TAJDID.ID~Medan || Forum Anak Belawan Bersatu (FABB) memperoleh waktu dan kesempatan dari Wakil Gubernur Sumut H. Musa Rajeckshah untuk mempresentasikan salahsatu Program Kerjanya yaitu“ Upaya Peningkatan Hasil Tangkap Nelayan Tradisional melalui Rehabilitasi Kawasan laut Berbasis Rumpon Terpadu” bertempat di rumah dinas Wakil Gubernur, JalanTengku Daud Medan, Rabu (3/6).
Pada kesempatan tersebut hadir Ketua Umum FABB , R. Khairil Chaniago, didampingi oleh Waketum Hadi Suhendra Hamidi serta Adi Mardiansyah, Gilang dan Rifki yang merupakan volunteers Tim Rancang Desain Program FABB dari Mahasiswa Arsitektur ITM Medan.
R. Khairil Chaniago memulai presentasinya dengan menjabarkan visi yang ingin dicapai oleh organisasi yang di pimpinnya, yaitu “Kesejahteraan Anggotadan Masyarakat Belawan“, melalui Misi berupa “Pemberdayaan Pola Pikir” dan “Pemberdayaan Ekonomi” terhadap para anggota dan masyarakat.
Disebutkan lebih lanjut, bahwa masyarakat Belawan yang mendiami wilayah pesisir kota Medan khususnya para nelayan tradisional saat ini kehidupannya telahmengalami degradasi ekonomi yang cukup drastis.
“Banyak variable yang menyebabkan hal ini terjadi dan salahsatunya adalah akibat rusaknya ekosistem laut akibat penggunaan alat tangkap perikanan yang destruktif, sehingga banyak wilayah pemijahan ikan yang hancur, baik di sepa dan pantai maupun di zona tangkap dasar nelayan tradisional dan akhirnya membuat terjadinya penurunan stock ketersediaan ikan di wilayah perairan,” ungkap Khairil.
Di depan Wagubsu, Khairil mengutarakan kesedihannya dengan mengatakan bahwa saat ini nelayan tradisional mengalami kemskinan struktural, “bukan karena kekayaan alam negeri ini jumlahnya yang sedikit dan dinikmati oleh orang yang begitu banyak, namun kebalikannya yaitu kekayaan alam kita jumlahnya begitu banyak, namun dinikmati oleh orang yang begitu sedikit”,
Menurut Khairil, hal ini mencerminkan bahwa telah terjadi ketidakadilan dalam pengelolaan dan pemanfaatan ekonomi wilayah laut. Jika hal ini mengalami pembiaran, maka akan terjadi ketidakseimbangan ekosistem hayati laut akibat pemanfaatan yang over tanpa dibarengi oleh upaya pemulihannya.
“Untuk itu program Rehabilitasi kawasan laut berbasis rumpon terpadu kiranya dapat menjadi salahsatu bagian dalam rangka pemulihan tersebut,” kata Khairil..
Lebih lanjut R. Khairil Chaniago menjelaskan bahwa “Konsep Rumpon Terpadu” ini bersifat multi fungsi yaitu disamping sebagai upaya rehabilitasi kawasan laut, juga dapat menjadi semacam benteng zona tangkap nelayan tradisional dari pelaku destruktif fishing.
Disamping itu, tambah Khairil, manfaatnya juga beragam, mulai dari memudahkan para nelayan tradisional dalam menemukan tempat mengoperasikan alat tangkapnya di lokasi yang penuh potensi, dapat menyumbang PAD dari pola retribusi hasil tangkapan nelayan yang termanajemen, menjadi objek wisata bahari khusunya bagi para pemancing mania, dan dapat pula menjadi daerah observasi dan penelitian (riset) dalam kegiatan akademis.
Setelahmendengar pemaparan, wagubsu Musa Rajeckshah menyatakan ikut merasa prihatin melihat kehidupan para nelayan tradisional secara umum.
Ia menceritakan sedikit pengalamannya saat mendampingi para nelayan yang ada di pesisir barat kabupaten Madina.
Dituturkannya, ada beberapa kapal ikan yang disumbangkan untuk para nelayan di sana, namun mereka tetap miskin karena wilayah tangkapan mereka sudah di gasak oleh ganasnya pukat trawl dari Thailand yang beroperasi di sana, hal ini kemudian membuatnya berusaha untuk mengajak para nelayan agar melakukan diversifikasi usaha melalui pertanian dan perkebunan plasma
“Alhamdulillah, sekarang kondisi kehidupan mereka sudah menjadi jauh lebih baik,” ungkap Wagubsu.
“Namun, tentu hal ini berbeda dengan situasi yang ada di Belawan. Karena itu program Rumpon Terpadu yang telah dipaparkan semoga menjadi bahagian solusi, dan pemerintah provinsi Sumatera Utara sangat mendukung terealisasinya program tersebut,” imbuhnya.
Akan tetapi, kata Musa Rajekshah, ada beberapa hal yang harus di analisa secara lebih dalam lagi, baik terkait hal-hal teknis peralatan, penentuan titik lokasi Rumpon Terpadu tersebut, serta model manajemen yang diterapkan, hal ini dimaksudkan agar program yang membutuhkan biaya besar ini dapat teraplikasi dengan benar dan tidak menjadi sia-sia.
Dalam pertemuan tersebut Wagubsu juga secara spontan memanggil pihak Dinas Kelautandan Perikanan Provinsi Sumatera Utara yang diwakili oleh Kepala Bidang Perikanan dan Budidaya, Agustono untuk terlibat aktif dalam melihat serta mengatasi persoalan nelayan yang ada di Belawan.
“Kita ingin pemerintah bisa berbuat dan hadir di tengah-tengah nelayan tradisional, karena mereka juga adalah saudara-saudara kita yang wajib kita pikirkan, mari kita cari dan realisasikan langkah serta upaya yang bersifat memperkuat dan mempercepat tercapainya kesejahteraan mereka,” tegas Wagubsu. (*)