• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Kamis, Juli 3, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Pemberdayaan Umat (2)

Shohibul Anshor Siregar by Shohibul Anshor Siregar
2020/12/21
in Esai, Keislaman, Opini, Ulasan
0
Pemberdayaan Umat (2)

Ilustrasi Umat Islam. (net)

Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Oleh: Shohibul Anshor Siregar


Pada bagian pertama artikel ini telah disarankan pemberdayaan umat dengan fokus utama tak lagi menunda pekerjaan penting memperbaiki ekonomi umat, merevisi persepsi terhadap politik dan kekuasaan agar tak terus menjadi maf’ulunbih, mencari sumber-sumber pendanaan bagi pendidikan generasi muda untuk merebut ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tentu saja semua itu tak akan dapat dilakukan (diraih) tanpa ukhuwah.

Sekaitan dengan itu mungkin pidato HOS Tjokroaminoto pada Pembukaan Kongres Sarekat Islam (Bandung, 17 Juni 1916) masih relevan dibaca ulang.

…….kita belum bisa menempati tempat yang layak di bawah matahari. Kita telah menyaksikan bagaimana kelemahan kita mewujudkan atau meningkatkan kehidupan dan keterampilan kita sesuai islam. Itu semua disebabkan oleh pengabaian kita atas “al-Quran, pendidikan, industri, pertanian, dan komersial. Kondisi kita yang memprihatinkan inilah yang menyebabkan bangsa asing memandang rendah kita. Ketika perdagangan dan industri tetap berada di tangan orang asing, pengejaran kemajuan kita tidak akan membuahkan hasil. Bersandar pada orang asing, jika kita menikahkan nasib dan kesengsaraan kita dengan orang asing. Pada titik ini hampir semua cabang bisnis ada di tangan yang longgar, dan kita biasanya adalah buruh (kuli), sehingga manfaat besar bertambah kepada orang asing dan menjadi semakin umum. Orang asing menggunakan tenaga kita dan mereka memanfaatkannya, kita bekerja siang dan malam untuk kepentingan mereka. Jelas bahwa orang-orang kita kelelahan untuk orang lain. [Geheim voor den Dienst, 2016]

Pidato 114 tahun lalu itu mengingatkan tidak ada perubahan penting di kolong langit Indonesia. Ironisnya, terutama belakangan ini, gagasan-gagasan, lontaran pemikiran heroik dan patriotik kebangsaan banyak diperbincangkan. Para pembijaksana negara cukup gencar menstir Bung Karno terutama tentang doktrin Trisakti dalam pidato-pidato mereka (Jokowi, Kompas, 2014; Prabowo Subianto, Beritsatu, 2014). Para akademisi pun cukup rajin menyandarkan analisisnya pada pemikiran proklamator ini (Yudi Latif, Republika, 2014).

Berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam budaya(Nawaksara, 1966). Secara naratif Trisakti dicantumkan dalam dokumen visi misi Jokowi-JK, Nawacita itu (www.kpu.go.id/koleksigambar/Visi_Misi_JOKOWI-JK.pdf). Tetapi Indonesia tetap tidak begitu menggembirakan. Rakyat terus bertanya paradoks yang terjadi (Tjipta Lesmana, Merdeka.com, 2015; Rachmawati Soekarnoputri, Tempo.co, 2016; Ahmad Syafii Maarif, Republica.co.id, 2019).


Baca Juga: Pemberdayaan Umat (1)


Mungkin Indonesia terlalu menikmati overdosis asupan demokrasi hingga lebih berela hati mencurahkan tenaga dan pikiran untuk pertarungan kekuasaan. Di bawah semangat demokrasi liberal tak menyadari ketibaan pada semangat yang berbeda. Lebih menikmati pertikaian serius sesama anak bangsa dan tak hirau cita-cita kebangsaan sesuai konstitusi. Kondisi ini mirip sekali dengan tragedi yang dimaksudkan oleh ulasan Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt (How Democracies Die, 2019). Konsitusi secara imperative menegaskan misi yang tak tertawar, ialah melindoengi segenap bangsa dan seloeroeh toempah darah, memadjoekan kesedjahteraan oemoem, dan mentjerdaskan kehidoepan bangsa. Jenis pertanggung jawaban apa yang dapat diberikan terlebih kepada zuriah (generasi pewaris) atas keadaan ini?

Umat tak mungkin melepas tanggungjawab. Sebagai pranata umat mayoritas di negeri ini, dengan demikian, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-washliyah, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MU) sebagai organisasi semi pemerintah dan juga organisasi yang lebih berani berterus terang, Front Pembela Islam (FPI), serta para tokoh elit umat (baik yang dengan menumpang berkeleluasaan dalam politik kekuasaan mau pun yang terus menimbun harta di tengah kemelaratan umat) pun seyogyanya ada pada kursi keterdakwaan moral dan sejarah.

Salah satu tanggung jawab rakyat dalam mekanisme demokrasi ialah memberi partisipasi penuh atas penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ini dengan luwes dapat diimplementasikan tanpa berubah wujud dan langkah organisasi-organisasi keumatan itu menjadi bayangan rivalitas partai politik. Tidak sama sekali. Bahwa sebagai kekuatan moral masyarakat sipil sesuai mandat umat, organisasi-organisasi itu seyogyanya tidak dimungkinkan rela berdiam diri menyaksikan begitu banyak yang harus diperbaiki dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.

Mungkin secara jarak dan anutan sistem, Amerika tidaklah terlalu jauh dijadikan sebagai contoh. Dalam beberapa tahun terakhir para pemimpin agama terus aktif melakukan penyaluran aspirasi keumatan antara lain dengan mengajukan dokumen tandingan ke Kongres berupa faithfuil budget (Faithful Budget, 2018). Para pemimpin agama di negara yang diklaim sekuler itu merasa berkewajiban untuk menundukkan praktisi-praktisi politik di Kongres dalam perumusan politik anggaran kepada titah kitab suci.

Secara sederhana kita bisa mengartikan faithful budget itu dengan anggaran beriman yang untuk kondisi Indonesia dapat pula kita sebut anggaran bertauhid. Disadarikah bahwa alokasi anggaran dan kebijakan pelaksanaannya adalah sesuatu yang memerlukan pengawasan sepanjang sejarah di negara mana pun yang kadarnya hanya mungkin dibedakan oleh pilihan sistem pemerintahan dan sistem politik pada suatu negara, (demokrasi atau non-demokrasi). Tradisi demokrasi yang kita fahami tidak sedikit pun mengkendalai nilai partisipasi dari pranata-pranata keumatan dalam ruang itu (Siregar, 2019).

Sekali lagi, ini hanya sebuah keniscayaan yang muncul dari peran prophetik yang memang tak bisa dipisahkan dari keberadaan kepranataan organisasi keumatan. Kecuali kita memahamkan sekularisasi telah menjadi keniscayaan hidup sehingga negara dan pemerintahan akan kita anggap saja bukan urusan kita sama sekali karena merasa yakin bahwa sebaiknya dipisahkan domainnya dengan domain (urusan) agama kita.

Negara demokrasi tidak mungkin tanpa partai politik yang baik. Selama ini partai politik dikendalai oleh penyakit yang inherent seperti buruknya mekanisme rekrutmen, kaderisasi, pembiayaan dan lain-lain. Karena begitu jauhnya moral politik dari agama dengan tingkat keparahan yang bertambah buruk hari demi hari, mungkin agamawan tipikal Indonesia akan merasa lebih baik menganggap urusan politik itu sebagai urusan bagi orang-orang yang tidak atau kurang beriman.

Tentulah doktrin ini begitu menguntungkan bagi pihak-pihak yang menginginkan agar kekuatan umat tidak hadir dalam pentas politik. Namun celakanya ialah bahwa kita tak mungkin menghindar dari urusan politik, karena mungkin hanya bernafas sajalah yang tak memerlukan campur tangan politik, kecuali dalam masa perang.

Bersambung (Hal 2)

Page 1 of 2
12Next
Tags: IslamPemberdayaan Umatshohibul anshor siregarumat islam
Previous Post

Muhammadiyah Medan Ingatkan Pengusaha Jangan Paksa Karyawan Muslim Pakai Atribut Natal

Next Post

Dukung Pemberantasan Terorisme, KNPI Sumut: Tapi Jangan Gegabah

Related Posts

Rusaknya “Dalihan Na Tolu” dalam Korupsi Jalan di Sumut

Rusaknya “Dalihan Na Tolu” dalam Korupsi Jalan di Sumut

28 Juni 2025
189
Penyiksaan oleh Aparat TNI-Polri di Sumut Ancam Demokrasi dan Hak Asasi Warga

Penyiksaan oleh Aparat TNI-Polri di Sumut Ancam Demokrasi dan Hak Asasi Warga

27 Juni 2025
131
Burkina Faso di Bawah Ibrahim Traoré: Cermin Warisan Kolonialisme dan Peringatan Krusial bagi Indonesia

Burkina Faso di Bawah Ibrahim Traoré: Cermin Warisan Kolonialisme dan Peringatan Krusial bagi Indonesia

25 Juni 2025
136
Masukan untuk Presiden: Keempat Pulau itu Milik Aceh

Masukan untuk Presiden: Keempat Pulau itu Milik Aceh

15 Juni 2025
152
Pertumbuhan Melambat: Pemerintah Harus Evaluasi Diri

Pertumbuhan Melambat: Pemerintah Harus Evaluasi Diri

10 Juni 2025
116
Raja Ampat Terpenjara dalam Logika Makroekonomi yang Merusak

Raja Ampat Terpenjara dalam Logika Makroekonomi yang Merusak

10 Juni 2025
143
Next Post

Dukung Pemberantasan Terorisme, KNPI Sumut: Tapi Jangan Gegabah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In