TAJDID.ID~Medan || Kritikan dari pengamat lingkungan Sumatera Utara, Jaya Arjuna yang mengatakan agar Pemko Medan jangan terburu-buru mewacanakan pembangunan tanggul rob di Belawan karena hasilnya hanya akan menghabiskan anggaran dan tidak memberikan solusi mengatasi dampak rob di Belawan, mendapat tanggapan serius dari Ketua Umum Forum Anak Belawan Bersatu (FABB) R. Khairil Chaniago.
Khairil sangat menyesalkan karena ternyata masih ada seorang yang mengaku sebagai pengamat lingkungan, tetapi kurang cermat dalam mengamati perubahan lingkungan yang terjadi di ujung Utara kota Medan ini.
“Bahkan mata hati nya pun kurang cermat memperhatikan penderitaan yang sudah berlangsung selama bertahun tahun dialami oleh warga Belawan dan Medan Utara pada umumnya terkait bencana Banjir rob,” ujar Khairil, Jum’at (28/5).
Jika memang memiliki konsep problem solving yang baik dan mumpuni, kata Khairil, seharusnya ia (Jaya Arjuna) paparkan terlebih dahulu secara terbuka, sehingga publik bisa mengerti dan mendalaminya.
“Kami dari berbagai elemen dan tokoh masyarakat siap untuk mendengarkan dan mendukung konsep penyelesaian masalah yang diajukan selagi tidak keluar dari masalah yang sebenarnya,” kata Khairil.
Lebih lanjut Khairil menyampaikan, bahwa seyogyanya sebagai pengamat lingkungan, Jaya Arjuna lebih tepat untuk menyuarakan tentang rusaknya kawasan ekosistem manggrove di kawasan Paluh Kurau dan Sungai Dua, serta beberapa titik lainnya di Belawan yang merupakan buffer zona (zona penyangga) wilayah Belawan.
Dimana peralihan fungsi kawasan manggrove tersebut adalah merupakan faktor utama yg menyebabkan melubernya air pasang dan menenggelamkan wilayah Belawan.
Khairil juga mengingatkan, bahwa sikap “standart penggiat nGO itu adalah memperhatikan, mendengarkan, merasakan, memikirkan baru kemudian menyuarakan atau mengambil tindakan.
“Dari sini kita bisa menilai sendiri bahwa siapa pihak yg bersikap terburu-buru itu, bapak jaya Arjuna atau pemko Medan,?” tanya Khairil.
“Perlu kami tegaskan bahwa banjir rob di Belawan adalah sebuah ‘bencana berkelanjutan’, pemerintah wajib hadir untuk sesegera mungkin menyelesaikannya dan kami sebagai warga terdampak siap untuk memberikan masukan jika hal itu dibutuhkan,” imbuhnya.
Terkait angggaran yang akan digelontorkan untuk penanganan banjir rob, Khairil mengatakan itu tidak menjadi sorotan dan fokus pihaknya berapapun nominalnya, apakah 350 milyar ataupun 6 Trilyun.
“Tentu pemerintah yang lebih mengerti dari kami baik dalam pengajuan dan pemanfaatannya,” kata Khairil.
Terkait bagaimana desain dan langkah teknisnya, Khairil menegaskan untuk diserahkan kepada ahlinya. Menurutnya, siapapun yang bertindak sebagai konsultan dan kontraktor proyek itu urusan pemerintah bukan urusan sebuah organisasi masyarakat.
“Tugas kami dari Forum Anak Belawan Bersatu (FABB) adalah berjuang menyuarakan segala bentuk kesenjangan yg ada demi kemaslahatan masyarakat Belawan secara umum dan tentunya kami tidak ingin kota kelahiran kami menjadi kota Atlantis yang tenggelam akibat keserakahan dan kecerobohan manusia dalam bertindak dan berpikir,” tegas R. Khairil Chaniago. (*)