Oleh: M. Risfan Sihaloho
Pengerajin Anyaman Kata di Gerakan Rakyat Menulis (GERAM)
Belakangan ini ada tren baru di kalangan pejabat dan pemimpin kita: harus tampil beda. Katanya, biar keren, biar terlihat kreatif, biar dianggap visioner. Seolah-olah ukuran kepemimpinan bukan lagi soal integritas dan kerja nyata, tapi soal gaya yang nyentrik.
Maka muncullah berbagai eksperimen aneh-aneh. Ada yang pidato pakai bahasa gaul, ada yang meresmikan program sambil joget TikTok, ada yang bikin kebijakan sekadar untuk jadi headline di media sosial. Semua atas nama out of the box. Padahal sering kali yang terjadi bukan out of the box, tapi justru out of the track. Keluar rel.
Baca juga:
Masalah kepemimpinan di negeri ini sebenarnya bukan karena miskin kreativitas. Justru sebaliknya, para pemimpin kita kelewat kreatif dalam hal mencari cara untuk lari dari tanggung jawab. Kreatif dalam memanipulasi laporan, kreatif dalam mengatur proyek, kreatif dalam memoles citra. Kalau kreativitas semacam ini dilombakan, bisa jadi kita juara dunia.
Rakyat sering terkecoh. Gaya out of the box ini lebih banyak jadi alat pencitraan ketimbang solusi masalah. Seolah-olah rakyat bisa kenyang hanya dengan tontonan gaya hidup “beda” pejabatnya. Padahal yang ditunggu rakyat bukan sensasi, tapi kerja nyata. Rakyat tidak butuh pemimpin yang jago bikin gimmick, tapi yang jujur, kompeten, dan bertanggung jawab.
Jabatan publik itu bukan panggung sandiwara untuk memamerkan jurus aneh-aneh. Ia adalah amanah. Kalau terus diperlakukan sebagai panggung, rakyat hanya jadi penonton yang bayar tiket lewat pajak dan utang negara.
Ya. Rakyat tidak butuh pejabat yang sibuk bikin sensasi. Yang dibutuhkan itu pemimpin yang sanggup memikul beban, bukan memamerkan gaya. Negeri ini tidak kekurangan orang kreatif, yang kurang itu orang yang serius bekerja tanpa pura-pura.
Jadi kalau ada pejabat lagi-lagi pamer gaya “kreatif”, jangan buru-buru kagum. Bisa jadi bukan out of the box, tapi memang sedang out of the track. Atau lebih parah lagi, out of brain.(*)