuran meluas di Jl SM Raja, Jl Perintis Kemerdekaan /Jl Sutomo dan Jl Mukhtar Basri, Perlawanan mahasiswa yang kemudian mendapat dukungan dari gerakan rakyat di seluruh kota Medan dan Sumatera Utara terus bergerak, bbergelombang dan merambat terus hingga ke Jakarta.
Begitulah. Alhasil, KONSOLIDASI APRIL telah berhasil meruntuhkan rezim di bulan Mei1998.
Penulis adalah Koordinator Presidium Lintas Eksponen 98 Sumatera Utara.