Oleh: Arifin Saleh Siregar
Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Hening. Khidmat. Fokus. Tiba-tiba riuh. Tepuk tangan menggema. Kadang diiringi suara dukungan sahut-sahutan. Hening lagi. Fokus lagi. Tepuk tangan lagi. Tak ada komando, satu per satu berdiri; standing applause.
Setidaknya demikian gambaran suasana ketika Presiden Prabowo Subianto menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR dan DPD RI
Tahun 2025 yang digelar di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPR RI, Jakarta Jumat 15 Agustus 2025 kemarin.
Prabowo berhasil memikat peserta sidang. Presiden ke-8 Republik Indonesia itu tampil memukau dalam Pidato Kenegaraannya yang pertama.
Presiden yang dilantik 20 Oktober 2024 itu tampil percaya diri. Didukung dengan bahasa tubuh yang pas.
Suaranya keras. Lantang. Isi dan materi pidato tema per tema jelas dan dikuasai. Bahasanya lugas dan mudah dipahami. Intonasi tegas. Ia tahu kapan harus meninggikan suara, kapan menurunkannya.
Sesekali, ia mengulang kata, mengulang kalimat. Guna menegaskan dan memancing perhatian.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, sulit menemukan pidato Presiden seperti yang dilakukan Prabowo. Sulit juga mendapat suasana seperti yang terjadi kemarin di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPR RI.
Hampir tak ada yang luput dari isi/materi pidatonya. Dari isu ketahanan pangan hingga makan bergizi gratis. Dari masalah pengangguran, kemiskinan, hingga peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasana kesehatan.
Dari hal pertahanan hingga hubungan internasional. Dari soal tantiem, kinerja BUMN, hingga pemberantasan korupsi. Dari masalah koperasi merah putih, sekolah rakyat, hingga peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasana pendidikan.
Dalam bagian pidatonya, Prabowo menyebutkan menghapuskan tantiem (bagian keuntungan) BUMN yang menurutnya itu hanya akal-akalan, karena ada BUMN yang rugi tapi direksi dan komisaris masih mendapatkan tantiem. Bahkan Prabowo menyebut tatiemnya ada yang sampai Rp. 40 M.
Untuk program penguatan pendidikan, anggaran yang dialokasikan dari APBN 2026 mencapai Rp 757,8 triliun. Untuk Program Indonesia Pintar sebanyak 21,1 juta siswa, KIP Kuliah 1,2 juta mahasiswa, dan alokasi gaji & kompetensi guru Rp 178,7 triliun.
Pemerintah akan membangun 100 Sekolah Rakyat untuk keluarga miskin, menargetkan 200–300 sekolah per tahun, membentuk 20 Sekolah Unggul Garuda, 80 Garuda Transformasi, serta memperbanyak SMA Taruna Nusantara. Merenovasi 13.000 sekolah dan 1.400 madrasah.
Dalam hal penguatan ketahanan pangan sebagai fondasi kemandirian bangsa akan dialokasikan anggaran Rp164,4 triliun. Pemerintah menargetkan swasembada beras dan jagung melalui pencetakan sawah baru, penyaluran pupuk bersubsidi tepat sasaran, dukungan bibit unggul, serta modernisasi alat pertanian.
Untuk program makan bergizi gratis (MBG) akan ada anggaran Rp.335 T dengan target 82,9 juta penerima manfaat, termasuk siswa, ibu hamil, dan balita.
Ada juga anggaran Rp244 T untuk kesehatan berkualitas yang adil dan merata yang tujuannya meringankan beban masyarakat, revitalisasi rumah sakit, pengendalian penyakit menular hingga pelaksanaan cek kesehatan gratis (CKG).
Prabowo juga menyinggung masih ada kecenderungan dari sebagian kaum elite Indonesia atau sebagian orang-orang yang memandang dirinya paling pintar di republik ini. Meski demikian, Prabowo tetap meminta pihak-pihak di luar pemerintahan untuk tidak berhenti memberi kritik, karena pemerintah butuh koreksi dan butuh pengawasan.
Di bagian lainnya, Prabowo tidak lupa dan berharap di tahun-tahun depan APBN tidak defisit lagi. Tahun 2026, RAPBN memang defisit anggaran diproyeksikan Rp638,8 triliun atau 2,48 persen dari produk domestik bruto (PDB).
“Adalah harapan saya adalah cita-cita saya untuk suatu saat apakah 2027 atau 2028, saya ingin berdiri di depan majelis ini, di podium ini untuk menyampaikan bahwa kita berhasil punya APBN yang tidak ada defisitnya sama sekali,” kata Prabowo yang disambut standing applause oleh peserta sidang.
Apa disampaikan Presiden Prabowo dalam pidatonya begitu menarik. Menyenangkan. Menggairahkan. Membangkitkan optimisme.
Bak seperti lagu pengantar tidur. Lagu yang dinyanyikan dan dimainkan dengan sahdu, tempo teratur, melodi lembut, dan lirik menarik untuk meninabobokkan dan membantu menenangkan pikiran dan fisik yang sudah lelah, pidato itu pun membuat kita nyaman. Menenangkan. Menggembirakan. Membahagiakan.
Seakan-akan tahun-tahun ke depan, semua masalah bangsa dan negara ini akan tuntas. Kemiskinan akan hilang. Tidak ada lagi korupsi. Masyarakat sejahtera.
Nah, nanti malam mari kita tidur seperti biasa. Meski dengan bantal, tilam, dan selimut yang berbeda, mudah-mudahan mimpi kita sama. Mimpi kondisi yang sedang tidak baik-baik menjadi baik-baik. Mimpi semua masalah dapat terselesaikan.
Tentu mimpi yang harus jadi kenyataan. Mimpi program Presiden Prabowo itu terwujud. Mimpi Indonesia jadi negara maju dan sejahtera.
Besok, 17 Agustus 2025. Indonesia akan merayakan 80 tahun kemerdekaan.
Semoga semua isi pidato Presiden Prabowo bisa terealisasi dan diwujudnyatakan.
Kalau pun belum, paling tidak kita sudah pernah nyaman dan senang dengan isi pidato dan cara menyampaikannya. (*)