TAJDID.ID-Medan || Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah garda terdepan pergerakan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
Demikian disampaikan Rektor UMSU Dr Agussani MAP ketika memberikan sambutan pada acara Opening Ceremony Milad Ke-56 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Aula Kampus Utama UMSU, Jl. Kapten Mukhtar Basri Medan, Rabu (11/12/2020).
Atas nama keluarga besar UMSU ia mengungkapkan rasa bangga dan gembira atas pelaksanaan Milad IMM ke-56.
“Selamad Milad yang ke 56 kepada IMM, khususnya kepada keluarga besar IMM se-UMSU. Semoga IMM selalu menjadi garda terdepan pergerakan mahasiswa di UMSU,” katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, momentum Milad ini bisa dimanfaatkan untuk membangun karakter, yakni bagian yang tidak terpisahkan dari cita-cita besar bersama membangun UMSU dan persyarikatan secara keseluruhan.
Menurutnya, ada yang membedakan IMM sebagai organisasi kader dengan organisasi kader yang lain, yaitu bahwa terletak dari label ‘kecendikiawanannya’ yang luar biasa.
“Dan harus diakui, kemajuan yang dicapai UMSU tidak terlepas dari kontribusi dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Karena itu saya mengajak seluruh kader IMM untuk saling bahu membahu dan bekerjasama untuk memajukan UMSU yang sama-sama kita cintai ini,” tuturnya.
Open Ceremony perayaan hari lahir salah satu organisasi otonom persyarikatan Muhammadiyah ini digelar secara kolektif oleh delapan Pimpinan Komisariat IMM. Acara ini terasa semakin istimewa karena di dirangkai dengan kegiatan bedah buku “Dunia Barat & Islam Cahaya Di Cakrawala” karya Dr Sudibyo Markis MBA, salah seorang pendiri IMM.
Hadir dalam acara tersebut, Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof. Dr. H Edy Suwardi Hamid Med, Rektor UMSU Dr. Agussani MAP, WR I Dr. Muhammad Arifin Gultom SH MHum, WR III Dr Rudianto MSi, Pimpinan Ortom tingkat wilayah, alumni IMM Sumut, Pengurus PK IMM se-UMSU dan ratusan kader IMM (Immawan dan Immawati) UMSU.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof. Dr. H Edy Suwardi Hamid Med dalam sambutannya menekankan tentang pentingnya reaktualisasi Trilogi IMM, yakni sebagai gerakan Keagaman, Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan.
Ia juga mengapresiasi capaian yang diraih UMSU sebagai salahsatu PTMA terbaik di Indonesia saat ini. Dikatakannya, UMSU bisa menjadi salah satu model bagi PTM yang akseleratif kinerja akademiknya. Kini UMSU bukan saja menjadi salah satu PTS terbaik di Sumatera Utara, tetapi seluruh Sumatera, bahkan Luar Jawa.
“Dengan ukuran akreditasi institusi, hanya dua PTS berakreditasi Unggul, yang salah satu di antaranya adalah UMSU,” sebutnya.
Namun meskipun demikian, kata Prof Suwardi, UMSU harus tetap kerja keras untuk meningkatkan posisinya.
“Jangan sampai terlena. Regulasi ke depan lebih sulit, misalnya penerapan Kampus Merdeka yang membuat persaingan lebih ketat, dan keniscayaan membangun kolaborasi dengan PT dan korporasi bereputasi dunia,” jelasnya.
***
IMM ialah organisasi mahasiswa Islam di Indonesia yang memiliki hubungan struktural dengan organisasi Muhammadiyah dengan kedudukan sebagai organisasi otonom. Memiliki tujuan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Keberadaan IMM di perguruan tinggi Muhammadiyah telah diatur secara jelas dalam qaidah pada bab 10 pasal 39 ayat 3: “Organisasi Mahasiswa yang ada di dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah Senat Mahasiswa dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)”. Sedangkan di kampus prguruan tinggi lainnya, IMM bergerak dengan status organisasi ekstra-kampus sama seperti Himpunan Mahasiswa Islam mapun KAMMI dengan anggota para mahasiswa yang sebelumnya pernah bersekolah di sekolah Muhammadiyah.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) didirikan di Yogyakarta pada tangal 14 Maret 1964, bertepatan dengan tanggal 29 Syawwal 1384 H. Dan dibandingkan dengan organisasi otonom lainya di Muhammadiyah, IMM paling belakangan dibentuknya.
Kelahiran IMM dan keberadaannya hingga sekarang cukup sarat dengan sejarah yang melatarbelakangi, mewarnai, dan sekaligus dijalaninya. Dalam konteks kehidupan umat dan bangsa, dinamika gerakan Muhammadiyah dan organisasi otonomnya, serta kehidupan organisasi-organisasi mahasiswa yang sudah ada, bisa dikatakan IMM memiliki sejarahnya sendiri yang unik. Hal ini karena sejarah kelahiran IMM tidak luput dari beragam penilaian dan pengakuan yang berbeda dan tidak jarang ada yang menyudutkannya dari pihak-pihak tertentu. Pandangan yang tidak apresiatif terhadap IMM ini berkaitan dengan aktivitas dan keterlibatan IMM dalam pergolakan sejarah bangsa Indonesia pada pertengahan tahun 1960-an. (*)
Mantul bgt ah
Jaya terus ikatan merahku