Pencak yang Metodis Dinamis untuk Selamat Dunia Akherat
Selepas perang kemerdekaan Barie Irsjad kembali mengasah bakatnya dalam beladiri di bawah bimbingan beberapa guru pencak. Ilmu tangan kosong maupun permainan senjata dikuasainya dengan sangat baik. Kalangan pencak di Kauman sangat beruntung memiliki Barie Irsjad yang sangat berbakat, karena pasca perang kemerdekaan terjadi kelesuan aktivitas pencak di Kauman karena gugurnya banyak pendekar pencak Kauman. Barie Irsjad yang berbakat, sangat antusias mengasah keahlian pencaknya. Hal ini menumbuhkan ekspektasi para gurunya bahwa Barie bisa dikader sebagai pelanjut generasi pencak di Kauman.
Barie Irsjad adalah seorang anak muda yang tumbuh dalam masyarakat Jawa yang di dalamnya berkembang banyak aliran pencak dengan beragam varian keilmuan. Ada aliran pencak yang menonjol dalam ilmu gerak beladirinya, ada yang mengusung konsep ilmu pernafasan, ada yang menawarkan kesaktian sebagai keunggulannya, ada yang menggunakan ritual-ritual tertentu dalam proses mempelajari ilmunya, ada yang berbasis dari tradisi kraton karena pendekar narasumbernya bangsawan, ada yang berkembang di masyarakat, ada yang berkembang di komunitas tertentu misalnya pesantren, ada yang mengembangkan teknik permainan senjata, ada pula yang berbasis teknik tangan kosong, dan sebagainya.
Sebagai anak muda yang tertarik menggali ilmu pencak dari berbagai sumber, Barie Irsjad yang lahir dan dididik dalam keluarga dan lingkungan Muhammadiyah memiliki basis aqidah yang kuat sehingga dalam menilai tawaran-tawaran beragam aliran yang ada menggunakan penalaran yang jernih.
Bagi Barie Irsjad aqidah Islam yang murni akan memberdayakan penganutnya untuk melakukan kajian-kajian rasional termasuk dalam mempelajari ilmu pencak. Aqidah yang kuat membentengi Barie Irsjad dari kejumudan pemikiran yang bisa menjerumuskannya kepada belajar aliran pencak yang tidak rasional dan dibumbui praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan acapkali Barie Irsjad mendapati aliran yang mengemas ritual-ritual yang bungkusnya seolah-olah bersumber dari ajaran Islam.
Pada fase selanjutnya Barie Irsjad semakin matang dan dapat menarik simpulan bahwa pencak adalah ilmu gerak ragawi yang rasional sehingga dapat dipelajari dan dapat diajarkan dengan metode yang rasional pula, kualitas penguasaan tekniknya pun dapat diukur dan dinilai secara rasional, serta manfaat yang diperoleh oleh yang mempelajarinya dapat dirasakan secara nyata. Ilmu pencak yang demikian oleh Barie Irsjad disebut memiliki sifat keilmuan yang methodis.
Bagi Barie Irsjad ilmu pencak yang methodis juga bersifat terbuka, sehingga harus dilakukan publikasi ilmiah untuk dikoreksi oleh rekan sejawat pendekar yang kompeten pula. Barie Irsjad tak segan melakukan adu kaweruh dengan pendekar lain dalam rangka menilai keilmuan masing-masing untuk saling mengoreksi dan memberikan rekomendasi penyempurnaan.
Dengan cara adu kaweruh inilah muncul dinamika pengembangan ilmu pencak ragawi. Maka sifat ilmu pencak yang terbuka itu akan dinamis. Belakangan hari istilah sifat keilmuan pencak yang dinamis dan methodis menjadi ruh dari ilmu pencak silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang didirikan Muh Barie Irsjad pada tanggal 31 Juli 1963.
Ilmu pencak ragawi yang methodis dinamis tidaklah cukup, karena bagi Barie Irsjad yang aqidahnya kuat, tujuan ilmu beladiri bukan untuk menjadi orang ampuh. Menurut Barie Irsjad beladiri yang benar tujuannya adalah mencari keselamatan di dunia dan akherat. Maka pencak harus dilandasi aspek pendidikan mental spiritual, dalam hal ini nilai-nilai agama harus tertanam dalam diri pendekar.
Maka ketika mendirikan Tapak Suci di tahun 1963 Barie Irsjad menetapkan kurikulum pendidikan di Tapak Suci meliputi pendidikan ragawi dan pendidikan ruhani. Maka dalam konsep ilmu beladiri secara komprehensif yang dibangun oleh Barie Irsjad seorang yang kuat hakikatnya adalah memiliki keteguhan iman dan diwujudkan dalam akhlaqul karimah. Ini menjadi motto perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah “dengan iman dan akhlaq saya menjadi kuat, tanpa iman dan akhlaq saya menjadi lemah”.
Oleh karena itu sikap hormatnya Tapak Suci Putera Muhammadiyah bermakna amar makruf-nahi mungkar. Setiap anggota Tapak Suci dalam kapasitasnya masing-masing adalah individu yang siap menegakkan amar makruf nahi mungkar.
Pendekar yang beriman dan berakhlaqul karimah di manapun berada akan beramar makruf dan bernahi mungkar semaksimal mungkin dalam kapasitas masing-masing mulai skup kecil, lokal, hingga nasional. Jadi bila anggota Tapak Suci menjadi Kapolda maka kapasitasnya sebagai jenderal bintang 2 harus maksimal menjadi pembasmi kejahatan, penegak hukum dan pengayom masyarakat dalam skala besar. Apabila menjadi ketua RT harus bertanggungjawab menjadi role model kebaikan di RT nya, dan semaksimal mungkin mencegah kemungkaran meski lingkup kecil misal melarang pemuda mabuk dan judi di lingkungannya. (Bersambung)