• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Sabtu, Juli 5, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Sekelumit Diskusi tentang Profesi Dosen dan Gelar Guru Besar

Shohibul Anshor Siregar by Shohibul Anshor Siregar
2021/09/03
in Nasional, Opini, Ulasan
0
Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Kedua, Pembebasan

Suatu saat nanti akan menjadi kenyataan bahwa semua dosen adalah guru besar dengan perbaikan mendasar dalam sistem sehingga tidak ada instrumen kurang sehat.

Tak susah menjadi guru besar itu. Hanya saja scopusisasi memaksa banyak “penerabasan” yang tak semestinya. Ini pun tak lebih dari bagian dari inlanderitas ketika menganggap kualitas karya ilmiah harus berbahasa asing atau harus diparkirkan di sebuah media standar kapitalis dalam struktur global yang begitu menindas.

Membebaskan pemimpin negara dan elit pekerja dalam bidang pendidikan dari penjajahan asing adalah sesuatu yang belum difikirkan di Indonesia (bandingkan gerakan ilmuan Afrika saat ini, atau kemelejitan orang seperti Spivak, Edward Said, Steve Biko, dan lain-lain dalam menyuarakan soal ini).

Satu contoh: 2019 lalu saya ikut seminar naskah tua nusantara. Dibahas Aksara Batak. Empat pembicara dalam negeri hanya pendamping yang kurang lebih sebagai pelengkap dan bahkan ada yang terasa seperti “berhasil” menyelundup masuk dalam pentas akademik internasional.

Pembicara lain, 6 atau 7 orang, semua dari Eropa dan Amerika. Lalu mereka bercerita bahwa aksara Batak itu tak memiliki muatan informasi besar. Hanya jampi, perang kampung, astronomi sederhana dan seputar itu.

Saya tanya mereka: Berapa jumlah naskah Batak Kuno? Menggeleng semua. Dari yang ada di negara-negara kalian, sudah berapa banyak yang sudah dibaca? Menggeleng lagi. Dengan marah saya tegaskan:

  • Dugaan saya 0,1 persen pun belum dibaca;
  • Terlalu naif secara akademik ilmiah kalian simpulkan bahwa naskah tua Batak hanya memuat hal sederhana;
  • Kalian berusaha membiarkan orang terjajah terus merasa dirinya perlu dijajah karena hingga sekarang semua naskah itu kalian kuasai di negeri kalian;
  • Saat saya tegaskan “I ‘ll take it back”, ilmuan Indonesia melawan “Jangan pak, nanti rusak di sini, nanti dicuri orang di sini”. Saya jawab: semua biaya pemindahan dan pembangunan museum ditanggung oleh negara pencuri ini dan tentu standar pengamanannya optimum secara teknologi. Untuk 15 tahun ke depan ia tempatkan orangnya di sini, didampingi oleh orang lokal. Jika kalian pernah merasa ada pencurian naskah di sini, itu adalah hasil kerja ilmuan penjahat dari negara-negara penjajah ini karena itu tunduk pada rumus suply and demand. Tak ada demand, suply tak akan ada.

Jadi, begitu penting pembebasan bangsa dari penjajahan itu. Apakah Indonesia berada pada kerangkeng asing dalam kehidupan kampusnya? Iya. Nanti ada lagi singgungan tentang masalah itu, di bawah.

 

Ketiga, Orientasi Tugas

Karena mungkin dosen itu dipandang kurang lebih seorang tukang ceramah belaka di kelas, kerjanya tak banyak dan tak berat, maka biarlah dia seperti kerakap di atas batu saja. Gaji sebulan setara dengan atau bahkan bisa di bawah penghasilan seorang yang bekerja sebagai tukang beca mesin dan jelas berada di bawah penghasilan driver angkutan online. Ini cerita sungguh-sungguh.

Jadi ketika seorang dosen merangkap menjadi tukang beca mesin ia akan naik kelas dalam pendapatan di atas tukang becak mesin itu. Jika ia memiliki modal dan mencicil kenderaan roda empat untuk dijadikan angkutan online, ia pun akan sekaligus berpeluang menjadi orang dengan pendapatan di atas rata-rata yang menekuni pekerjaan sampingannya itu.

Tentu saja dosen ini tak selalu mendaftarkan namanya sebagai pemilik akun angkutan online itu. Begitu pun, saat kampus masih beroperasi normal, tak jaranglah mereka mengangkut mahasiswa mereka yang akan belajar untuk matakuliah yang diasuhnya sendiri. Senyum pahit tentu menghiasi pertemuan dua insan berbeda status itu dan bahkan terkadang mahasiswa enggan menerima uang kembalian.

Bayangkan kedua orang ini keluar dari mobil yang sama menuju kelas yang sama, tiba di ruangan seseorang terus hingga meja di depan kelas dan yang lain memilih duduk di antara kursi kosong yang tersedia. Mereka satu kelas, hanya saja satu menghadap papan tulis yang lain membelakangi papan tulis.

Ada sertifikasi. Untuk apa? Bagi saya sertifikasi itu adalah sebuah posisi hukum yang dilahirkan berdasarkan kriteria keprofesian. Tanpa sertifikat seorang dokter tak bisa berpraktik. Seorang pengacara tak bisa berpraktik. Begitu seterusnya.

Jadi apa sertifikasi itu untuk pendidikan sekarang? Karena itu, beri dosen gaji besar, agar ia berani duduk di perpustakaannya 3-5 jam sehari. Agar ia mampu menghasilkan bahan pengajaran paling aktual yang membuat mahasiswanya tak berurusan dengan bahan setara diktat yang usang. Gaji pertama dosen Rp 10 juta sebulan di luar bermacam tambahan sah lainnya. Itu menurut saya. Toh tak ada dosen yang dipecat karena tak mau disertifikasi.

Bersambung ke halaman 3.

Page 2 of 4
Prev1234Next
Tags: DosenGelar Akademikguru besarPerguruan Tinggishohibul anshor siregar
Previous Post

Rudianto: Komunikasi Berperan Penting Meminimalisir Kesenjangan Antara Masyarakat dan Dunia Kesehatan

Next Post

Siswa SDIT Muhammadiyah Manggeng Abdaya Santuni Janda Dhu'afa 3 Anak

Related Posts

Rusaknya “Dalihan Na Tolu” dalam Korupsi Jalan di Sumut

Rusaknya “Dalihan Na Tolu” dalam Korupsi Jalan di Sumut

28 Juni 2025
189
Penyiksaan oleh Aparat TNI-Polri di Sumut Ancam Demokrasi dan Hak Asasi Warga

Penyiksaan oleh Aparat TNI-Polri di Sumut Ancam Demokrasi dan Hak Asasi Warga

27 Juni 2025
131
Burkina Faso di Bawah Ibrahim Traoré: Cermin Warisan Kolonialisme dan Peringatan Krusial bagi Indonesia

Burkina Faso di Bawah Ibrahim Traoré: Cermin Warisan Kolonialisme dan Peringatan Krusial bagi Indonesia

25 Juni 2025
136
Masukan untuk Presiden: Keempat Pulau itu Milik Aceh

Masukan untuk Presiden: Keempat Pulau itu Milik Aceh

15 Juni 2025
152
Pertumbuhan Melambat: Pemerintah Harus Evaluasi Diri

Pertumbuhan Melambat: Pemerintah Harus Evaluasi Diri

10 Juni 2025
116
Raja Ampat Terpenjara dalam Logika Makroekonomi yang Merusak

Raja Ampat Terpenjara dalam Logika Makroekonomi yang Merusak

10 Juni 2025
143
Next Post
Siswa SDIT Muhammadiyah Manggeng Abdaya Santuni Janda Dhu’afa 3 Anak

Siswa SDIT Muhammadiyah Manggeng Abdaya Santuni Janda Dhu'afa 3 Anak

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In