• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Rabu, Juli 2, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Rasa Syukur dan Doa Bersama

M. Risfan Sihaloho by M. Risfan Sihaloho
2019/07/21
in Puisi
0
Rasa Syukur dan Doa Bersama
Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Karya: Taufiq Ismail (*)

 

Saudaraku, dapatkah kau bayangkan

Seratus lebih tahun yang lalu masanya

Ada anak muda yang ingin melakukan sesuatu untuk umatnya

Dan dia berbuat

Teman-temannya diajak bersama

 

 

Dapatkah kau perkirakan

Bagaimana sederhana kerja yang dimulainya

Betapa bersahaja lingkungan di sekitarnya

Tetapi jejak panjang ribuan kilometer

Dimulai dengan langkah bersama

Dia menghimpun ummat dengan cita-cita yang sama

Tarjih, tajdid, menolong kesengsaraan umum, mencerdaskan bangsa

Betapa bersahajanya

Dia tidak kenal sistem gerakan, organisasi dan kepemimpinan

Dia tidak tau sumber daya, jaringan, aksi, dan pelayanan

Itu teori-teori abad dua puluh satu ini

Di zaman itu belum dilahirkan

Sementara itu, dengan pandangan mata biru

Lihatlah batas pemisahan

Antara garis air dan tanah di bumi terbentang di bawah sana

Lihatlah sungai, pantai, bukit, sawah, ladang, dan pegunungan

Lihatlah kota, kebun-kebun, jalan berliku, sepanjang lautan, garis pelayaran

Semua muncul dengan garis-garis dan bidang begitu banyak warnanya

Yang begitu indahnya

Kata orang itu sekeping sorga

Itu sekeping jannah ke dunia dilemparkan

 

 

Organisasi ini seratus tahun kemudian

Memeluk seluruh panorama itu

Dimulai ketika tanah air kita baru di mimpi empat puluh lima puluh juta orang jumlah manusianya

Dan kini begitu membesar

Empat sampai lima kali lipat gandanya

Dahulu masih dalam cengkraman kuku penjajahan begitu lama

Kini sudah berbeda dengan rangkaian pengalaman bahagia dan deritanya

Organisasi ini seratus tahun kemudian bertumbuh

Dan membesar ormasnya

Kemudian mendewasa dengan kekayaan pengalamannya

 

 

Lihatlah

Enam ribu taman kanak-kanak

Lima ribu tujuh ratus dua puluh delapan sekolah dasar

Tiga ribu dua ratus dua puluh sembilan SMP

Dua ribu tujuh ratus tujuh puluh enam SMA

Seratus satu SMK

Empat puluh lima mu’allimin dan pesantren

Seratus enam puluh delapan perguruan tinggi

Kemudian, kemudian, tujuh puluh rumah sakit

Dua ratus delapan puluh tujuh BKIA

Tiiga ratus panti yatim piatu

Dan semua ini diurus oleh tiga ribu dua ratus dua puluh satu pengurus cabang

Delapan ribu seratus tujuh pengurus ranting

Kemudian, kemudian, di dunia luar da sana

Di luar Indonesia tiga belas cabangnya

Dan tanah wakaf dua puluh sembilan juta hektar luasnya

Tidak akan terpikirkan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan

Sang pendiri raksasanya ormas ini

 

 

Alhamdulillah, alhamdulillah

Fenomena ini sangat pantas

Dengan rasa sangat dalam disyukuri

Betapa lagi luar biasa

Bila diikuti doa

Dua puluh dua juta anggota di seluruh nusantara

 

 

Yang membacakan puisi ini

Adalah satu dari yang dua puluh dua juta orang itu

Saya terkenang pada masa masuk sekolah dasar hari-hari pertama

Enam puluh delapan tahun yang lalu

Di Sekolah Rakyat Muhammadiyah dua Surakarta

Ketika itu tentara Jepang menduduki Indonesia tahun pertama

 

 

Saya ke sekolah

Lalu diantar ibu saya pagi-pagi

Menyebrang rel kereta api

Lalu menjinjing sabak dan kotak grip kecil bikinan Jepara

Sekali seminggu latihan pandu Hizbul Wathan

HW, pake topi gagah sekali

Saya terkenang ketika saya tamat enam tahun kemudian

Di Sekolah Rakyat Muhammadiyah Ngupasan Yogyakarta

Tahun sembilan belas empat puluh delapan di zaman revolusi

Di ibukota Republik Indonesia

 

 

Terimakasih Muhammadiyah

Guruku di sekolah Muhammadiyah, terima kasih

Pak Solihin, Bu Badriah, terima kasih

Kalian mengajariku ilmu-ilmu

Berhitung, mencongak, ilmu bumi, serta ilmu manusia

Model sebelum masuk kelas

Dipimpin oleh pak Alfian

Satu sekolah berdoa bersama

Tapi

Di Ngupasan

Surat Al Maun yang paling berkesan dari semuanya

Thoamil miskin, thoamil miskin

Memberi makan orang miskin, memberi makan orang miskin

Betapa tertancap dalam

Surat Al Maun

 

 

Demikianlah

Ku doakan guru-guru

Guru-guruku itu

Kemudian ku doakan sahabat-sahabat ayah dan ibuku

Buya Hamka, Iktaulik Paradek, kawan sekelas ayah saya

Pak Farid Makruf, di Kauman

Pak Kahar Muzakkir, di Kotagede

Keduanya guru besar yang sederhana

 

 

Ibu Zaenab Damiri, Ibuku bersama beliau di Aisyiyah di zamanrevolusi

Kemudian, kemudian, ku doakan pula Pak AR Fachruddin

Kyai yang sangat bersahaja

Yang di rumah, yang di halaman rumah beliau

Menjual bensin eceran

Untuk motor mahasiswa

Dan

Ku doakan, ku doakan

Seluruh pemimpin ummat

Tak ku kenal nama dan wajah mereka

Ku doakan persyarikatan ini

Semoga tangguh sebagai bahtera di samudra

Kita semua penumpangnya paham

Ancaman taupan dan gelombang raksasa

 

 

Tapi

Selama tauhid berdetak di jantung

Dan berdesah di nafas

Kita gentar tiada


* Taufiq Ismail adalah penyair nasional yang sangat dekat dengan Muhammadiyah.  Beliau pernah mengenyam pendidikan dan beliau dibesarkan di Muhammadiyah. Puisi ini ia tulis dan bacakan sebagai kado istimewa pada saat Tasyakuran 1 Abad Muhammadiyah tahun 2016.

Tags: Muhammadiyahpuisitaufiq ismail
Previous Post

Posisi

Next Post

Ahmad Basuni, Jurnalis Muhammadiyah yang Jadi Tokoh Pers Nasional

Related Posts

Potensi Regional Istimewa untuk Solo: Waktunya jadi ‘Special Region of Surakarta’

Potensi Regional Istimewa untuk Solo: Waktunya jadi ‘Special Region of Surakarta’

20 Juni 2025
106
Prof Irwan Akib: Ruh Keikhlasan Jadi Dasar Muhammadiyah Jalankan Amal Usaha

Prof Irwan Akib: Ruh Keikhlasan Jadi Dasar Muhammadiyah Jalankan Amal Usaha

16 Juni 2025
115
Gaungkan Ketahanan Iklim Dimulai dari Desa, Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Luncurkan Program “Karang Tangguh” di NTB

Gaungkan Ketahanan Iklim Dimulai dari Desa, Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Luncurkan Program “Karang Tangguh” di NTB

11 Juni 2025
105
Haedar Nasir Tanggapi Putusan MK Soal SD Swasta Gratis

Haedar Nasir Tanggapi Putusan MK Soal SD Swasta Gratis

4 Juni 2025
124
Fordek FH PTMA Dukung Otokritik dan Usulan Busyro Muqaddas

Fordek FH PTMA Dukung Otokritik dan Usulan Busyro Muqaddas

24 Mei 2025
130
Busyro Muqoddas Ungkap 3 Sektor Kelemahan Muhammadiyah: Harus Segera Direspon dengan Langkah Konkrit

Busyro Muqoddas Ungkap 3 Sektor Kelemahan Muhammadiyah: Harus Segera Direspon dengan Langkah Konkrit

23 Mei 2025
168
Next Post
Ahmad Basuni, Jurnalis Muhammadiyah yang Jadi Tokoh Pers Nasional

Ahmad Basuni, Jurnalis Muhammadiyah yang Jadi Tokoh Pers Nasional

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In