S aya AR Fachruddin . Yang mulai tahun 1935 menjadi guru Muhammadiyah, yang berarti sudah mempunyai pengalaman sedikit-sedikit memimpin Muhammadiyah. Dari yang ranting sampai yang Pimpinan Pusat.
Dari pelajaran para pimpinan, senior dan sesepuh Muhammadiyah –juga dari hasil membaca kitab tarikh para Nabi khususnya tarikh Nabi Muhammad SAW— dalam salah satu pertemuan para peserta Kursus Kader Muhammadiyah saya pernah berbicara. Untuk bekal bagi Saudara-saudara yang ingin memimpin Muhammadiyah, saya memberikan garis-garis kepemimpinan.
Memimpin, mengelola, menggerakkan Muhammadiyah dengan pemahaman bahwa yang dipimpinkan, yang digerakkan bukan sekedar organisasinya. Tetapi justru yang dipimpinkan itu adalah Agama Allah, agama Islam yang berdasar Alquran dan Sunnah Rasulullah.
Seperti halnya Rasulullah memimpinkan agama Islam kepada para sahabat-sahabatnya, tidak pernah menyempurnakan interesnya sendiri. Agama Islam yang dipimpinkan harus murni dari Allah. Jangan dicampuri. Betul-betul semua yang dari wahyu Allah. Wama ‘alaina illal balagh. Begitulah Rasulullah Muhammad SAW. Saudara-saudara yang akan memimpinkan Muhammadiyah, juga tidak benar kalau dicampuri dengan interesnya pribadi-pribadi sendiri.
Karena itu siapapun yang akan memimpin Muhammadiyah haruslah yang pertama niatnya ikhlas karena Allah. Bukan untuk mencari kedudukan, keduniaan atau mencari kekayaan. Atau karena lain-lainnya yang sifatnya keduniaan.
Karena memimpin, menggerakkan Muhammadiyah itu pada hakekatnya memimpin dan menggerakkan agama Islam yang berdasar dan dikembalikan kepada Alquran dan Sunnah yang shahih, maka Kyai Haji Ahmad Dahlan sampai pernah berucap: Hidup-hidupkanlah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah.
***
Apakah karena ucapan pendiri Muhammadiyah itu lalu guru-guru Muhammadiyah, dokter dan karyawan Rumah Sakit Muhammadiyah tidak boleh menerima gaji? Apakah lalu anggota-anggota Muhammadiyah tidak dibenarkan menjadi anggota DPR, MPR, DPA? Atau menjadi Bupati, Danrem, Pagdam, Gubernur, Duta Besar, Menteri dan sebagainya dan sebagainya?
Apakah Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah tidak boleh menerima gaji? Muballigh-muballighat dalam Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah, tidak dibenarkan menerima ongkos jalan? Lalu apa harus jalan kaki? Tidak dibenarkan naik mobil, naik kereta api, naik pesawat terbang? Apa begitu?
Menurut cerita Bapak KH Syujak, sejak zaman KHA Dahlan, muballigh-muballigh yang diutus bertabligh ke tepat-tempat di luar Yogyakarta tentu diberi ongkos jalan. Dengan demikian jelas bahwa “jangan cari hidup dalam Muhammadiyah” bukan dimaksudkan untuk serba gratis-gratisan. Namun yang jelas, jangan sampai warga Muhammadiyah secara gegabah menggunakan harta milik Muhammadiyah yang pada umumnya hasil dari wakaf atau infaq dari para warga Muhammadiyah –bahkan banyak juga harta yang berasal dari mereka yang simpati kepada Muhammadiyah.
Kyai Dahlan mengajak warga Muhammadiyah mengurbankan sebagian harta uangnya untuk membiayai gerak dan jalannya Muhammadiyah. Dan yang demikian itu oleh Kyai Dijelaskan, asal ikhlas, termasuk ibadah kepada Allah. Dan hebatnya, Kyai sendiri benar-benar memberi contoh kepada para warga Muhammadiyah dengan menginfakkan sebagian harta uangnya.
Dengan demikian menggerakkan atau mengelola Muhammadiyah pada hakekatnya mengelola dan menggerakkan agama Allah, agama Islam. Kyai Dahlan mendirikan Muhammadiyah yang dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 1330 Hijriyah pada hakekatnya adalah menggerakkan agama Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunnah. Hakekatnya menggerakkan atau menghidupkan Alquran dan Sunnah, karena Kyai Dahlan pada waktu itu tahu benar bahwa Alquran dan Sunnah boleh dikatakan telah mati.
Memang Agama Islam masih ada. Tetapi Islam yang tinggal namanya. Islam yang sudah bercampur dengan adat kebiasaan yang macam-macam. Bercampur dengan macam-macam tahayul, dengan macam-macam khurofat dan dengan macam-macam bid’ah. Walaupun dengan berselubung kebudayaan, berselubung kesenian dan lain-lain sebagainya. Dan –KHA Dahlan menginginkan dihidupkannya agama Islam yang murni, yang kembali bersumber Alquran dan Sunnah.
Oleh karena itu mengelola atau menggerakkan Muhammadiyah tidak semata-mata menggerakkan atau mengelola organisasinya. Melainkan mengelola atau menggerakkan “Agama Islamnya”. Itulah sebabnya maka untuk ber-Muhammadiyah diperlukan benar-baner rasa keikhlasan. Semata-mata karena Allah, dan supaya diniatkan untuk beribadah kepada Allah.
***
Mengelola atau menggerakkan Muhammadiyah memang memerlukan cara-cara atau ilmu-ilmu sekarang. Seperti umpamanya, dalam khittah keputusan Muktamar Palembang, diputuskan: “Dengan organisasi teratur, Muhammadiya menjadi kuat. Dengan administrasi yang tertib, Muhammadiyah terjaga dari fitnah”.
Menggerakkan atau mengelola Muhammadiyah memerlukan rasa, keprihatinan’, yang didasarkan atas rasa “tanggung jawab kepada Allah SWT”.
Rasulullah SAW dalam soal rasa keprihatinan benar-benar menjadi contoh utama. Walaupun kita tahu bahwa Rasulullah SAW oleh Allah memang diciptakan untuk menjadi contoh utama dalam segala hal.
“Sungguh ada untuk kamu dalam jiwa dan pribadi Muhammad Rasulullah itu merupakan contoh yang bagus bagi siapa yang mengharapkan keridhaan Allah dan pada hari akhir, dan senantiasa ingat kepada Allah sepanjang masa”. (al-Ahzab: 21)
Allah menyifati keprihatinan Rasulullah untuk ummatnya dengan firmannya: “Sungguh telah datang kepada kamu seorang Rasul Utusan Alllah dari jenis kamu yang sangat berat baginya hal-hal yang menyusahkan kamu, sangat besar keinginannya untuk keselamatan kamu dan kepada mereka yang beriman, sangat kasih sayang”. (at-Taubah: 128)
“Maka jika mereka itu berpaling, maka katakanlah cukuplah bagiku Allah. Tidak ada sebenarnya yang patut disembah kecuali Allah. Kepada Allah aku berserah diri dan Allah itu Tuhan yang mempunyai ‘arasy yang agung”. (at-Taubah: 129)
Pada ayat 128 surat at-Taubah, Allah menjelaskan bahwa keprihatinan Rasulullah yang benar-benar mendalam, memprihatinkan ummat manusia jangan sampai celaka. Jangan sampai susah sengsara. Rasulullah benar-benar prihatin bagaimana supaya ummat manusia ini mendapatkan kebahagiaan. Dua keprihatinan tersebut “jangan sampai ummat manusia celaka” dan bagaimana “agar ummat manusia berbahagia”. Semuanya itu didasarkan atas rasa “rouf” dan rohiem”.
KH A Dahlan mendirikan Muhammadiyah karena didorong oleh rasa keprihatinan yang mendalam, karena ke-Islaman bangsa Indonesia pada masa itu, ke-Islaman yang tidak kembali kepada kitab suci Alquran, tidak kembali kepada jejak dan perilaku Rasul Utusan Allah yaitu Nabi Muhammad SAW.
Kyai prihatin, bangsa Indonesia yang waktu itu kurang lebih berjumlah 40 juta jiwa, yang mayoritas beragama Islam itu dijajah Belanda yang Kristen.
Kyai prihatin, bangsa Indonesia yang karena ke-Islaman yang tidak benar itu menjadi bodoh, mundur, tidak berkemajuan sehingga kalah dengan bangsa Belanda yang tidak banyak itu.
Kyai prihatin karena bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim itu mudah terpecah-pecah, mudah diadu domba oleh penjajah Belanda.
Kyai prihatin, sampai-sampai pernah bertegas-tegas. Memang tidak mungkin Islam lenyap dari dunia sebelum kiamat. Tetapi bukan hal yang mustahil kalau Islam dapat terhapus dari Indonesia seperti Islam di Spanyol dan lain-lain.
Kyai prihatin, sampai-sampai beliau pernah berwasiat “Aku titipkan Muhammadiyah ini kepadamu” tentunya dengan harapan supaya kita meneruskan menyebarluaskan agama Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunnah.
Kyai Dahlan karena keprihatinannya kepada anak cucu, sampai menulis nasehat untuk dirinya sendiri di dinding, yang apabila beliau berbaring terlentang, dapat membacanya. Atau juga ditempelkan di meja tulisnya, sehingga setiap beliau duduk di situ dapat membacanya.
Adapun nasehat itu, menurut riwayat KHA Badawi almarhum, berbunyi: “Hai Dahlan, sungguh telah nampak bahaya yang dahsyat, peristiwa-peristiwa yang mengerikan telah berada di hadapanmu. Tidak boleh tidak, engkau pasti berhadapan dengannya. Mungkin engkau terlepas dari malapetaka itu, tetapi mungkin pula terjerumus binasa. Hai Dahlan. Coba bayangkanlah, apakah dayamu di kala engkau menghadap dengan sendirimu di hadirat Allah. Sedang di kala itu di mukamu telah tersedia Maut, kepastian menghadapmu ke hadirat Allah –perhitungan yang memutuskan nasibmu terakhir—surga, dan juga neraka. Nah, kenangkanlah olehmu kepada perhatian yang telah mendekati engkau dari segala peristiwa-peristiwa yang ada di mukamu. Dan tinggalkanlah semua yang mempengaruhi jiwamu. Bulatkanlah perhatianmu hanya kepada Allah semata-mata. Wassalam”.
Saudara-saudara yang berbahagia, Yang pimpinan maupun yang anggota Muhammadiyah – Aisyiyah – Pemuda – Nasyiah. Yang pimpinan atau anggota Majelis-majelis – Ortom-ortom – dosen-dosen – guru-guru – Ikatan Mahasiswa – Ikatan Pelajar dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Kalau yang Rasulullah Nabi Muhammad SAW memang demikian mendalam keprihatinannya. Bahkan yang hanya Kyai Dahlan saja begitu jelas dan nyata kerihatinannya, sampai-sampai harta kekayaannya dikorbankan –bahkan hidupnya saja dipertaruhkan, justru karena keprihatinannya memikirkan agama Islam, agama Allah.
Lalu bagaimanakah kita yang mendapat titipan Muhammadiyah dari Kyai Dahlan? Lalu bagaimana?
Untuk itu marilah:
- Mengikuti keprihatinan Rasulullah SAW, memprihatinkan Saudara-saudara kita sesama Muslim. Kita prihatinkan tauhidnya, ibadahnya, akhlak Islamiyahnya –yang masih dekat-dekat kepada laku-laku syirik, laku-laku takhayul, laku-laku khurafat, laku-laku bid’ah dan sebagainya. Kepada mereka jangan dimaki-maki, jangan dimarah-marahi. Tetapi kita prihatinkan, kita ajak dan kita doakan.
- Mengikuti keprihatinan Kyai Dahlan. Kita prihatinkan Saudara-saudara kita sesama warga Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, guru-guru Muhammadiyah, dosen-dosen Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Kita prihatinkan ke-Muhammadiyahannya.
- Kita prihatinkan keluarga kita, sanak saudara kita, tetangga kita yang sedang terbujuk ikut-ikut beragama Kristen. Marilah kita prihatinkan, semoga Allah melimpahkan petunjuknya, lekas kembali kepada agama Allah. Agama Islam yang bersumber Alquran dan Sunnah. Jangan kita marahi mereka. Marilah kita ajak, marilah kita doakan.
- Kita prihatinkan remaja-remaja kita yang kita harapkan menjadi penyambung dan penyempurna sejarah kehidupan, sejarah kemegahan dan kejayaan ummat, bangsa dan Negara Pancasila kita. Justru yang kini banyak yang terlanda kebejatan moral dan kenakalan yang diakibatkan derasnya kebudayaan-kebudayaan serta benda yang materialistis.
Sumber: Pesan dan Warisan Pak A.R., PT BP KR Yogyakarta, 1995)