TAJDID.ID-Banda Aceh II Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Aceh, Teuku Ahmad Dadek, mengkritik cara Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengelola hutan Aceh. Menurut Dadek, kinerja aparat lapangan di dinas itu buruk. Senin (30/11)
Budi Ardiansyah, Direktur Yayasan Seuramoe Lestari (YSL) prihatin atas kritik dimaksud dan mempertanyakan maksud kinerja buruk yang disampaikan oleh Asisten II tersebut.
Menurut Budi, Asisten II sebagai bagian dari pemerintah seharusnya tidak berubah fungsi menjadi LSM.
“Karena biasanya yang mengkritisi pemerintah adalah LSM. Ini jeruk makan jeruk namanya,” ujarnya.
Di sisi lain, Budi juga mempertanyakan indikator apa yang digunakan oleh Asisten II sehingga menilai DLHK berkinerja buruk. YSL berharap Asisten II bisa menjelaskannya secara gamblang tolak ukur yang digunakan.
“Dalam konteks penegakan hukum misalnya, tentu DLHK tidak memiliki kewenangan. Kewenangan ada di aparat penegak hukum. Atau mungkin Asisten II punya cara tersendiri melakukan penilaian. Hal ini pun tentu harus dijelaskan,” kata Budi.
Budi berharap, di saat Pandemi seperti sekarang ini, internal Pemerintah Aceh seharusnya lebih kompak, saling memperkuat dan saling mendukung. Bukan mengkritik sesama instansi pemerintah yang berujung melemahkan.
“Gubernur Nova Iriansyah yang baru defenitif seharusnya di dukung penuh dengan kekompakan para pembantunya,” tegasnya.
Namun demikian, YSL berpesan, agar DLHK terus bekerja mengelola hutan dan lingkungan Aceh dan menjawab segala masukan maupun kritikan dengan kinerja yang baik.
Menurut YSL, mengelola hutan dan lingkungan hidup tak bisa dilakukan sendiri oleh DLHK. Terlebih di era Pandemi ini. DLHK harus dibantu oleh lintas sektor seperti aparat penegak hukum, Badan Penanggulangan Bencana Aceh, LSM, Masyarakat Adat, termasuk Asisten II. (*)
Laporan: Agusnaidi B