Oleh: Iwan Abdul Gani
Kader tangguh, pejuang yang tak kenal lelah itu telah pergi meninggalkan kita. Senyum manis yang terpancar dari wajahnya kala berjumpa tak lagi ditemui. Ustadz Khoir, begita saya memanggilnya.
Senin 28 Juni di sore hari, info tentang beliau berseliweran di beberapa WA group Muhammadiyah Tuban. Sayapun menghentikan kegiatan di rumah karena fokus mengikuti perkembangan kesehatan beliau.
Berusaha mencari info, menghubungi salah satu orang dekatnya, yaitu Ibu Tisatin, kepala SMP Muhammadiyah 1 Tuban yang merupakan tempat di mana almarhum mengabdikan diri. Dari bu Tisatin saya mendapatkan informasi bahwa beliau dirawat di RSM Babat dalam keadaan kritis.
“Ini pak Iwan, Mas Hakim (suami bu Tisatin yang menemani di RS) sempat telepon saya tadi. Pak Khoir kritis, tekanan darahnya tinggal 25. Sampai sekarang belum ngabari lagi. Minta do’anya pak. Semoga ada keajaiban.”
Situasi semakin genting. Teman-teman berusaha mencari informasi rumah sakit yang ruang fentilatornya masih ada, mengingat saat ini seluruh rumah sakit rujukan Covid penuh namun tak kunjung mendapatkannya.
Tepat pukul 18.11 WIB pesan masuk di WA group Muhammadiyah Tuban dikirim oleh Mas Hakim, sahabat Ustadz Khoir yang menemani beliau di Rumah Sakit.
“Innalilahi wa innailaihi rojiun. Telah Berpulang ke Rahmatullah. Saudara kita ustadz Miftakhul Khoir, semoga amal ibadah beliau diterima disisi Allah dan segala salah dan khilaf beliau diampuni oleh Allah.”tulisnya

Kehilangan. Tidak hanya Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tuban, tetapi juga Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, pasalnya beliau merupakan Ketua Majelis Pendidikan Kader (PKM) PDM Tuban dan juga Wakil Majelis PKM PWM Jawa Timur.
Banyak kenangan bersama almarhum. Terakhir kami bertemu di acara pelantikan bersama Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Pimpinan Cabang Nasyiatul ‘Aisyiyah Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.
Ada kalimat menarik saat beliau berpidato dalam acara tersebut. Kalimat yang selalu saya ingat yaitu. “Bisa jadi orang yang dipandang alim, dosanya lebih besar dari pelacur dikarenakan melakukan segmen dosa yang berbeda.”
Beliau orangnya smart. Selalu mencairkan suasan, terkadang ngerjain teman-temannya. Salah satunya adalah saya. Jelang Ramadhan 1442 H. Saya dipercaya PDM Tuban memproduksi video kultum Ramadhan.
Saat pengambilan videonya, saya harus mengambil berberapa kali, dengan senyum beliau berkata, “Produser Muhammadiyah harus Profesional. Saya menjawab. Di mana-mana pemeran mengikuti arahan produser. Baru kali ini pemeran memerintah produser.” Kamipun tertawa gembira di ruang kecil yang dijadikan studio.
Orangnya suka menolong. Ditakdirkan beliau mempunya keahlian dalam pengobatan alternatif bekam, fashdu dan juga trus. Terkadang saat berjumpa teman-teman disuruh mengangkat tangan. Beliau lalu bertanya. Mersa sakit? Jika dijawab sakit, beliaupun beraksi, tangannyapun lincah mencari titk syaraf tertentu lalu memijatnya dan hasilnya hilang rasa sakit itu.
Sebelumnya, Ustadz Khoir juga berniat ingin berbagi ilmu tentang pengobatan kepada saya dan ustadz. M. Khusnul Yakin Ketua PDPM Tuban saat ini. Namun belum sempat direalisasi, Allah memanggilnya.
Selamat jalan Ustadz dan juga sahabat Mifatkhul Khoir. Semoga seluruh amal baktimu diterima, seluruh dosamu dihapus dan ditempatkan di surganya Allah SWT. (*)