Di era saat sekarang, kurangnya minat kaum millenial berorganisasi rasanya menjadi masalah baru yang muncul di kalangan remaja Indonesia. Meskipun ada yang berorganisasi, dewasa ini organisasi sekedar tempat eksistensi belaka tanpa ada aktualisasi kongkrit.
Problematika yang muncul tersebut tak terlepas dari kurangnya pemahaman dan pengetahuan remaja tentang apa organisasi itu sendiri. Melalui buku “Osis Today Eksis Tomorrow”, Maisar Setiawan Munaf mencoba memberi pemahaman organisasi dengan sudut pandang berbeda.
Apa itu organisasi?
Secara jelas dituliskan maisar, bahwa organisasi adalah sebuah wadah untuk mengasah sekaligus menguji kompetensi seseorang. Tak hingga, organisasi juga menjadi tolak ukur kemampuan seseorang dalam interaksi sosial.
Guna mempermudah pembaca memahami sebuah proses dalam organisasi, sebuah analogi sederhana tentang kayu dan amplas (halaman 42) dicatutkan pada buku tersebut.
Dimana proses kayu menjadi lemari, bukanlah sebuah proses yang singkat. Sang kayu, merasa terzholimi dengan sikap tukang yang membentuknya. Setelah terbentuk menjadi sebuah lemari, kayu merasa prosesnya sudah selesai.
Rupanya, amplas berbadan kasar menghampirinya. Kayu merasa tidak terima, namun pada akhirnya ia mengakui. Berkat amplas yang kasar tersebut kini badannya menjadi licin dan diboyong pembeli.
Adakalanya, sebuah proses memang terasa sulit. Tapi ada hikmah yang membias dibalik semua proses yang dialami itu.
Selanjutnya, pelopor literasi tersebut pada buku “Osis Today Eksis Tomorrow” ini, mengulas secara mendalam guna memberi titik terang kepada pembaca. Bahwa dengan berorganisasi eksistensi di masa depan tidak akan sulit untuk diraih. Bukankah itu yang kita inginkan?
Apa untungnya berorganisasi?
Orang yang berpandangan pragmatis, akan menilai dari segi untung dan manfaatnya sesuatu. Pada buku “Osis Today Eksis Tomorrow” ini, berusaha memadukan keuntungan duniawi dan ukhrowi tentang keuntungan bagi manusia yang senang berorganisasi.
Maisar menuliskan 4 keuntungan diantaranya, pahala, persahabatan, pengalaman, dan penghasilan. Masing keuntungan tersebut diulas satu persatu secara gamblang di dalamnya.
Pertanyaannya lagi, bukankah itu yang sebenarnya yang ingin kita raih? (*)
Luzian Pratama, Kader IMM Sumatera Barat