Bocah Kauman yang Pemberani dan Kreatif
Selang 11 tahun setelah wafatnya tokoh pencerahan KH Ahmad Dahlan, tepatnya tanggal 3 Agustus 1934 di Kauman Yogyakarta lahir seorang bayi laki-laki yang diberi nama Muhammad Barie Irsjad. Tumbuh di tengah keluarga sederhana di lingkungan masyarakat kampung santri Kauman, sangat menunjang penanaman aqidah yang sangat kuat dalam diri Barie Irsjad. Kuatnya pondasi aqidah sangat mempengaruhi pola pikir Barie Irsjad yang menjadi pribadi rasional, ilmiah, dan dinamis.
Selain kampung santri tempat lahirnya Muhammadiyah, masyarakat Kauman juga gemar dengan olahraga keras yaitu sepakbola dan beladiri pencak. Ketika Barie Irsjad lahir di Kauman telah ada perguruan Cikauman asuhan Pendekar Achmad Dimyati dan Muhammad Wahib, serta Perguruan Seranoman asuhan Pendekar Muhammad Syamsuddin. Barie Irsjad sebagai anak Kauman takluput dari aktivitas berlatih pencak di kampungnya bahkan terbilang menonjol dan berbakat. Tercatat dalam sejarah Tapak Suci, Muhammad Barie Irsjad adalah anak murid generasi ke-6 dari Perguruan Cikauman.
Akidah yang kuat dikombinasi dengan pola pikir rasional dan dinamis serta ditunjang dengan bakat pencaknya yang diasah oleh guru-guru yang kompeten menumbuhkan sifat berani membela kebenaran dalam diri Barie Irsjad. Infayanti putri Muh Barie Irsjad menuturkan bahwa saat masih usia dini ayahnya berani berkiprah dalam perang kemerdekaan sebagai mata-mata yang memasok informasi kepada jaringan intelejen TNI. Saat itu sebagai anak berumur 10 tahunan Barie Irsjad leluasa mengumpulkan data-data intelejen di dalam kota Yogyakarta yang sangat diperlukan para pejuang Indonesia untuk menentukan strategi penyerangan ke dalam kota.
Dalam perspektif Infayanti, ayahnya adalah sosok pria sederhana yang menjalani hidup sehari-harinya sebagai warga masyarakat biasa. Sang bapak juga memiliki bakat trampil dalam bidang kelistrikan, pertukangan, bahkan peternakan pun faham. Bidang seni sangat melekat dalam diri dan jiwa sang ayah. Bahkan sang ayah sangat kreatif dalam membuat macam-macam alat penyasar dengan bahan baku barang bekas, alat-alat itu dahulu belum populer. Potensi ketrampilan ini menjadi modal ayahnya untuk menciptakan senjata, yang populer adalah SEGU senjata berbentuk lafal Muhammad. (Bersambung)