TAJDID.ID-Binjai || Ketua GNPF Ulama Kota Binjai Sanni Abdul Fattah mengatakan, pemerintah terkesan sengaja menjadikan bulan Ramadhan dan Covid-19 sebagai bahan olok-olokan terhadap umat Islam.
“Logika berbangsa hari ini sudah dibuat amburadul. Pemerintah menjadikan bulan suci Ramadhan dan virus corona sebagai bahan untuk mengolok-olok umat Islam,” kata Sanni dikutip dari RMOLSumut, Kamis (21/5).
Mulai dari mudik dan pulang kampung, pelaksanaan shalat di masjid, hingga berdamai dengan corona dengan alasan menggerakkan kembali ekonomi, menurut Sanni semua itu adalah provokasi yang berakhir pada olok-olokan kepada umat Islam.
Kenyataannya hari ini, lanjutnya, aktivitas perdagangan yang dimonopoli kelompok bukan pribumi lancar jaya. Mall dan pasar ramai. Warga disilaukan dengan diskon gila-gilaan.
“Sementara beberapa bulan lalu, kita umat islam sudah saling berbantah-bantahan dan ditertawakan karena persoalan Covid-19. Inikah yang dimaui pemerintah?,” katanya.
Dikatakannya, perdamaian terhadap covid-19 yang disampaikan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu benar-benar melahirkan tafsir yang salah kaprah.
Menurut Sanni, pemerintah dan kelompok-kelompok pengendali modal dan kekuasaan menjadikan umat Islam sebagai bahan bakar kehancuran Indonesia.
Belum lagi buzzerRp dan robot ternak peliharaan penguasa pun terus gentayangan membangun opini dan bully yang disasarkan kepada umat Islam di dunia maya.
“Mereka ramai memojokkan umat Islam yang memanfaatkan kondisi pelonggaran yang disampaikan Jokowi. Seakan, aktivitas di penghujung ramadhan ini nantinya bisa menjadi alasan apabila ke depan tingkat kematian akibat corona semakin meninggi,” kata Sanni.
Sementara itu, kata Sanni, pelonggaran tetap tebang pilih. Pasar dibuka, manusia berjubel desak-desakan untuk berbelanja tapi aturan dan tata cara shalat idul fitri untuk masing-masing keluarga terus diviralkan.
“Tetap saja Umat Islam tak diizinkan untuk shalat idul fitri berjamaah di lapangan alun-alun,” sambung Sanni.
Karena itu, Sanni menghimbau umat Islam untuk waspada dan menggunakan sisa-sisa hartanya untuk dibelanjakan kepada hal-hal yang primer.
“Kita tak pernah tau, sampai kapan jebakan betmen ini terus dipasang untuk menjerat dan memojokkan ummat,” pungkas Sanni. (*)