TAJDID.ID-Medan || Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian ak ingin pengelolaan parkir dilakukan preman berkedok ormas. Karena itu ia meminta para kepala daerah menertibkan pengelolaan parkir di wilayahnya.
Terkait hal tersebut, beberapa hari yang lalu beredar video ormas yang meminta ‘jatah preman’ kepada minimarket. Dalam video yang sempat viral tersebut, tampak Kepala Bapenda Kota Bekasi Aan Suhanda didampingi polisi dan sejumlah ormas.
Dalam video itu, Aan meminta agar minimarket di Kota Bekasi bekerja sama dengan ormas dalam hal penarikan retribusi parkir.
Menanggapi hal itu, Sosiolog FISIP UMSU (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) Sohibul Anshor mengatakan, Tito harus memahami bahwa negara tak sanggup menciptakan lapangan kerja, sehingga ormas melakukan improvisasi untuk memperjuangkan para anggotanya.
Sohibul mengkritisi pernyaraan Tito yang menyebut preman atau apa pun namanya tak perlu ada
“Memang orang sebetulnya tak senang memilih hidup sebagai preman dan itu adalah sebuah keterpaksaan karena tiadanya pekerjaan,” ujarnya di Medan, Jumat (8/11/2019).
Jika orang tak punya pekerjaan akan rawan. Sohibul mengingatkan Tito jangan main-main dengan hidup, hak hidup dan perjuangan untuk hidup.
“Saya minta Tito ikut memikirkan pekerjaan, mengurangi korupsi di kementeriannya dan jangan suka-suka menuding. Sekali lagi, ciptakan lapangan kerja,” katanya.
Tito, lanjutnya, harus diberitahu agar faham bahwa di negeri ini ada white collar crime (kejahatan elit) dan ada blue collar crime (kejahatan awam).
Shohibul mengatakan, yang diributkannya ini cuma remeh temeh kejahatan awam. Karena itu, Tito juga harua diberi tahu bahwa kriminalitas akan reda dengan sendirinya jika rakyat sejahtera.
“Jika belum bisa memberi sesuatu kepada rakyat jangan banyak permintaan apalagi perintah,” ringkasnya. (*)