TAJDID.ID || Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’thi mengatakan, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dengan Persyarikatan Muhammadiyah perlu membangun sinergitas, yakni meliputi sinergi ideologis, sinergi pelayanan dan sinergi politik.
Hal itu disampaikan Abdul Mu’thi dalam acara “Leadership Training” untuk Pimpinan PTM Angkatan ke-4 yang diadakan oleh Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jayakarta Hotel, Sleman, Selasa (16/7).
Pertama, katanya, Sinergi Ideologi, yaitu peneguhan manhaj gerakan Muhammadiyah menjadi masalah tersendiri mengingat posisi PTM sebagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Menurutnya, sinergi ideologi menjadi penting karena anggota PTM adalah kaum terdidik yang memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi. Mahasiswa PTM juga sangat beragam baik dari segi sosial, ekonomi maupun ideologi.
Lebih lanjut dijelaskannya, bahwa Perguruan tinggi sebagai institusi akademik yang membangun budaya ilmiah, sehingga pemikiran apapun dapat masuk di PTM baik mahasiswa maupun para dosennya. Hal ini menjadi masalah mengingat intensitas pertemuan mahasiswa dan dosen terbatas, sehingga pertukaran intelektual kurang. Dosen kurang melakukan dialog intelektual dengan mahasiswa.
Kendati demikian, kata Mu’thi, Muhammadiyah juga mendapatkan pemikiran-pemikiran maju sangat yang diperlukan dari perguruan tinggi. “Akan tetapi pemikiran-pemikiran itu harus tetap inline dan inheren dengan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah. Keterbukaan memang perlu tetapi tetap dalam konteks manhaji,” sebutnya.
Kedua,Sinergi Pelayanan Sosial. Maksudnya, Muhammadiyah memiliki kekuatan dari segi pelayanan sosial. Selama ini Muhammadiyah menonjol dalam bidang pelayanan seperti respons terhadap kebencanaan. “Tetapi karena justru kita kuat pelayanan sosial, seakan-akan Muhammadiyah hanya sebagai gerakan sosial. Akhirnya Muhammadiyah kurang dimensi dakwahnya (pengajian),” kata Mu’thi..
Selain itu, karena Muhammadiyah terlalu berorientasi institusi, menjadikan kurang responsif terhadap persoalan sosial. Selama ini pelayanan sosial lebih bersifat santunan dan bersifat charity, bersifat berkelanjutan. Artinya pelayanan sosial Muhammadiyah masih karitatif.
“Tentunya akan bisa lebih maksimal jika terjadi sinergi antara semangat pelayanan, semangat bisnis dan pengembagan gagasan-gagasan baru melalui PTM,” jelasnya.
Ketiga, Sinergi Politik. Dalam kaitan ini, Mu’thi mengatakan Muhammadiyah perlumemperkuat peran-peran kebangsaan, misalnya PPM kekurangan resource persondengan gagasan-gagasan untuk memberi pemikiran kepada negara. Dalam konteks ini, kata Mu’thi, PTM perlu menyediakan orang-orang yang pendapatnya quotable atau influencerdi ruang publik.
Selain itu, distribusi kader-kader yang mengisi ruang publik di berbagai level harus dimainakn PTM sebagai gudang intelektual. “Pengerahan opini publik lewat berbagai media juga penting ditopang oleh SDM dari PTM,” tegasnya. (*)