TAJDID.ID~Jakarta || Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengaku dirinya tak ambil pusing dengan fenomena pengabaian fatwa keagamaan terkait pandemi di tengah-tengah umat.
Kendati mengaku tak ambil pusing, Mu’ti berpendapat bahwa tugas lembaga keagamaan dan otoritas fatwa adalah terus memberikan pemahaman kepada masyarakat.
“Ya memang kalau secara kelembagaan ini sesuatu yang tidak mudah. Kalau di Muhammadiyah relatif lebih sederhana dibanding (organisasi) yang lain,” jelasnya dalam forum diskusi Kanal Convey Indonesia terkait Moderasi Beragama, Jumat (23/7).
Untuk memberikan pemahaman utuh kepada masyarakat terutama warga Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa Muhammadiyah memakai strategi dengan merinci penjelasan fatwa-fatwa ke dalam berbagai dialog ringan dari beragam perspektif disiplin ilmu.
“Itu memang menjadi bagian dari strategi untuk bagaimana agar faham itu bisa diterima dengan mudah sehingga banyak keputusan Tarjih itu yang kita breakdown poin per poin lalu kita buat power point dan dinarasikan dalam bentuk kata-kata. Nah ternyata power point dan video singkat itu 2 sampai 3 menit lebih berpengaruh daripada fatwa utuh yang dalilnya panjang-panjang,” jelas Mu’ti.
“Kemudian kedua, memang kami mengajak semua kalangan dengan berbagai pendekatan. Ya tentu saja kalau dokter memberikan penjelasan secara medis, kemudian kalau dia guru ya memberikan penjelasan bagaimana cara guru menjelaskan kepada muridnya dan seterusnya dan Alhamdulillah meskipun ada satu dua yang tidak ikut ya itu wajar dan saya kadang-kadang sempat ditanya itu gimana?,” imbuhnya.
Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa tidak diikutinya fatwa oleh sebagian warga Persyarikatan adalah isyarat agar Muhammadiyah lebih kreatif dan penuh hikmah untuk memahamkan masyarakatnya.
“Saya bilang, jangankan fatwa Muhammadiyah, wong ajaran Tuhan saja manusia ada yang ga ikut. Jadi kita jangan terlalu galak-galak dan this is not the end of the world-lah ketika ada fatwa yang tidak diikuti itu,” tutupnya. (*)
Sumber: muhammadiyah.or.id