TAJDID.ID~Giri Wetan || Universitas Tidar melalui program Pengabdian Unggulan Universitas (PUU) sukses menggelar kegiatan inovatif yang bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian lokal. Kegiatan bertajuk “Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pada Alat Perangkap Hama Kutu Kebul Pada Pertanian Cabai” ini dilaksanakan di Desa Giri Wetan, Kabupaten Magelang, pada tanggal 26–27 September.
Tim pengabdian, yang terdiri dari dosen Fakultas Teknik dan Pertanian serta mahasiswa, tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga memasang solusi teknologi tepat guna yang mandiri energi.
Solusi Cerdas untuk Kutu Kebul dan hama serangga lain
Desa Giri Wetan dikenal sebagai sentra penghasil cabai. Namun, petani sering menghadapi masalah serius berupa serangan Kutu Kebul (Bemisia Tabaci) yang dapat menyebabkan gagal panen dan penyebaran penyakit virus. Biasanya, pengendalian hama ini memerlukan penggunaan pestisida yang berdampak pada biaya produksi dan kesehatan lingkungan.
Tim universitas menawarkan solusi ramah lingkungan dan berkelanjutan: Perangkap Hama Lampu UV Bertenaga Surya (PLTS).
“Inti dari kegiatan ini adalah memutus siklus hama Kutu Kebul tanpa menambah biaya operasional harian petani,” jelas Ir. Andriyatna Agung Kurniawan, S.T., M.Eng., Ketua Pelaksana PUU. “Kami merancang alat perangkap sederhana yang menggunakan Lampu UV sebagai daya tarik hama, dan seluruh dayanya disuplai oleh panel surya mini.”
Keunggulan Teknologi
Menurut Andriyatna Perangkap hama yang dipasang memiliki beberapa keunggulan utama, antara lain: Mandiri Energi bahwa Alat ini tidak memerlukan listrik dari PLN atau baterai yang harus diisi ulang secara konvensional. Panel surya menyerap energi di siang hari untuk menyalakan lampu UV pada malam hari, saat Kutu Kebul aktif. Ramah Lingkungan yakni Pengurangan ketergantungan pada pestisida kimia. Dan Tepat Guna maksudnya Alat didesain agar mudah dibuat, dipasang, dan dirawat oleh petani lokal, menjamin keberlanjutan program.
Pelatihan dan Transfer Pengetahuan
Kegiatan selama dua hari ini diawali dengan sesi pelatihan intensif mengenai identifikasi hama Kutu Kebul, prinsip kerja pembangkit listrik tenaga surya skala kecil, dan praktik perakitan alat perangkap.
Pada hari kedua, tim bersama puluhan petani dan perangkat desa melakukan instalasi alat perangkap di beberapa titik strategis lahan cabai. Petani dilatih cara memasang panel surya pada tiang penyangga, menghubungkannya ke lampu UV, dan melakukan perawatan berkala.
Sujiyono, selaku Perwakilan Kelompok Tani Giri Wetan, menyambut baik inisiatif ini. “Kami sangat berterima kasih. Biaya untuk membeli obat hama sangat memberatkan. Dengan alat dari Bapak dan Ibu Dosen ini, kami punya harapan baru. Ini bukan hanya masalah hama, ini masalah ekonomi keluarga kami,” tuturnya.
Inovasi PLTS untuk perangkap hama ini diharapkan dapat menjadi model bagi wilayah pertanian lain yang menghadapi tantangan serupa, membuktikan bahwa teknologi ramah lingkungan dapat diakses dan diterapkan langsung di tingkat masyarakat desa. (*)
✒️ Agus Yulianto