TAJDID.ID~Medan || Pemerhati politik FISIP UMSU, Shohibul Anshor Siregar membeberkan peta konstelasi politik menjelang Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2024, terutama terkait prediksi persaingan sejumlah figur yang sudah muncul dan diunggulkan sebagai bakal Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur.
Pertama, menurut Shohibul, perhitungan yang lebih mendekati kebenaran, terkait peluang para kandidat tersebut baru dapat dilakukan setelah hasil pemilu legislatif 2024 diumumkan.
“Meski ada survei-survei yang memberi data tentang popularitas dan elektabilitas parpol, namun dengan melihat kadar independensi para toke survei itu tentu menjadi sangat sulitlah menjadikan hasil survei mereka sebagai dasar perhitungan,” ujar Shohib, Selasa (30/5).
Kedua, sebagai petahana Edy Rahmayadi tentu tidak mungkin tak dihitung sebagai figur terkuat saat ini. Meski tidak berpartai, kata Shohibul, Edy Rahmayadi diyakini akan maju dengan dukungan partai, tidak melalui jalur perseorangan. Pada pilkada tahun 2018 lalu Edy Rahmayadi menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Pangkostrad dan berhenti dari dinas militer meski belum memiliki kepastian tentang partai pendukung untuk maju dalam Pilkada.
“Edy Rahmayadi memiliki perhitungan yang amat kuat, karena meski pun sudah beroleh partai pendukung dan sudah ditetapkan sebagai calon tetap, tidak ada jaminan Edy Rahmayadi memenangi Pilkada. Tetapi fakta menunjukkan ia berhasil,” sebut Ketua LHKP PW Muhammadiyah Sumut ini.
“Selain itu Edy Rahmayadi memiliki catatan sebagai petinggi militer dengan pangkat Letnan Jenderal yang berhenti dari dinas militernya untuk maju pilkada. Figur lain tidak seberani itu, ditunggu dulu pensiun baru berani maju,” imbuh Koordinatot Pengembangan Basis Sosial Inisiatif dan Swadaya (n’BASIS) ini.
Ketiga, Musa Rajekshah (Ijeck) tentu juga harus diposisikan sebagai petahana, atau bagian dari petahana karena menjabat sebagai wakil gubernur periode 2018-2023. Menurut Shohibul, political advantage bagi Ijeck cukup besar, apalagi dengan jabatan sebagai ketua Golkar Tingkat I Sumatera Utara yang dalam programnya cukup bergairah merevitalisasi organisasi sebagai mesin pemenangan, memperbanyak kader dan terus melakukan konsolidasi menghadapi pemilu 2024 ini.
Keempat, Shohibul menuturkan, bahwa pada bulan Agustus tahun lalu (2022) Gus Irawan Pasaribu mengatakan kebulatan tekadnya untuk maju pilkada dalam sebuah forum konsultasi politik yang dilaksanakan oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PW Muhammadiyah Sumatera Utara.
“Di antara tokoh partai yang hadir waktu itu hanya Gus Irawan yang secara tegas menyatakan akan maju,” ungkap Shohibul.
Kelima, lanjut Shohibul, tentulah cara pandang yang tepat untuk PDI-P dan PKS ialah menghitung potensi kedua partai ini sebagai kekuatan yang selama ini selalu berpeluang leading dalam memajukan satu pasangan.
Menurut Shohibul, kedua partai ini memiliki peluang mengajukan kader masing-masing dalam pasangan yang berbeda meskipun saat ini masih sangat sulit menyebut sebuah nama pun yang akan ditetapkan dari kedua partai itu. Terpulang pada hasil pemilu 2024 apakah PDI-P akan menjadi pemasok calon gubernur dengan menggandeng partai lain seperti pada pilkada yang lalu, dan PKS akan terus memasok calon wakil, atau sebaliknya.
“Keenam, saya kira tak akan terulang kejadian pada awal pilkada langsung tempohari yang dimenangkan Syamsul Arifin-Gatot Pujonugroho dengan pasangan-pasangan lawan yang berbilang. Kemungkinan pasangan yang akan bersaing nanti tidak lebih banyak dari dua pasangan. Pasangan tunggal seperti yang terjadi pada beberapa pilkada di daerah lain, saya kira tidak akan terjadi pada pilkada Sumatera Utara tahun 2024,” pungkas Shohibul. (*)