Untuk mengatasi persoalan tersebut, Amrizal menawarkan beberapa solusi.
Pertama, harus utuh dan sempurna. Artinya, pengkaderan harus meliputi segala aspek permasalahan kaderisasi secara utuh dan paripurna; aspek pemikiran kejiwaan, dan ketahanan daya juang. Bukan hanya mengkader aspek pemikiran secara teoritis melulu, atau pendidikan kejiwaan saja, ataupun gerakan berupa politis belaka. Akan tetapi harus betul-betul memberikan perhatian besar kepada aspek pengembangan kepribadian secara keseluruhan, demi terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang utuh dan paripurna.
“Yaitu mengkader pemuda Muhammadiyah yang mampu bertahan menjawab segala tantangan secara terus-menerus dan berkesinambungan, dan mampu mencapai sasaran-sasaran yang sebenarnya. Menghadirkan proses kaderisasi sebagai laboratorium mematangkan pemikiran dan idiologi untuk melahirkan kader-kader yang matang dan selalu siap melakukan perubahan,” jelasnya.
Kedua, harus memiliki idiologi yang jelas. Artinya kaderisasi pemuda Muhammadiyah harus benar-benar mampu menanamkan idiologi ber Muhammadiyah yang jelas, sehingga akan dapat melahirkan kader-kader yang militan bukan kader-kader karbitan.
“Pemuda Muhammadiyah harus mampu melahirkan kader-kader yang mampu secara intelektual dan juga matang secara idiologi, sehingga distribusi kader kesemua lini terutama ke AUM Muhammadiyah benar-benar memiliki kekaderan yang jelas,” katanya.
Ketiga, melahirkan Tauladan. Pengkaderan tidak hanya berupa teori-teori saja, tetapi betul-betul harus berlandaskan kepada pengalaman dan metode yang telah diuji dalam praktek. Dan pengkaderan itu harus diterapkan dalam kehidupan nyata, sebagai uswah hasanah dan suri tauladan yang baik.
“Maksudnya ialah, bahwa pengkaderan harus dipraktekkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan bukan semata-mata doktrin (pengarahan) dan pelajaran. Sistem penggemblengan yang sekaligus dengan praktek lapangan ini akan membantu membentuk pribadi-pribadi muslim yang terampil dan tangguh, pribadi yang tanggap, mantap, dan wajar tapi tidak rendah diri,” tambahnya.
Keempat, Berkesinambungan dan seimbang. Pengkaderan harus diperhatikan secara serius, di mana penggemblengan di berbagai segi itu harus berkesinambungan dan seimbang dengan kebutuhan yang diperlukan.
Kaderisasi yang dilakukan hanya sebatas menjalankan program kerja tidak akan dapat melahirkan kader-kader Pemuda Muhammadiyah yang tangguh dan istiqomah sebaliknya akan melahirkan kader-kader yang suatu saat nanti akan menjadi duri dalam organisasi Pemuda Muhammadiyah, karena dia tidak memahami hakikat perjuangan Pemuda Muhammadiyah itu sendiri dan kalau dibiarkan terus menerus keadaan yang demikian, tidak mustahil akan dapat merusak citra kepribadian Islam, dan bahkan akan mengganggu keutuhannya.
Kelima, Pengajian dan Pertemuan Rutin, sehebat apapun proses pengkaderan yang dilakukan di arena kaderisasi tidak akan pernah bisa menunjukkan hasil yang maksimal apabila tidak dilakukan tindak lanjut dari proses kaderisasi tersebut. Pimpinan pemuda Muhammadiyah disetiap level harus dan wajib melaksanakan pengajian dan pertemuan rutin, karena kaderisasi yang sesungguhnya itu adalah pada aktivitas dakwah yang dilakukan oleh setiap kader Pemuda Muhammadiyah.
“Salah satu indikator keberhasilan kaderisasi adalah ketika seluruh kader yang dibina sudah mampu melakukan aktivitas dakwah dilevel terendah yaitu ranting dimana kader tersebut berdomisili,” tegasnya. (*)