• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Jumat, Juli 4, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Islamofobia di 10 Game Perang Digital Populer

Shohibul Anshor Siregar by Shohibul Anshor Siregar
2021/04/06
in Nasional, Ulasan
0
Islamofobia di 10 Game Perang Digital Populer
Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Oleh: Shohibul Anshor Siregar


Tanner Mirrlees dan Taha Ibaid dalam laporan penelitian berjudul “The Virtual Killing of Muslims: Digital War Games, Islamophobia, and the Global War on Terror” mengkritisi secara tajam stereotip “Mitos Muslim” dalam sepuluh buah game perang digital populer yang dirilis antara 2001 dan 2012.

Temuan mereka, skenario keseluruhan permainan itu membenamkan pemain dalam fantasi patriarchal tentang “maskulinitas militer” dan menempatkan “Mitos Muslim” di bawah bidikan untuk dibunuh atas nama kepentingan Amerika Serikat dan keniscayaan apa yang disebut sebagai keamanan global.

Laporan ini memetakan konsekuensi-konsekuensi pertaruhan stereotip dan pengelompokan Muslim oleh game perang digital, dan menyoroti beberapa tantangan terhadap Islamofobia dalam industri game digital yang berkembang saat ini.

Kesepuluh game digital yang ditelitidan yang laporan lengkapnya diterbitkan oleh Islamophobia Research and Documentation Project, Center for Race and Gender, University of California, Berkeley pada Jurnal Studi Islamophobia Volume 6, No. 1 Spring 2021, hlm. 33-51 itu, ialah: “Conflict: Desert Storm” (2002); “Conflict: Desert Storm 2” (2003); “SOCOMUS Navy SEALs” (2002); “Full Spectrum Warrior” (2004); “Close Combat: First to Fight” (2005); “Battlefield 3” (2011); “Army of Two” (2008); “Call of Duty 4: Modern Warfare” (2007); “Medal of Honor” (2010); dan “Medal of Honor: Warfighter” (2012).

Ada 3 kriteria pilihan yang ditetapkan untuk kesepuluh permainan itu, yakni periode waktu permainan dirilis, materi pokok game, dan popularitas game. Kesepuluh game diterbitkan antara 2001 dan 2012. Itu adalah periode yang bersamaan dengan Perang Global AS yang sebenarnya melawan Teror di banyak negara mayoritas Muslim.

Konten naratif (cerita dan karakterinteraktif)dalam setiap game membenamkan pemain dalam peran pahlawan maskulin yang dimiliterisasi Anglo-Amerika dan mengadudomba para protagonis ini karakter musuh yang dapat dibunuh yang tersirat atau kemungkinan besar dianggap Muslim.

Game tidak semua secara langsung menyatakan bahwa musuh adalah Muslim.Tetapi dengan menempatkan mereka di dalam atau menyarankan mereka berasal dari negara mayoritas Muslim yang sebenarnya atau yang dibayangkan, mereka mengasosiasikan berhubungan dengan teritori, kawasan, dan zona yang banyak dimaksudkan dalam wacana kebijakan luar negeri AS pasca-9/11.

Juga, dengan mewakili tubuh, bahasa, suara, dan praktik musuh-musuh ini, permainan menyiratkan musuh-musuh ini adalah Muslim. Akibatnya, permainan perang digital ini dapat mendorong atau mereproduksi penyebaran persepsi bahwa semua orang di negara mayoritas Muslim adalah Muslim (meskipun demikian tidak demikian).

Tentang popularitas sebagai criteria pilihan, kata kedua penulis, 10 game yang dipilih adalah jenis paling laris dan review terbaik di genre-game perang yang dirilis dalam jangka waktu fokus.

Menurut mereka semua permainan digital perang yang mereka pelajari mengkontekstualisasikan produksi dan konsumsi kontemporer game perang digital yang berkaitan dengan “kompleks game-militer-digital” dan nyata serta simulasi kekerasan militer terhadap Muslim, dengan focus terutama pada penempatan militer AS game perang digital untuk melatih tentara membunuh dalam perang nyata di negara-negara mayoritas Muslim.

Tanner Mirrlees (foto: toronto.com)

Tanner Mirrleesadalah Associate Professor dalam program Komunikasi dan Studi Media Digital di FakultasIlmuSosial dan Humaniora di Ontario Tech University. Karyanya antara lain Hearts and Mines: The US Empire’s Cultural Industry (UBC Press, 2016), Global Entertainment Media: Between Cultural Imperialism and Cultural Globalization (Routledge, 2013), co-author of EdTech Inc.: Selling, Automating and Globalizing Higher Education in the Digital Age (Routledge, 2019). Ia juga tercatat co-editor Media Imperialism: Continuity and Change (Rowman & Littlefield, 2019) dan The Television Reader (Oxford University Press, 2012).

Taha Ibaid (foto: twitter.com)

SedangkanTaha Ubaid adalah pengajardari Ontario Tech University, Ontario, Canada. Pada Februari2019 yang lalu menerbitkan karya berjudul “Mengobarkan Perang Virtual Melawan Islam: Penilaian tentang Bagaimana Video Game Bertema Perang pasca-9/11 Memberi Stereotip pada Muslim.” (*)


Penulis adalah Dosen FISIP UMSU

Previous Post

Ekspor Asam Gelugur Sumut ke 3 Negara Meningkat

Next Post

Forbes Umumkan Daftar 40 Orang Kaya Baru Gara-gara Pandemi Covid-19

Related Posts

Kolaborasi Aisyiyah dan NA Cabang Bumiayu di Kalinusu: Menyatukan Spirit, Menguatkan Organisasi

Kolaborasi Aisyiyah dan NA Cabang Bumiayu di Kalinusu: Menyatukan Spirit, Menguatkan Organisasi

3 Juli 2025
105
PCM Percut Sei Tuan Serahkan 3 Sertifikat Tanah SHM ke PWM Sumut: Wujud Komitmen Menjaga Aset Persyarikatan

PCM Percut Sei Tuan Serahkan 3 Sertifikat Tanah SHM ke PWM Sumut: Wujud Komitmen Menjaga Aset Persyarikatan

3 Juli 2025
131
Selamat! FEB UMSU Yudisium 411 Lulusan

Selamat! FEB UMSU Yudisium 411 Lulusan

3 Juli 2025
141
Bardan Sahidi: Menyeruput Kopi Gayo, Menjaga Warisan Budaya Leluhur

Bardan Sahidi: Menyeruput Kopi Gayo, Menjaga Warisan Budaya Leluhur

3 Juli 2025
110
FKIP UMSU Yudisium 169 Lulusan, Rektor Dorong Alumni Kembangkan Soft Skill dan Lanjut Studi

FKIP UMSU Yudisium 169 Lulusan, Rektor Dorong Alumni Kembangkan Soft Skill dan Lanjut Studi

3 Juli 2025
107
Faperta UMSU Yudisium 141 Lulusan Perkuat Generasi Teknologi Pangan

Faperta UMSU Yudisium 141 Lulusan Perkuat Generasi Teknologi Pangan

3 Juli 2025
103
Next Post
Forbes Umumkan Daftar 40 Orang Kaya Baru Gara-gara Pandemi Covid-19

Forbes Umumkan Daftar 40 Orang Kaya Baru Gara-gara Pandemi Covid-19

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In