TAJDID.ID-Medan || Dengan judul “Derita Pasca Covid-19” sosiolog dari FISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Shohibul Anshor Siregar melansir sebuah lagu dengan syair sebagai berikut:
Tak lagi memberi yang tak pernah diberi
Kini kita miskin
Bagaimana hidup tanpa pekerjaan tanpa tabungan?
Hidup susah, semakin susah, semua susah
Oh kasihan tiada harapan
Kapan berakhir derita ini?
Yang tak lagi memberi yang tak pernah diberi
Kini kita miskin
Kini kita miskin
Lagu di atas dinyanyikan sendiri olehnya dan hanya dengan instrument pengiring gitar yang juga dipetik sendiri. Genre sendu lagu itu membawa haru.
Saat diwawancarai oleh TAJDID.ID siang ini, Senin (26/10/2020) di ruang kerjanya FISIP UMSU Kampus Jalan Kapten Mukhtar Basri Medan, kakek dari seorang curu yang berambut sudah memutih ini menyatakan bahwa lagu itu dipersiapkan tadi malam sebagai salah satu bahan tambahan untuk makalah yang disajikannya pada “ Webinar Nasional UINSU dan UIN Ar-Raniry: Politik Santun Di Tengah Disrupsi Mungkinkah?”
Dituturkannya, prioritas kita saat ini seyogyanya pada affrimatif action bagi dhuafa yang mengalami lebih banyak penderitaan dengan bencana Covid-19.
“Bukan tidak ada alokasi kebijakan untuk dhuafa, namun kendalanya sangat besar, mulai dari political will sampai ketakmampuan pemerintah merealisasikan apa yang dijanjikannya,” ungkapnya.
Dalam fakta yang dihadapi hari ini, kata Shohib, tidak dinafikan bahwa hampir dua pertiga penduduk dunia beroleh dampak serius, tak hanya penderitaan (sakit) dan degradasi kualitas hidup karena kemerosotan ekonomi sampai pada kematian manusia dalam jumlah besar.
Lebih lanjut dikatakannya, hari-hari ini terjadi eskalasi penderitaan. Pada awal-awal wabah banyak spontanitas berbagai pihak yang menyalurkan bantuan ke komunitas-komunitas dhuafa. Orang-orang yang pada awalnya banyak memberi, kini tak lagi mampu melanjutkan penyaluran bantuannya karena kemerosotan ekonomi. Jumlah mereka mungkin lebih dari setangah penduduk.
“Belum ada tanda-tanda pemulihan yang cukup menjanjikan, dan itu menandakan penderitaan masih akan berkepanjangan,” sebutnya.
Pesan lagu itu, menurut Shohibul Anshor Siregar, lebih pada relaksasi mental agar sesempit keadaan hendaknya jangan menutup hati mereka yang termasuk dalam kategori pemberi yang selama ini tak pernah diberi untuk terus memikirkan jalan keluar bagi penderitaan grassroot. (*)