Melawan Kemungkaran Aqidah
Kauman kampung halaman Barie Irsjad adalah pusatnya peradaban Muhammadiyah, sebuah persyarikatan yang menawarkan ide pemurnian aqidah, pembaharuan pemikiran Islam dan pemberdayaan umat. Dibesarkan dalam lingkungan yang demikian mendorong Barie Irsjad menjelma sebagai pemuda yang memiliki ghiroh perjuangan untuk pemurnian aqidah melalui kompetensi pencak yang diasahnya sejak kecil.
Barie Irsjad menyadari bahwa dunia pencak sangat lekat dengan praktik-praktik kejumudan yang selalu diperangi oleh Muhammadiyah. Banyak aliran pencak yang bertujuan untuk memiliki kesaktian, sehingga dalam proses membentuk kompetensi anggotanya melalui ritual-ritual yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Aliran pencak yang demikian sangat berpotensi menjerumuskan pengikutnya ke dalam praktik kemungkaran aqidah yang sangat merusak iman seseorang. Rusaknya aqidah juga berbahaya untuk membelenggu rasionalitas pikiran seseorang, sehingga kehilangan sikap ilmiahnya. Ini berbahaya, orang yang tidak ilmiah itu susah untuk maju, semua masalah akan dihubungkan dengan hal-hal yang tidak ilmiah.
Dalam pikiran Barie Irsjad tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara maju jika praktik kemungkaran aqidah yang acapkali aliran pencak tertentu memiliki andil di dalamnya banyak menjamur di Indonesia. Bahkan di Kauman yang pusatnya Muhammadiyah masih ada dukun klenik yang juga bisa pencak dengan aliran demikian. Barie Irsjad resah karena kemungkaran aqidah tidak dapat ditindak oleh instrumen penegak hukum negara. Perjudian, pelacuran, korupsi, dan maksiat duniawiah apapun bisa ditindak oleh polisi, hakim, jaksa. Sementara kemungkaran aqidah hanya dapat dilawan dengan gerakan dakwah pemurnian aqidah dan pendidikan.
Keresahan sang pendekar memuncak di tahun 1957, ketika Barie Irsjad telah selesai menempuh serangkaian ujian dari beberapa guru pencaknya sehingga diijinkan menerima murid. Pendekar muda Barie , murid generasi ke-6 pencak Kauman ini kemudian mendirikan paguron pencak Kasegu (Kauman Serba Guna). Bersama para muridnya yang masih remaja, Muhammad Barie Irsjad yang masih berumur 21 tahun sangat giat berlatih dan mengembangkan ilmu pencaknya dengan bendera paguron Kasegu.
Tak cukup dengan pengembangan ilmu gerak, bahkan Barie Irsjad menciptakan sebuah senjata bernama SEGU (serba guna) yang berbentuk lafal Muhammad lengkap dengan teknik permainannya. Barie dengan SEGU nya yang berlafal Muhammad seolah menantang keadaan tahun 50an yang kental menjamur praktik takhayul, bid’ah, churafat (TBC) yang bahkan Kauman pun belum terbebas sama sekali dengan masih beroperasinya dukun yang bisa pencak aliran klenik. SEGU kita kenal sebagai senjata khas Tapak Suci, semua protokoler resmi perguruan ini misalnya pembukaan kejurnas, muktamar, tanwir, selalu ditandai penancapan SEGU.
Pendekar Barie Irsjad yang terbiasa untuk melakukan adu kaweruh merasa terpanggil untuk mendukung para ulama menasihati guru aliran hitam di kampungnya. Atas ijin para ulama maka Barie Irsjad menemui si pendekar aliran klenik, tentu diawali dengan pembicaraan baik-baik persuasif menasihatinya. Dalam pertemuan itu karena tidak ada titik temu, akhirnya disepakati untuk adu kaweruh pembuktian keilmuan pencak. Barie Irsjad dengan ilmu pencak fisiknya yang metodis dinamis akan diadu dengan pencak aliran kleniknya si dukun itu. Pertandingan pencak dilakukan dengan adil dan terbuka dapat disaksikan banyak orang dan hasilnya Barie Irsjad dapat mengalahkan si dukun. Setelah kalah si dukun dan guru pencak klenik itu tidak beroperasi lagi di kampung Kauman.
Inilah kiprah prestisius Barie Irsjad dalam melawan kemungkaran aqidah. Dengan mengalahkan penganut aliran klenik dapat menjadi bukti konkrit pencak aliran fisik dengan landasan aqidah yang benar tidak dapat dikalahkan oleh klenik, guna-guna, mantera, atau apapun media yang digunakan dunia hitam. Para mubaligh dan ulama mendapat contoh nyata yang dapat disampaikan kepada jamaahnya agar menjauhi dunia klenik yang terbukti tidak ada gunanya.
Berhenti beroperasinya dukun dan pencak aliran hitam menjadikan Kauman pada tahun 1957 menjadi kampung bergengsi dengan mendeklarasikan bebas takhayul bid’ah churafat (TBC), sebuah cita-cita yang telah diihtiarkan sejak lama oleh KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. (Bersambung)